Quantcast
Channel: BERITA UPI
Viewing all 1383 articles
Browse latest View live

KSR PMI Unit UPI Tanggap Darurat Bencana

$
0
0
Bandung, UPI Dalam meningkatkan dan mengasah kemampuan Anggota Muda sebagai relawan masa depan, KSR PMI Unit UPI mengadakan simulasi bencana. Kegiatan simulasi bencana merupakan rangkaian acara Pendidikan dan Pelatihan Lanjutan (DIKLANJUT) XXXI KSR PMI Unit UPI. Jumat, 21 April 2017. DIKLANJUT XXXI KSR PMI Unit UPI yang dilaksanakan di Taman Barety UPI turut dihadiri oleh perwakilan pembimbing KSR PMI Unit UPI yaitu Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M. Pd, perwakilan PMI Kota Bandung, Ace Kusnadi dan Yana, serta perwakilan dari UKM-UKM UPI dan perwakilan KSR Perguruan Tinggi lain. Pematerian DIKLANJUT XXXI yang sudah dilakukan sebanyak enam kali pertemuan terdiri dari berbagai materi diantaranya Manajemen Organisasi, CPR (Cardiopulmonary Resuscitation), Perawatan Keluarga, Assesment, Water and Sanitation, RFL, simulasi bencana, dan masih banyak lagi. Simulasi bencana merupakan gambaran terjadinya bencana di suatu daerah yang mana para Anggota Muda sebagai relawan harus siap tanggap memberi pertolongan pertama bagi para korban. Kemampuan yang diperlukan diantaranya Assesment (penilaian keadaan), Restoring Family Link (pemulihan keluarga yang hilang), manajemen waktu, tendanisasi, dapur umum, logistik serta Pertolongan Pertama yang sangat diutamakan untuk membantu meringankan luka para korban. Simulasi bencana bertujuan selain untuk meningkatkan kemampuan Anggota Muda, juga untuk menciptakan anggota yang peka sosial dan profesional sesuai dengan tema DIKLANJUT XXXI yaitu ”Meningkatkan Kualitas Anggota Muda yang Berkarakter, Loyal, Peka Sosial dan Profesional”. Anggota Muda yang berjumlah 15 orang ini diharapkan tetap tangguh sampai dikukuhkan menjadi Anggota Biasa KSR PMI Unit UPI dan dapat menjadi relawan masa depan yang berguna bagi masyarakat. ‘Tiada Kata Berhenti Untuk Terus Berarti’. (DN)

Prodi Psikologi Pendidikan SPs UPI Gelar Workshop Pembelajaran yang Menyenangkan

$
0
0
Bandung, UPI Program Studi Psikologi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia telah menyelenggarakan workshop Pembelajaran yang Menyenangkan sebagai rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertemakan “Pelatihan Mindful Parenting & Learning bagi Orang Tua & Tutor PAUD”. (Senin, 8/2017). Kegiatan tersebut dilaksanakan di PAUD Al Ikhlas Bunda Susan Cilengkrang, Bandung. Peserta workshop terdiri atas tutor PAUD, mahasiswa PG PAUD, dan orangtua siswa dengan jumlah 35 orang. Kegiatan ini diawali pembacaan ayat suci Al-Qur’an serta penyampaian sambutan oleh Sekretaris Desa dan Bunda Maria Susan, S.Pd. sebagai perwakilan Prodi Psikologi Pendidikan SPs UPI dan founder PAUD Al Ikhlas. Penampilan seni angklung dari siswa-siswi PAUD Al Ikhlas dengan lagu Rumahku dan Tejing-Tejing karangan Bunda Susan memeriahkan pembukaan kegiatan workshop ini. Workshop yang diisi oleh Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. dikemas dengan sangat menarik dan menyenangkan yang diiringi alunan suara gitar dari Pak Erin. Materi yang berikan adalah tentang bagaimana cara pembelajaran yang menyenangkan dari mulai persiapan dengan membuka kegiatan pembelajaran, setelah itu menyampaikan intinya dan terakhir menutup kegiatan pembelajaran. Dalam kesempatan tersebut pun, pemateri juga lebih banyak mengajarkan lagu-lagu yang bisa diterapkan dalam pembelajaran sehingga suasana dalam belajar menjadi lebih menyenangkan. Para peserta antusias dalam mendengarkan materi dan bernyayi bersama dalam workshop tersebut. Dengan diadakannya workshop ini tentunya menambah pengetahuan dan bermanfaat dalam proses pembelajaran siswa. (DN)

UPI dan Kabupaten Pandeglang Kembangkan Model Pembelajaran PAITEAM

$
0
0
Bandung, UPI Sebagai universitas yang tetap concern dalam mengembangkan pendidikan, UPI terus berupaya dengan melakukan berbagai kerjasama berbagai pihak diantaranya dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang dalam mengembangkan model pembelajaran yang nantinya akan diterapkan di sekolah-sekolah Kabupaten Pandeglang.  Pada Jumat 12 Mei 2017 telah dilakukan pertemuan lanjutan antara UPI dengan Disdik Kabupaten Pandeglang. Hadir dalam kesempatan itu Kelapa Dinas Pendidikan Pandeglang Drs. H. Salman Sunardi, M.Pd beserta staf dan dari UPI turut hadir Pembantu Rektor Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Asep Kadarohman, M.Si, Wakil Rektor Bidang SDM dan Keuangan Dr. Edi, Sekretaris Eksekutif Dr. Solehudin, MA, Direktur Kerjasama dan Usaha Dr. Nugraha. Serta tim pengembang model dari UPI, Drs. Didi Supriadie, M.Pd. Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. Dr. Cepi Riyana, M.Pd., Dr. Laksmi Dewi, M.Pd. dan Dr. Asep Suryana, M.Pd. Pertemuan tersebut merupakan realisasi dari MoU yang telah disepakti UPI dengan Bupati Kabupaten Pandeglang untuk sama-sama bersinergi memajukan pendidikan di Kabupaten Pandeglang. UPI sesuai dengan tugas fungsinya sebagai lembaga pengembang tenaga kependidikan yang memiliki sumberdaya akademis berupaya untuk memberikan peran serta dalam bentuk pemikiran dengan membantu memunculkan pemikiran tentang model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik Kabupaten Pandegang. Dari serangkaian pemikiran, perenungan dan banchmarking maka sekiranya terdapat satu model yang direkomendasikan untuk Kabupaten Pandeglang yaitu ‘pembelajaran yang menginspirasi’. Saat ini umumnya pendidikan belum masuk pada esensinya yakni sebagai agen perubahan bagi peningkatan sumber daya manusia baik dalam kapasitas kualifikasi maupun kompetensinya. Sulitnya bersaing dengan negara maju, rengking pendidikan yang masih rendah, pengangguran yang masih membludak terutama pengangguran terdidik serta degradasi moral dikalangan remaja mengindikasikan masih lemahnya sistem pendidikan di Indonesia. Dan inti dari pendidikan adalah prsoses pembelajaran, sehingga masalah pendidikan juga akan terkait dengan bermasalahnya sistem pembelajaran. Dengan demikian, pemerintah Pandeglang berinisiatif untuk mengambil bagian menjadi lembaga pemerintahan yang memiliki konsep pendidikan sendiri, yang khas dan memiliki banyak keunggulan. Konsep pendidikan yang diangkat adalah pendidikan yang menginspirasi. Guru dalam hal ini menjadi ujung tombak keberhasilan pembelajaran. Model ini diharapkan akan menjadi model rujukan bagi semua penyelenggaran pendidikan di Kabupaten Pandeglang disemua jenis dan jenjang pendidikan, sehingga harapannya melalui model ini mutu pendidikan di Indonesia khususnya di Pandeglang dapat meningkat. Pandeglang Inspiring Teaching Model (PAITEAM) merupakan gagasan awal nama model yang akan dikembangkan, merupakan gabungan antara unsur kebijakan kurikulum nasional dan aspek-aspek yang menjadi potensi, ciri dan karakteristik Pandeglang. Model ini menekankan pada upaya membangun karakter unggul dari nilai-nilai kearifan lokal yang berwawasan global melalui prinsip pembelajaran yang penuh kebermaknaan (meaningful) serta sesuai dengan kondisi real dalam kehidupan (contextual). Dalam realisasinya akan juga ditekankan pada upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi pada gurunya, sebab sebaik apapun model pembelajaran jika tidak ditunjang dengan guru-guru yang professional maka tidak akan berhasil. Model ini diharapkan akan meningkatkan mutu pembelajaran serta dapat meningkatkan APK Pandeglang yang saat ini masih rendah. (CR/DN)

Anggota Menwa UPI Ikuti Seminar Nasional dan Pelatihan Protokol

$
0
0
Bogor, UPI Dua anggota Resimen Mahasiswa Batalyon XI/Universitas Pendidikan Indonesia (Menwa Yon XI/UPI) mengikuti seminar nasional dan pelatihan protokol yang diadakan oleh Resimen Mahasiswa Universitas Pakuan (Menwa Unpak) di Universitas Pakuan dan Istana Cipanas, Bogor, Jum’at-Sabtu (12-13 Mei 2017). Anggota Menwa Yon XI/UPI yang mengikuti kegiatan ini adalah Resta Ayu Chaerunisa (Teknologi Pendidikan) dan Yeshie Agustin Fadhilah (Pendidikan Bahasa Korea). Seminar Nasional ini memiliki tema “Mengokohkan Nilai Pancasila dalam Membangun Kerukunan Hidup Berbangsa dan Bernegara”. Pemateri pada seminar nasional ini adalah Rektor Universitas Pakuan Bogor, Dr. H. Bibin Rubini, M.Pd. dan Rektor Universitas Pertahanan, Letnan Jendral TNI DR. I Wayan Midhio, M. Phil. “Kegiatan Seminar Nasional ini diadakan untuk membentuk karakter bangsa yang baik sesuai dengan implementasi dari nilai-nilai Pancasila. Diharapkan para mahasiswa dapat memiliki karakter yang baik, cerdas, bertanggung jawab karena mereka lah yang akan menjadi generasi penerus bangsa”, ujar Rektor Universitas Pakuan Bogor Dr. H. Bibin Rubini, M.Pd. Selain seminar nasional ada juga pelatihan Protokol.  Pada pelatihan ini para peserta diberi materi tentang keprotokolan oleh Endang Sumitra, S.H. dan Cecep Koswara, S.H. yaitu Protokol  Istana Kepresidenan Bogor dan Firmansyah Rasyid yaitu Kepala Tata Usaha Dalam Negeri. Selain diberikan materi tentang keprotokolan peserta juga diberi materi tentang public speaking oleh Redi Sukardi dari Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah anggota Menwa Yon XI/UPI mengikuti pelatihan ini diharapkan ilmu yang sudah didapatkan bisa bagikan lagi kepada rekan-rekan yang lain dan dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan untuk satuan. (Yeshie/Admin Yon XI)

600 Penonton Hadiri Pagelaran Seni PGPAUD UPI Purwakarta

$
0
0
Purwakarta, UPI Sebanyak 600 penonton hadir menyaksikan Pagelaran Seni Tari dan Drama 2017 yang di selenggarakan pada hari Senin - Selasa (15-16/05/2017) di Aula Barat UPI Purwakarta , Jalan Veteran No. 8 Kelurahan Nagri Kaler Kabupaten Purwakarta. Pengunjung berasal dari siswa dan guru seluruh sekolah yang ada di Purwakarta baik dari PAUD, TK maupun Mahasiswa PGPAUD dari universitas lain serta dari masyarakat umum Purwakarta. Acara Pagelaran Seni Tari dan Drama 2017 yang diselenggarakan oleh Mahasiswa PGPAUD UPI Purwakarta angkatan 2015 ini bertemakan “Kemilau Cahaya di Negeri Bu Yu He ( Tumbuhan, Sayuran  dan Hewan )“  dalam dua hari pertunjukan yaitu menampilkan berbagai macam karakter tumbuhan, sayuran, dan hewan pada hari Senin dan Selasa, Pagelaran Seni Tari dan Drama tahun 2017 yang dibimbing langsung oleh Dosen Seni Tari yaitu Hayani Wulandari, M.Pd. serta dosen Pendidikan Kewirausahaan yaitu Finita Dewi, S.S., M.A. dan Primanita Sholihah Rosmana,M.Pd. Pagelaran Seni Tari dan Drama 2017 yang akan dipersembahkan oleh Mahasiswa PGPAUD yang juga mengikutsertakan anak-anak usia dini. Dalam Pagelaran Seni Drama dan Tari kali ini, kami bersama anak-anak usia dini yang berasal dari Taman Kanak-kanak se-Kabupaten Purwakarta mempersembahkan Seni Tari dan Drama dengan menggunakan kostum tumbuhan, sayuran dan hewan. Tujuan dari pagelaran ini untuk mengapresiasikan hasil karya Mahasiswa PGPAUD UPI Purwakarta dengan langsung berpartisipasi mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh anak PAUD dan TK di Purwakarta. Dengan adanya Pagelaran ini diharapkan anak dapat memperoleh pengetahuan baru agar dapat lebih mengenal tentang Tumbuhan, Sayuran dan Hewan. Karena dengan adanya pagelan ini membuat anak-anak mengembangkan bakat menari dan memahami hal baru yang dikemas jenaka dalam dramanya sehingga lebih menghibur yang sangat jarang dijumpai pagelaran-pagelaran seperti ini di masa kini. Penampilan Hutan Ajaib di hari pertama menampilkan berbagai macam karakter tumbuhan,  sayur dan hewan seperti pohon apel, kentang, jamur, brokoli, burung hantu, hamster, kukang dll. Sedangkan di hari kedua yaitu Ladangku menampilkan berbagai macam karakter tumbuhan, sayuran dan hewan seperti tomat, sawi, paprika, terong, siput, bison, kucing dll. Dalam Pagelaran Seni Drama dan Tari kali ini, kami bersama anak-anak usia dini yang berasal dari Taman Kanak-kanak se-Kabupaten Purwakarta sebagai artis pendukung di antaranya : TK Yos Sudarso, TK Negeri Pembina, TK Tunas Harapan, TK Mandiri, TK Trisula, TK Plus Tunas Rimba, TK Purnama, RA  Ar-Royan, dan TK Plus Darul Aulia. Pengunjung dapat menikmati dan menyaksikan Drama dan Tari dari berbagai macam karakter tumbuhan, sayuran dan hewan yang dipersembahkan oleh Mahasiswa PGPAUD UPI Purwakarta dan yang mengikutsertakan anak-anak PAUD dan TK di Purwakarta. (DN)

Banyuwangi, Referensi Edukasi Mahasiswa Pendidikan Geografi UPI

$
0
0
Bandung, UPI Mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015 FPIPS UPI mengikuti kuliah umum bertemakan "Strategi Pembangunan Wilayah dan Wisata di Kabupaten Banyuwangi”, di Pendopo Dinas Pariwisata Banyuwangi. Senin, 15 Mei 2017. Kuliah umum ini menghadirkan pemateri dari BAPPEDA dan DISPUBPAR Banyuwangi. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai sistem pengelolaan pariwisata Kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten pariwisata di ujung timur Puau Jawa. Acara ini dihadiri oleh 87 orang mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015, 4 orang tim dosen Departemen Pendidikan Geografi terdiri dari: Dr. Ahmad Yani M.Si. sebagai Ketua Departemen Pendidikan Geografi, Prof. Dr. H. Darsiharjo, MS. , Dr Lili Somantri S.Pd, M.Si. dan Garnadi sebagai asisten dosen dalam Pengelolaan Administrasi Departemen Pendidikan Geografi. Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahap dua mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015, yaitu proses pembelajaran mahasiswa Geografi di lapangan secara riil. Tema KKL tahap 2 ini memang bersinergi dengan penyelenggaraan kuliah umum yang diselenggarakan yakni “Komparasi Pembangunan Desa Emas (Elok, Mandiri, Asri, dan Sejahtera) di Kabupaten Terluas Ujung Timur Pulau Jawa Banyuwangi”. Dr Ahmad Yani M. Si menandaskan, bahwa KKL ini merupakan agenda wajib mahasiswa Pendidikan Geografi yang diselenggarakan pada tiga tahun pertama kuliah, dengan rincian KKL tahap 1 (di Jawa Barat), KKL tahap 2 (di Pulau Jawa) dan KKL tahap 3 (diluar Pulau Jawa). Pada KKL tahap 2 ini, mahasiswa Pendidikan Geografi memilih Kab. Banyuwangi untuk mengidentifikasi keunikan dari desa-desa di Kabupaten Banyuwangi yang kemudian dikomparasikan dari setiap desa masing-masing sesuai potensi alam dan kebudayaannya. Mereka bertugas meneliti enam desa di Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari: 2 desa di daerah pegunungan, 2 desa di daerah dataran, dan 2 desa di daerah pesisir. Dalam acara kuliah umum, Dr. Suyanto Wasp Tondo Wicaksono M. Si. (Kepala BAPPEDA Kab. Banyuwangi) yang diwakili oleh Amir Hidayat S.KM, M. Si. sebagai Ketua Bidang Perencanaan dan Evaluasi BAPPEDA Banyuwangi. Amir Hidayat memperkenalkan bahwa Bupati Banyuwangi memperkenalkan Banyuwangi sebagai “Sunrise of Java”, yang maksudnya merupakan wilayah ujung timur Pulau Jawa yang pertama kali mendapatkan sinar matahari di Pulau Jawa, yang paling awal bangun dan shalat subuh, sehingga Banyuwangi harus menjadi teladan bagi daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Dikatakan Amir Hidayat, Banyuwangi saat ini memfokuskan diri pada sektor pariwisata dengan mengembangkan potensi kewilayahan untuk memakmurkan rakyat setempat dengan akhlak mulia. Hal ini terbukti dari berbagai objek wisata yang sangat unik di Banyuwangi, misalnya Pantai Syar’i dimana pantai tersebut dikhususkan untuk perempuan dan anak-anak, pengunjung juga diwajibkan berpakaian sopan ketika mengunjungi pantai ini. “Selain itu juga Banyuwangi memiliki Triangle of Diamond yang terdiri dari: Pantai Sukamade yang terkenal dengan penyu Sukamade, kemudian Pantai Plengkung, dan Blue Fire Kawah Ijen yang merupakan salah satu dari dua blue fire di dunia,” kata Amir. Pembangunan pariwisata di Banyuwangi ini patut dicontoh bagi daerah-daerah pariwisata yang ada di Pulau Jawa, karena pemerintah setempat memberikan larangan-larangan yang memberikan perlindungan sosial ekonomi serta perbaikan moral masyarakat. Contohnya: melarang pendirian pasar modern, sehingga tidak mematikan ekonomi masyarakat menengah dan bawah yang membuka warung-warung. Tidak mendirikan hotel di destinasi wisata, melainkan lebih memprioritaskan homestay masyarakat yang dilatih terlebih dahulu sehingga pengembangan pariwisata dapat memberikan dampak ekonomi baik bagi masyarakat, masyarakat tidak hanya menjadi penonton melainkan juga pelaku pariwisata. Dijelaskan Amir, untuk melindungi alam, pemerintah Banyuwangi memberikan stimulasi pada masyarakatnya, rasa cinta terhadap Kabupaten sendiri dengan selogan-selogan “I love Banyuwangi”, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat seperti mengebom ikan menjadi pelaku wisata seperti pedagang di destinasi wisata. Sanitasi lingkungan juga dijaga dengan mengubah kebiasaan masyarakt yang sering BAB di sungai, dengan mengubah Sungai menjadi objek wisata yang indah dengan dicat warna-warni sehingga menjadi objek wisata selfie yang lumayan bagus daerah ini dikenal dengan “Sungai Kalilo” masyarakatpun tidak BAB di daerah tersebut karena malu. Selain itu juga, berkat teladan dan kecerdikan pemerintah, dapat mensugesti measyarakat untuk merawat kebersihan desa yang berawal dari pengumpulan para tukang sapu yang kemudian diberikan apresiasi 10 peringkat terbaik maka akan diumrohkan oleh pemerintah, selain itu juga pemerintah mengadakan perlombaan RW atau kampung terbersih sebagai reward akan diberi hadiah dan terkotor diberi bendera hitam sebagai punishment, fungsi pengawasan  juga rajin dilakukan oleh SATPOL PP dengan menjajaki jalan-jalan kalau-kalau ada warga yang membuang sampah sembarangan. “Leadership yang baik memang sangat berperan dalam pembangunan desa-desa di Banyuwangi, Abdullah, Bupati Banyuwangi yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, memberikan nilai kerja sama dan satu visi yang jelas serta prioritas-prioritas berbasis teknologi dan informasi maka kita mengenal “Banyuwangi in Your Hand” yang mempromosikan kerajinan dan kuliner khas masyarakat Banyuwangi secara online. selain itu memang teknologi dan informasi menjadi infrtastruktur paling pokok di desa ini,” jelasnya. Bupati juga cerdik melirik para ahli berbagai bidang yang dapat memajukan sektor wisata Banyuwangi, menggandeng para blogger yang memiliki pengikut yang banyak untuk mempromosikan pariwisata Banyuwangi, pengadaan event-event atau festival nasional bahkan internasional seperti rute sepeda 10 negara yang melewati kawah Ijen, aktif juga mengundang beberapa artis terkenal, serta Chef Juna pun pernah diundang dalam lomba masak kuliner warga Banyuwangi. Selain sebagai pengenalan pada para ahli maupun Indonesia, hal ini juga sebagai media promosi yang cukup ampuh karena banyak wartawan yang meliput para tokoh tersebut dalam acara-acara di Banyuwangi. Tahun ini, Banyuwangi memiliki 72 agenda Festival dari berbagai sektor, dari mulai Agro Festival, Bamboo Festival, dll. Hal ini sejalan dengan tridharma perguruan tinggi, mahasiswa Pendidikan Geografi secara konsisten melaksanakan pendidikan dan penelitian kecil ke desa-desa, agar dapat menjalankan tridharma perguruan tinggi yang terakhir yaitu pengabdian pada masyarakat, tentunya untuk mengabdi para mahasiswa membutuhkan ilmu dan pengalaman sebagai bekal di masa depannya. Kami berharap , dengan adanya kunjungan KKL ini dapat memberikan referensi dan inspirasi bagi para mahasiwa Geografi UPI untuk terus belajar dan belajar membangun daerahnya masing-masing menjadi lebih maju lagi dalam sektor pemerintahan yang mendukung sektor pariwisata. (Helga Alvita, Mahasiswa Pendidikan Geografi FPIPS UPI)

Probumsil UPI Kobarkan Semangat Generasi Indonesia di Car Free Day Dago

$
0
0
Bandung, UPI Protokol Bumi Siliwangi menggelar Kampanye Pancasila yang bertema “Protokol Perkuat Nasionalisme melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan” di Car Free Day (CFD) Dago. Minggu (14/05/2017). Kegiatan ini dilaksanakan oleh 43 anggota yang terdiri dari anggota PROBUMSIL Pusat dan Satuan Daerah, sebagai bentuk kepedulian sivitas protokol atas kurangnya pemahaman anak-anak bahkan remaja akan nilai-nilai kebangsaan akibat dari budaya zaman sekarang yang kebarat-barat dan melupakan budaya Indonesia sendiri serta membangkitkan jati diri bangsa di kalangan anak-anak. Target dari kegiatan ini ialah anak usia sekolah dasar. Sepanjang jalan CFD Dago, PROBUMSIL menyebar karikatur lambang dan simbol negara yakni bendera merah putih dengan Pancasila. Setiap anak diberi beberapa pertanyaan seputar Pancasila, Lagu-lagu kebangsaan dan pengetahuan agama. Bagi adik-adik yang dapat menjawab dengan benar dengan  penuh semangat diberikan hadiah berupa boneka bernuansa Islami dan bendera merah putih, kemudian berfoto ceria di depan photo booth. Photo bhoot tersebut menampilkan lima ciri yang seharusnya dimiliki anak Indonesia. Pertama, Taat Agama, anak Indonesia harus taat pada agama dengan menjalankan ibadah sesuai kenyakinannya; Kedua, Cinta Budaya, anak Indonesia mencintai budaya nasional, tidak malu berbahasa daerah dan berkemauan untuk melestarikan budaya daerah melalui nyanyian daerah, tarian, busana dan hasil karya daerahnya; Ketiga, Rajin Berusaha, anak Indonesia memiliki jiwa pantang menyerah, bekerja keras untuk mencapai cita-cita diikuti dengan perilaku jujur dan bertanggung jawab; Keempat, Santun Berbudi, anak Indonesia santun dalam bertutur dan bersikap hormat kepada orang yang lebih tua; dan Kelima, Mengamalkan Pancasila, anak Indonesia mengamalkan nila-nilai yang terkandung dalam Pancasila disetiap perilaku kehidupan sehari-hari. Para  orang tua yang turut serta memberikan apresiasi besar, dengan menyampaikan kegiatan ini tidak hanya memiliki nilai positif bagi anak-anak mengenai pemahaman nilai kebangsaan tetapi juga menyertakan pendalaman nilai moral dengan mempraktekkan etika-etika berinteraksi dengan orang tua, seperti berpamitan pada orang tua ketika akan keluar rumah, serta etika berbicara dan bersikap terhadap orang yang lebih tua. Kegiatan ini merupakan gagasan Dewan Pengurus PROBUMSIL dengan arahan Ketua Pemantau Kinerja Protokol dan Paguyuban Purna. Kegiatan ini diselenggarakan atas swadaya PROBUMSIL yang bersumber dari penugasan yang diaplikasikan untuk Tri Dharma Perguruan Tinggi pada sivitas kampus dan masyarakat. Melalui kegiatan ini PROBUMSIL berharap dapat mempererat hubungan orang tua dan anak, serta memberikan dampak positif terhadap perkembangan nilai kebangsaan dan moral anak-anak Indonesia sehingga terbentuklah generasi Indonesia yang memiliki ciri Bertaqwa, Bermarwah dan Berilmu. (Asisten Deputi Penugasan Bidang Publikasi PROBUMSIL)

Pelaksanaan Ujian SBMPTN 2017 di Panlok 34 Bandung Berjalan Lancar

$
0
0
Bandung, UPI Pelaksanaan Ujian Keterampilan SBMPTN 2017 di Panlok 34 Bandung berjalan dengan lancar. Ujian Keterampilan dilaksanakan tanggal 17 dan atau 18 Mei 2017. Ujian Keterampilan adalah ujian yang diperuntukkan bagi peminat Prodi bidang Ilmu Seni dan Prodi Keolahragaan. Ujian Keterampilan bidang Ilmu Seni terdiri atas tes pengetahuan dan keterampilan bidang Ilmu Seni terkait, sementara Ujian Keterampilan bidang Ilmu Keolahragaan terdiri atas pemeriksaan kesehatan, tes kesegaran jasmani dan keterampilan dasar olahraga. Sekretaris Eksekutif I Panlok Bandung, Asep Gana Suganda, dalam siaran persnya mengatakan, Ujian Keterampilan dapat diikuti di PTN terdekat yang memiliki program studi yang sesuai dengan pilihan peserta. Untuk Panlok Bandung, PTN penyelenggara Ujian Keterampilan adalah ITB, UPI dan Unsil Tasikmalaya. “Ujian Keterampilan di ITB wajib diikuti oleh peserta peminat Prodi Seni Rupa di ITB. Sementara untuk Ujian Keterampilan di UPI wajib diikuti oleh peserta peminat Prodi Seni, Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rektreasi, Prodi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga (PKO), Prodi Ilmu Keolahragaan (IKIOR), serta PGSD Pendidikan Jasmani di UPI. Serta Unsil yang hanya menyelenggarakan Ujian Keterampulan untuk peserta yang memilih Prodi Keolahragaan,” kata Asep Gana, Rabu, (17/5). Informasi lebih jelas mengenai Ujian Keterampilan di ITB bisa dilihat di website http://usm.itb.ac.id. Sedangkan informasi mengenai Ujian Keterampilan di UPI bisa dilihat di website http://pmb.upi.edu serta di Unsil Tasikmalaya bisa dilihat di https://unsil.ac.id. Sementara itu, dalam ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 di wilayah Panlok 34 Bandung diikuti sebanyak 51.961 peserta. Adapun 51.961 peserta SBMPTN 2017 yang terdaftar di Panlok 34 Bandung, terdiri dari 47.861 peserta di Sub Panlok Bandung dan 4.100 peserta di Sub Panlok Tasikmalaya. Jumlah tersebut sudah termasuk peserta yang mengikuti metode ujian Computer Based Testing (CBT) sebanyak 2.455 peserta yang dilaksanakan di kampus Unpad sebanyak 740 peserta, kampus ITB sebanyak 805 peserta, kampus UPI Bandung sebanyak 540 peserta, kampus UIN Sunan Gunung Djati sebanyak 270 peserta, serta di kampus Unsil Tasikmalaya sebanyak 100 peserta. Ujian SBMPTN diselenggarakan di 249 lokasi dengan total ruangan sebanyak 2.477 ruangan. Asep Gana Suganda menyebutkan, dari 249 lokasi pelaksanaan ujian SBMPTN, 108 diantaranya merupakan institusi pendidikan, yang tersebar di 35 SMP negeri dan swasta, 47 SMA negeri dan swasta, dan 19 Perguruan Tinggi Negeri, swasta dan lembaga pendidikan di kota Bandung. Selasa (16/5/2017). Dikatakan Asep Gana, hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 akan diumumkan melalui website http://sbmptn.ac.id pada tanggal 13 Juni 2017. Jika dinyatakan lolos, peserta harus melakukan registrasi ulang ke PTN yang bersangkutan untuk verifikasi data. “Panitia menghimbau agar peserta menyimpan dokumen yang dimiliki (berupa Kartu Tanda Peserta serta surat-surat lain yang digunakan saat pendaftaran SBMPTN 2017) dengan baik agar tidak hilang,” tegasnya. (DN)

Ada Kaleng di PGSD UPI

$
0
0
Bandung, UPI Dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Seni, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2014 FIP UPI sajikan Pergelaran dan Pameran “Kaleng”, Sabtu 20 Mei 2017 di Gedung Kebudayaan UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Menurut Fristy Herliyana Nispi sebagai ketua pelaksana, Pergelaran seni akan menampilkan 4 naskah yang digarap dengan apik oleh 4 kelas di PGSD 2014, diantaranya “Cleng cleng cleng” “Nyanyian Sampah” “Lawan” dan “Farrah”. Selain pergelaran seni, juga diadakan pameran yang akan memamerkan karya seni rupa tentunya masih dengan tema yang sama. Dikatakan Fristy, Kaleng merupakan sebuah benda yang dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh sebagian orang, keberadaannya dapat menjadi baik atau buruk tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Ketika kaleng memiliki isi, ia terlihat rapi, bersih, banyak orang yang menyanjung keberadaannya karena ia sangat berharga dalam menampung, melindungi berbagai macam benda didalamnya, namun ketika isi tersebut telah dikeluarkan dan ia kosong, kaleng tak lagi terlihat rapi, manarik dan bahkan dipandang tak berharga, ditendang-tendang, ditertawakan, dan dibuang begitu saja. Namun ketika kaleng kosong itu dikumpulkan, ketidakmenarikan dihilangkan, diberikan sentuhan seni, ia akan kembali berharga. Bukan karena isi, tapi karen makna. Dengan “kaleng” tersebut diharapkan mahasiswa PGSD dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya untuk menghasilkan karya dan menyajikannya dalam sebuah pergelaran dan pameran seni yang akan dilaksanakan pada 20 Mei 2017 mendatang, bertempat di Gedung Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia. "Dengan adanya pergelaran kaleng ini, diharapkan setiap orang dapat menyadari bahwa  ketidakberhargaan sesuatu, akan menjadi luar biasa ketika kita memaknainya. Perbedaan dalam penafsiran kaleng menurut pribadi masing-masingpun semoga membukakan pamikiran kita untuk bisa lebih kreatif, aktif dan tidak melupakan sesuatu disekitar kita yang tak berharga tanpa mengubahnya menjadi lebih baik," tutur Fristy. (Kiki Safetyani/DN)

Anton Charliyan “Menangkal Isu Radikalisme dalam Pemilihan Umum”

$
0
0
Bandung, UPI Demokrasi yang berada di Indonesia pada saat ini belum matang, karena demokrasi di Indonesia berbeda dengan negara lain. Sebagai contoh, negara maju telah mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu dari mulai pemerintahan, perangkatnya dan infastruktur sebelum menginkrarkan kemederkaan negara tersebut. Namun berbeda dengan Indonesia yang mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat singkat. “Sehingga mengakibatkan banyak permasalahan baru yang timbul karena demokrasi yang tidak beraturan. Dampak dari demokrasi yang belum matang antara lain terjadinya kecurangan pada saat pemilihan umum, baik itu money politic, black campange. Penyelesaian yang tidak adil juga dapat mengakibatkan radikalisme dan adanya pihak yang mengadu domba atau provokator.” Demikian diungkapkan oleh Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N dalam seminar Nasional Kepemiluan yang dilaksanakan oleh Komisariat GMNI UPI bekerja sama dengan UKM Eka Prestya, Senin, (15/7/2017). Selain Kapolda Jawa Barat, seminar yang mengambil tema “Mewujudkan Pemilu yang Demokratis di Indonesia”  ini menghadirkan juga pemateri dari Bawaslu Jawa Barat, KPU Jawa Barat dan para Akademisi. di Gd. Auditorium FPTK, Jl. Dr. Setiabudhi, Bandung. Dr. Anton Charliyan, M.P.K.N mengungkapkan “Radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, sikap ekstrim dalam suatu aliran politik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya radikalisme antara lain faktor pemikiran, ekonomi, politik, sosial, psikologis dan pendidikan. Pada saat ini memiliki pemimpin yang adil, memihak kepada rakyat, dan tidak hanya sekedar menjanjikan kemakmuran kepada rakyatnya adalah impian semua warga masyarakat. Anton Charliyan juga mengatakan “jika pemimpin itu menggunakan politik yang hanya berpihak pada pemilik modal, kekuatan-kekuatan asing, bahkan politik pembodohan rakyat, maka akan timbul kelompok-kelompok masyarakat yang akan menamakan dirinya sebagai penegak keadilan, baik kelompok dari sosial, agama maupun politik, yang mana kelompok-kelompok tersebut dapat saling menghancurkan satu sama lain. Seperti halnya golongan Khawarij yang lahir pada masa kholofah Ali bin Abi Tholib  yang disebabkan oleh ketidak stabilan politik pada masa itu, sehingga muncullah golongan syi’a dan khawarij yang meresa paling benar sendiri dan saling menstatmen kafir.”   Cara yang harus digunakan untuk menangkal radikalisme adalah Kepedulian masyarakat terhadap sesama, meninggalkan sikap acuh dan individualisme. Diantara sebab berkembangnya paham radikalisme adalah sikap ketidakpedulian masyarakat terhadap sesama. Sehingga radikalisme dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat yang lain dalam menyebarkan doktrin mereka di tengah-tengah masyarakat. Maka diantara solusi yang dapat mengantipasi perkembangan paham radikalisme dan paham-paham sesat lainnya adalah dengan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sesama dan meninggalkan sikap acuh serta individualisme. Sistem komunikasi modern mampu membuka jaringan komunikasi jarak jauh, namun terkadang merusak jaringan komunikasi jarak pendek. Pada kesempatan tersebut turut hadir pula Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Asep Kadarohman, M.Si; serta Direktur Direktorat  Kemahasiswaan Dr. Mupid Hidayat, M.A. (Ija)  

JIHAD

$
0
0

picture-327-1458557164Oleh:

Karim Suryadi

Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia,

kolumnis Pikiran Rakyat

DALAM suatu hari di bulan Juli 2007, Mark, seorang editor berita televisi, berkenalan dengan sejawatnya yang berasal dari Timur Tengah. Perkenalan terjadi sesaat sebelum pertemuan yang dipicu kekhawatiran meningkatnya ketegangan antara Barat dan Timur Tengah digelar di Dubai. "Nama saya Mark," katanya sambil menjabat tangan jurnalis Muslim yang berasal dari Timur Tengah. "Hello," dia menjawab dalam bahasa Inggris dengan aksen Arab yang kental, sambil menyambut uluran tangan Mark, "saya Jihad." "Maaf," seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, Mark spontan berkata, "Saya tidak dapat menangkap dengan baik siapa nama Anda." "Jihad," dia pun menuturkannya dengan lebih jelas. "Senang bertemu dengan Anda," jawab Mark sebelum berpindah dan memperkenalkan dirinya kepada peserta yang lainnya. Namun, dalam hatinya dia berjanji untuk kembali menemui Jihad selama istirahat, untuk mencari tahu lebih dalam tentang namanya. "Ini benar-benar nama yang sangat jarang," demikian pengakuan Jihad ketika ditanya lebih jauh tentang namanya. Dia mengaku dilahirkan tahun lima puluhan, dan banyak orang tua Muslim yang tertarik dengan nama itu. "Mengapa mereka memilih nama itu?" Mark bertanya lebih jauh. "Orang tua saya menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang suka kerja keras dan unggul di sekolah. Jihad kurang lebih diterjemahkan sebagai kerja keras atau ketekunan. Itulah yang orang tua saya harapkan dari saya, sehingga mereka memberi nama itu." "Tapi bagaimana?" Jihad mengangkat tangannya dan tersenyum sebelum Mark menuntaskan pertanyaannya. Dia tahu apa yang akan ditanyakan Mark sebelum semua huruf keluar dari mulutnya. "Kata ini telah dibajak oleh para ekstremis," katanya. "Ketika aku lahir, jihad secara sederhana diartikan sebagai rajin, berbakti, dan mau bekerja keras untuk menjadi yang terbaik sejauh yang bisa dilakukan. Sekarang, di beberapa kalangan, jihad diartikan sebagai melakukan perang suci. Tapi, itu bukan arti asli dari kata itu. Jika ada orang yang mengetahui perbedaannya, itu adalah aku."

Sikap empati

Dialog tadi dituturkan Mark Gerzon dalam "Global Citizens: Our Vision of the World", sebuah dialog yang mencerminkan kehati-hatian, sekaligus empati dan pandangan penuh hormat atas realitas yang berbeda di luar diri dan lingkungannya. Kehati-hatian, pandangan yang empatik, dan tindakan menjauhkan prasangka adalah tiga dari sekian kaidah emas yang penting dalam memelihara kerukunan masyarakat yang majemuk. Demi menjaga kaidah emas dimaksud, melakukan konfirmasi atas fenomena yang ambigu merupakan tindakan bijak. Bahasa sebagai representasi dari pikiran yang hidup kadang gagal melambangkan apa yang dimaksudkan. Kegagalan tadi lebih karena makna yang dilekatkan pada sebuah benda berbeda-beda. Bayangkan jika Mark atau siapa pun yang berkenalan dengan seseorang yang bernama Sabar, dan hanya menganggap orang sabar tidak akan pernah protes, bahkan ketika mendapatkan perlakuan tidak baik sekalipun. Sabar akan menjadi bulan-bulanan dalam setiap kesempatan. Sayangnya, kita sering terjebak pada pengalaman subjektif, atau pandangan etnosentrik. Pandangan itu hanya memahami realitas dari sudut pandang budaya sendiri yang belum tentu sepaham dengan pandangan orang lain. Seperti pepatah, bagi seseorang yang hanya membawa payung dia hanya berharap datangnya hujan, begitulah jebakan pengalaman subjektif. Memahami sesuatu dari perspektif orang lain, bagi sebagian orang, bukan perkara mudah. Tindakan ini tak ubahnya berjalan menggunakan sepatu orang lain, butuh kesadaran dan latihan untuk membiasakannya. Tidak banyak simbol yang mengandung makna "yang sudah digariskan dari sananya". Selebihnya manusialah yang melekatkan makna pada simbol. Karena itu, disiplin melakukan konfirmasi (tabayun) adalah tindakan yang bijak. Meski dipandu rambu-rambu agama, budaya, dan pendidikan, sejatinya orang memiliki kemerdekaan untuk memaknai sebuah simbol. Itulah sebabnya, meski umumnya orang memahami bunga sebagai "tanda cinta" seperti tercetus dalam pemeo "katakan dengan bunga", namun Cataleya (diperankan Zoe Saldana) dalam film "Colombiana". Di sana, justru menandai korban kejahatannya dengan bunga Cataleya (yang juga dipakai namanya), sebagai pesan "menuntut balas dendam" yang dikirim kepada Don Louis (Beto Benites), bos mafia asal Kolombia yang telah menghabisi orang tuanya.

Komunikasi empatik

Hubungan antaretnis, antaragama, dan realitas keberagaman lainnya hanya terpertahankan oleh komunikasi empatik, dan penampakan (appearance) masing-masing anggota komunitas yang tidak menonjolkan perbedaan. Dilihat dari sisi komunikasi, masalah dalam hubungan antaretnis dan agama hanya akan terjadi bila orang salah memahami simbol atau menyalahgunakan simbol. Tindakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyitir Surat Al Maidah dalam pidatonya di Kepulauan Seribu memberi banyak pelajaran. Pidatonya dinyatakan pengadilan sebagai tindakan bersalah dan reaksi yang muncul atas vonis tersebut. Ini memberi pelajaran tentang pentingnya kehati-hatian dalam memahami simbol agama atau entitas budaya yang berbeda. Pepatah yang dipungut dari dunia kesehatan berlaku di sini, bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Bahasa selain merepresentasikan pikiran yang hidup, juga sering dipakai sebagai alat dominasi. Bahasa pun bisa menyatukan, atau memecah belah sebuah bangsa. Semuanya berpulang kepada itikad penggunanya. Satu hal yang pasti, makna sebuah kata atau simbol tidak sebening kristal. Atas dasar ini, sekali lagi melakukan konfirmasi, dan rasa hormat pada entitas yang berbeda menjadi langkah bijak. Inilah kaidah emas yang diperlukan dalam merawat harmonisasi sosial, sebab bisa jadi orang berpidato tentang pentingnya penghijauan sambil berdiri di atas batang kayu yang ditebang.*** sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/kolom/2017/05/16/jihad-401209

Belajar Matematika Bersama Surala Ninja

$
0
0
Bandung, UPI Belajar Matematika bagi sebagian siswa sering mengalami kesulitan, sehingga banyak siswa yang tidak menyukai dan memperoleh nilai yang kurang memuaskan, hal tersebut menjadi masalah umum di kalangan ahli pendidikan, guru, dan orangtua di seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Permasalahan yang fenomenal yang dialami oleh siswa adalah kesulitan dalam kemampuan dasara menghitung. Siswa di Indonesia dalam proses belajar mengitung masih menggunakan jari, padahal model tersebut memiliki kelemahan terutama dalam perkalian,” demikian dikatakan Toru Ishibashi selaku Chief Advisor JICA Project Team  dalam kegiatan Seminar Hasil Penelitian Program e-Learning Matematika Surala, di  di Ruang Auditorium Lt. 6 Gedung Muhammad Nu’man Somantri Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung. Sabtu, 20 Mei 2017. Menurut Ishibashi, JICA (Japan International Cooperation Agency) bersama Surala Net Co., Ltd sebuah perusahaan Jepang pengembang e-Learning dan Universitas Pendidikan Indonesia telah mengembangkan sebuah model pembelajaran e-learning yang disebut Surala Ninja. Dalam proyek tersebut dipilih dua sekolah perintis, yakni SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi dan SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru untuk mengimplementasikan kegiatan proyek, dimana siswa/siswi di sekolah belajar Matematika menggunakan program e-Learning Matematika Surala. Proses pembelajaran Surala dilakukan 3 kali/minggu. “Program e-Learning Surala, siswa belajar bersama karakter Ninja. Karakter Ninja tersebut yang akan menjelaskan mengenai konsep bilangan, dan metode perhitungan dasar, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian,” ujar Ishibashi. Proyek ini mencapai hasil yang luar biasa di kedua sekolah perintis dibandingkan dengan sekolah kontrol. Nilai rata-rata penjumlahan di Tingkat 4 meningkat dari 63.1 menjadi 97.5. Begitu juga dengan nilai rata-rata pengurangan yang meningkat dari 41.2 menjadi 84.2 dalam waktu 9 bulan setelah belajar menggunakan program e-Learning Surala. Ia berharap model pembelajaran Surala Ninja ini bisa diterapkan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. (Deny/Dodi)

Ranah Bedincak “Keragaman Tarian Khas Sumatera”

$
0
0
Bandung, UPI Mahasiswa Pendidikan Seni Tari Angkatan 2015 menggelar pementasan tari “Ranah Bedincak”, Selasa, 16 Mei 2017, pargelaran dilaksanakan dalam dua sesi yaitu pukul 14.00 s.d 16.00 WIB dan Pkl. 19.00 s.d 21.00 WIB di Gd. Amphiteater UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229, Bandung. Selasa, (16/07/2017). Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai macam tarian yang berasal dari Sumatera, memotivasi siswa untuk mempelajari keragaman tarian Sumatera, serta untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam tarian yang ada di Sumatera. Ketua Departemen Pendidikan Seni Tari Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si mengungkapkan “ini merupakan buah dari hasil kerja keras para mahasiswa, sekaligus sebagai media pembelajaran yang akan dapat diberikan pada masyarakat umum. Kalau misalkan banyak sekali keragaman tari di seluruh daerah Sumatera tersebut.” Tarian yang ditampilkan antara lain Pasang Jabet (Aceh), Sangun Jakhu (Lampung), Pembubung (Kepulauan Riau), Rentak Besapih (Jambi), Dayang Kemirai (Bangka Belitung), Serampang 12 (Sumatera Utara), Ngetam (Sumatera Selatan), Batin Kemuning (Riau) dan Zapin (Riau). Sementara itu, Yosef Gunawan selaku Ketua Pelaksana mengatakan “saya selaku pimpro panitia pergelaran tari sumatera angkatan 2015, dengan bangga mempersembahkan suguhan tarian khas sumatera dengan judul Ranah Bedincak.” Yosef pun berharap dengan menyelenggarakan pergelaran ini mahasiswa seni tari angkatan 2015 dapat meyalurkan hasil karya seni terbaik untuk ditunjukan kepada khalayak umum dan masyarakat dapat mengenal ragam tarian sumatera. (Ija)

Temu Wicara Kealaman Bersama Mapach UPI

$
0
0
Bandung, UPI Mahasiswa Pecinta Alam Civic Hukum (MAPACH) FPIPS UPI kembali mengadakan kegiatan Temu Wicara Kealaman di Teater Terbuka Museum Pendidikan Nasional UPI. Kamis, 18 Mei 2017. Kegiatan yang bertemakan “Menjajaki Aset Lingkungan dan Budaya Mengawal Pembangunan Bervisi Kebangsaan” ini dihadiri oleh 114 orang peserta yang berasal dari Organisasi Pecinta Alam  UPI, Organisasi Pecinta Alam Bandung Raya, Mahasiswa UPI, dan peserta umum. Kegiatan yang diisi dengan talkshow ini menghadirkan narasumber yang berbeda bidang keilmuannya, narasumber tersebut ialah Dr. Prayoga Bestari M.Si (pemateri Kebijakan Publik), Drs. T. Bachtiar, S.E (Anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan kelompok Riset cekungan Bandung), dan Yudi Hamzah (Penggiat Sejarah Lokal dan Relawan Sosial). Kegiatan Temu Wicara ini juga dimeriahkan dengan adanya penayangan Film Dokumenter EKA GUNBARA (Ekspedisi Kaki Gunung Bandung Raya), pembagian beberapa Doorprize, buku serta undang-undang mengenai Lingkungan dan kebudayaan. Menurut Ketua Adat MAPACH, Taufiq “Oleng” Ridlwanullah menuturkan “dengan diadakannya kegiatan ini dapat membangun pemikiran bahwasanya setelah acara ini dilaksanakan harus ada perubahan dalam diri kita untuk lebih mengenal, menjaga dan lebih sering melakukan hal-hal yang mampu melestarikan alam. Juga dengan diadakannya kegiatan ini dapat mempererat silaturahmi antar setiap mapala baik yang dikampus UPI maupun dari luar serta mengubah pemikiran bahwa mapala tidak senegatif apa yang diberitakan media tapi mapala dapat melakukan hal-hal yang positif. Sementara itu, Ketua pelaksana, Risman “Suparman” Nur Haqim menuturkan “Kegiatan temu wicara kealaman ini merupakan puncak kegiatan dies natalis MAPACH ke-31 dan diharapkan bisa menambah wawasan anggota pecinta Alam khususnya dalam segi pembangunan bervisi kebangsaan, serta konservatif terhadap aset lingkungan dan budaya. Bukan hanya itu dalam kegiatan ini juga kami mencoba mengenalkan lebih dalam keadaan masyarakat kaki gunung melalui pemutaran film hasil Eka Gunbara (Ekspedisi Kaki Gunung Bandung Raya)” SALAM LESTARI. (Sri Rahayu)

Mahasiswa UPI Raih Perunggu di Ajang Internasional WYIE & ITEX

$
0
0
Bandung, UPI Mahasiswa UPI yang mewakili Indonesia berhasil meraih perunggu dalam ajang World Young Inventors Exhibition (WYIE)  dan Imaging & Technology Education Exposition (ITEX) di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia. 11-13 Mei 2017 lalu. Acara yang diadakan oleh Malaysian Invention and Design Society (MINDS) merupakan acara tahunan yang mengapresiasi inovasi-inovasi dari para penemu muda se-Benua Asia dan Eropa, salah satunya Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, Indonesia mengirimkan 27 tim, termasuk dua tim dari UPI yang menyabet medali perunggu. Tim pertama yang beranggotakan Vira Devi Andria (Pendidikan Akuntansi 2014), Kamaludin Hafidz (Pendidikan Manajemen Bisnis 2015), dan Rizky Wirayuda (Pendidikan Manajemen Bisnis 2015) pada ajang WYIE mempresentasikan karya inovasinya yang berjudul “EtnoGotani : Combination of Ethno Botany and The National Agricultural Technology Market Solution for Increased Food Production”. Sedangkan tim kedua yang beranggotakan Eka Indah Cahyaning Thyas (Biologi 2014), Silmi Qurrotu Aini (Biologi 2014), dan Amalia Heryani (Biologi 2015) di ajang ITEX  meraih perunggu dan special award sebagai inovasi terbaik menurut International Intellectual Property Network Forum (IIPNF) Taiwan setelah bersaing dengan ribuan inovasi dari penemu muda lainnya yakni tuan rumah Malaysia, China, Taiwan, Thailand, Vietnam, Korea Selatan, Saudi Arabia, Mesir, dan beberapa negara Asia lainnya. Menurut Vira ajang ini merupakan sarana untuk merealisasikan inovasi-inovasi karya anak bangsa. “Kami berharap kedepannya ide ini dapat direalisasikan setelah melihat begitu luarbiasanya antusiasme mereka atas ide-ide kita” tambahnya. Senada dengan Vira, Eka juga berharap agar ide yang mereka buat juga bisa dikembangkan menjadi agar bisa mengharumkan nama UPI dan Indonesia. Selain tim dari UPI, tim Indonesia lainnya juga berhasil meraih penghargaan 6 emas salah satunya  yakni tim IPB, kemudian tim UNAIR meraih medali perak. (Mahendra Eka Putra/Pendidikan Akuntansi 2014)

Semangat Kebangkitan Nasional Tidak Pernah Pudar

$
0
0
Bandung, UPI Semangat kebangkitan nasional tidak pernah memudar, namun justru semakin menunjukan urgensinya bagi kehidupan berbangsa kita sehari-hari ini. Padahal semangat itu sudah tercetus setidaknya 109 tahun yang lalu, ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo, namun sampai sekarang tetap sangat ampuh menyatukan dan menyemangati gerak kita sebagai bangsa. “Betapa tak mudahnya para pendahulu merajut angan keindonesiaan saat itu, ketika infrastuktur transportasi dan komunikasi masih terbatas, ketika sumber daya insani yang teguh dengan pemikiran keindonesiaan masih dapat dihitung dengan jari, ketika acuan untuk memperkokoh dasar-dasar kesamaan suku bangsa dan adat masih belum mengakar kuat, ketika semuanya itu berada dalam konteks ketakutan akan kekejaman kolonialis yang siaga memberangus setiap pemikiran yang mematik hasrat lepas dari belenggu penjajahan,” demikian dikatakan Rudiantara, Menteri Komuniaksi Dan Informatika RI dalam sambutan memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-109 tahun 2017 yang dibacakan oleh Wakil Rektor UPI Bidang Keuangan, Sumber Daya, Administrasi Umum, Dr. Edi Suryadi, M.Si pada Upacara Bendera memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-109 tahun 2017 di Halaman Gedung Gymnasium UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Senin, (22 Mei 2017). Pelaksanaan upacara bendera diikuti oleh para pimpinan serta civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia dari unsur siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa, Menwa, Pramuka, tenaga kependidikan, dan Ibu-ibu Keluarga UPI. Dan pelaksanaan upacara bendera memperingati hari Kebangkitan Nasional pun dilaksanakan di UPI Kampus Daerah Cibiru, Sumedang, Tasikmalaya, Purwakarta dan Serang. Dalam amanatnya Rudiantara mengatakan, Presiden Joko Widodo pada awal tahun ini telah mencanangkan penekanan khusus pada aspek pemerataan dalam semua bidang pembangunan. Bukan berarti sebelumnya kita abai terhadap aspek ini. Malah sejak awal, dalam program Nawacita yang disusun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, aspek pemerataan mendapat porsi perhatian yang sangat tinggi. Pemerataan pembangunan antarwilayah hendak diwujudkan dengan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Pada awal tahun 2017 ini, meski angkanya membaik dibanding tahun sebelumnya, koefisien Nisbah Gini atau Gini ratio, yang merupakan ukuran kesenjangan distribusi pendapatan dan kekayaan penduduk, masih sekitar 40 persen. Untuk itu Bapak Presiden meminta aparat penyelenggara negara bekerja keras menurunkan indeks kesenjangan tersebut melalui langkah yang multi dimensi. “Memang masalah pemerataan hampir merupakan masalah semua bangsa. Bahkan negar-negara maju pun berkutat pada isu kesenjangan yang sama. Beberapa bahkan mencatatkan indeks yang lebih tinggi, lebih senjang, dibanding Indonesia. Namun bagi kita mewujudkan pemerataan yang berkeadilan sosial adalah juga menjadi penghormatan terhadap cita-cita para peletak dasar bangunan kebangsaan yang menginginkan tidak ada jurang yang membatasi penyebaran kesejahteraan bagi seluruh penduduk Indonesia. Bagi kita, kebangkitan nasional hanya akan berarti jika tidak satu anak bangsa pun yang terscecer dari gerbong kebangkitan tersebut,” ujar Rudiantara. Dikatakan, berlatarbelakang pemikiran tersebut, maka kiranya tema “Pemerataan Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan Sebagai Wujud Kebangkitan Nasional” yang menjadi tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2017 ini adalah pesan yang tepat dan seyogyanya tidak hanya tertanam di dalam hati, namun juga segera diwujudkan melalui strategi, kebijakan, dan implementasi dalam pelayanan kita kepada masyarakat dan bangsa. “Pemerintah terus berupaya meningkatkan aspek pemerataan pembangunan di segala sektor. Di sektor kelistrikan, misalnya, pembangunan ketenagalistrikan telah dilakukan di 2.500 desa belum mendapat aliran listrik. Pada sat yang sama, kebijakan pemerataan dilakukan melalui subsidi listrik yang difokuskan kepada masyarakat menengah ke bawah, sehingga bisa dilakukan relokasi subsidi listrik tahun 2016 sebesar Rp. 12 triliun, dialihkan untuk menunjang sektor kesehatan, pendidikan, dn infrastuktur,” tambahnya. Pemerintah juga memandang bahwa pembangunan infrastuktur diperlukan untuk meningkatkan pemerataan ekonomi dan meningkatkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk juga salahsatunya infrastuktur jalan raya. Baru-baru ini Bapak Presiden berkenan menjajal langsung jalan Trans-Papua yang sudah hampir selesai dibangun. Dari 4.300 kilometer jalan raya Trans-Papua, 3.800 kilometer diantaranya telah dibuka. Lebih jauh, Rudiantara mengatakan dalam bidang agraria, juga telah diluncurkan Kebijkan Pemerataan Ekonomi (KPE) yang bertumpu pada 3 pilar yaitu lahan, kesempatan, dan SDM. Kebijakan ini menitikberatkan pada reforma agraria, termasuk legalisasi lahan transmigrasi; pendidikan dan pelatihan vokasi; perumahan untuk masyarakat miskin perkotaan; serta ritel modern dan pasar tradional. Kebijakan ini bertitik berat pada proses alokasi dan konsolidasi kepemilikan penguasaan/akses, dan penggunaan lahan, yang dilaksanakan melalui jalur Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) dan Perhutanan Sosial. Melalui program reforma Adraria ini, pemerintah mengalokasikan kepemilikan lahan TORA dan pemberian legalitas akses Perhutanan Sosial kepada masyarakat bawah. Pemerintah juga melakukan upaya pemerataan di sektor Kominfo melalui program Palapa Ring, berupa proyek pembangunan jaringan tulang punggung serat optik nasional untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia sehingga keberadaan internet berkecepatan tinggi (broadband) dapat dinikmati secara luas. Satu abad lebih sejak organisasi Boedi Oetomo digagas telah memunculkan dimensi baru dalan lanskap sosial budaya seluruh umat manusia. Perubahan besar telah terjadi, yang kalau boleh kita rangkum dalam satu kata, kiranya “digitalisasi” adalah kata yang tepat. Berkah digitalisasi yang paling nyata hampir terjadi di setiap sektor terkait dengan dipangkasnya waktu perizinan. Proses perizinan yang berlangsung ratusan hari sampai tak terhingga dipangkas secara drastis hingga enam kali lebih cepat waktu semula. Perizinan di sektor listrik, misalnya, dari 923 hari menjadi 256 hari, perizinan pertanian dari 751 menjadi 172 hari, rerizinan perindustrian dari 672 hari menjadi 152 hari, perizinan kawasan parawisata dari 661 hari menjadi 188 hari. Demikian juga perizinan pertahanan, dari 123 hari menjadi 90 hari, perizinan kehutanan dari 111 hari menjadi 47 hari, perizinan perhubungan dari 30 hari 30 hari menjadi 5 hari, perizinan bidang telekomunikasi dari 60 hari dipangkas jadi 14 hari. Pemangkasan waktu perizinan ini dapat terlaksanan berkat teknologi digital. “Dengan inovasi digital, mungkin kita dihadapkan pada kejutan-kejutan dan tatacara baru dalam berhimpun dan berkreasi. Sebagian menguatkan, tak kalah juga yang mengancam ikatan-ikatan kita dalam berbangsa. Satu hal yang pasti, kita harus tetap berpihak untuk mendahulukan kepentingan bangsa di tengah gempuran lawan-lawan yang bisa jadi tak kasat mata. Justru karena itulah maka kita tak boleh meninggalkan orientasi untuk terus mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan sosial,” tegas Rudiantara. Semoga kita semua bisa meniti ombak besar perubahan digital dengan selamat dan sentosa dan berbuah manis bagi orientasi pelayanan kepada masyarakat. Hanya dengan semangat untuk tidak meninggalkan satu orang pun tercecer dalam gerbong pembangunan maka Negara Kesatuan Republik Indonesia ini akan tetap jaya. (Deny)

Merekat Kebhinekaan

$
0
0

Oleh: Dadan Rizwan Fauzi

Dari sabang sampai Merauke Berjajar pulau-pulau Sambung menyambung menjadi Satu Itulah Indonesia   Bait-bait lagu tersebut berasal dari lagu Wajib berjudul Dari Sabang Sampai Merauke karangan R. Suharjo. Lagu tersebut mengajak kita untuk merenung kembali betapa Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki wilayah sangat luas dan terdiri dari bermacam-macam perbedaan suku, ras, agama, dan pulau-pulau yang sangat indah. Indonesia merupakan rumah kita bersama, tempat bernaung segala perbedaan berpadu menjadi warna yang sangat indah. Ir. Soekarno bapak proklamator Indonesia, pernah mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan milik suatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke. Bangsa adalah satu jiwa (une nation est un âme). Satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar (une nation est un grand solidarité). Penting untuk diingat, dalam perjalanan “melahirkan” Indonesia sampai bertahan hingga saat ini bukanlah sebuah perjalanan dengan waktu yang singkat, namun memerlukan proses yang begitu panjang untuk bisa memadupadankan sekaligus menyatukan berbagai warna perbedaan menjadi sebuah persatuan. Hal ini pun tidak terlepas dari kedewasaan berpikir serta semangat persatuan, kesatuan, dan kesadaran yang dimiliki oleh para pemuda untuk sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Jika melihat realitas secara historis-empiris yang terjadi dilapangan, lahirnya organisasi Boedi Outomo pada tahun 1908 menjadi cikal bakal lahirnya gerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Semangat persatuan, kesatuan, dan kesadaran yang dimiliki oleh kaum pemuda saat itu telah mampu untuk sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Sekat dalam Keberagaman Belakangan ini kita semakin riuh diberi tontonan berbagai fakta yang bisa menjadi pemicu retaknya tenun kebangsaan. Salah satu penyebabnya adalah berita hoax yang menjadi viral di media sosial merupakan fakta nyata yang bisa mengancam ikatan persaudaraan kita sebagai bangsa besar yang dibangun atas latar belakang perbedaan. Thomas Lickona seorang profesor pendidikan Karakter dari Cortland University mengungkapkan bahwa “ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran”. 1). Meningkatnya kekerasan remaja, 2). Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, 3). Meningkatnya perilaku merusak diri (narkotika, miras, seks bebas dll), 4). Semakin kaburnya pedoman moral, 5). Menurunnya etos kerja, 6). Rendahnya rasa tanggungjawab individu/bagian dari bangsa, 7). Rendahnya rasa hormat pada orang tua/guru, 8). Membudayanya ketidakjujuran, 9). Pengaruh kesetiaan kelompok remaja yang kuat dalam kekerasan, 10). Meningkatnya rasa curiga dan kebencian terhadap sesama (Ganiem, 2013). Ciri-ciri kehancuran sebuah bangsa yang disampaikan oleh Thomas Licona ini nampaknya sudah nyata menjangkit sendi-sendi kehidupan bangsa kita Indonesia. Dimana membudayakan ketidakjujuran sudah seperti hal yang biasa terjadi, kekerasan remaja sudah seperti hal biasa di negeri ini. Tidak ketinggalan golongan tua pun, banyak melahirkan kelompok-kelompok radikal yang lebih mementingkan golongannya sendiri. Kelompok-kelompok ini suka menebarkan isu-isu kebencian terhadap golongan lain. Masyarakat sudah semakin permisif, masing-masing mementingkan diri sendiri dengan tidak memperdulikan lingkungan disekitarnya. Sikap individualis sudah menjadi panutan di negeri ini. Akibatnya, solidaritas gerakan masyarakat semakin mencair ke dalam ke-akuan masing-masing. Agamaku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain sehingga memperlebar pendikotomian dari sebuah golongan. Negeri yang notabene mayoritas muslim ini, telah mengalami penggerusan identitas. Nilai-nilai luhur bangsa dan agama telah dikesampingkan diganti dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek yang dapat mengancam persatuan yang telah lama dibangun serta dirawat oleh para Founding Fathers terdahulu. Kasus-kasus yang mengarah ke separatisme baik atas nama agama, suku, serta pelbagai kepentingan yang saat ini muncul ke permukaan menjadi penanda retaknya persaudaraan kita. Belum lagi serangkaian fanatisme buta keberagamaan yang senantiasa menghantui kehidupan kita. Ketika muncul riak-riak gerakan merusak tenun kebangsaan kita, baik dengan motif agama, suku, daerah ataupun motif yang lainnya, kita seperti menyaksikan tangis bumi pertiwi Indonesia Raya yang dibangun dari peluh dan darah para pahlawan. Meneguhkan Kembali Semangat Persatuan Kita sadar betul, dalam satu dunia kita berbeda bangsa dan negara. Dalam satu bangsa dan negara kita berbeda suku dan bahasa. Dalam satu suka dan bahasa kita berbeda keyakinan dan agama. Dalam satu keyakinan dan agama kita berbeda paham dan aliran. Dalam satu paham dan aliran kita berbeda pemahaman. Dalam satu pemahaman kita berbeda pengamalan. Dalam satu pengamalan kita berbeda penghayatan. Dalam satu penghayatan kita berbeda keikhlasaan. Dalam satu keikhlasan inilah kita seharusnya bersatu dalam pengabdian. Artinya, hal mendasar yang harus kita bangun dalam diri adalah keikhlasan menerima pelbagai keberagaman yang ada di hadapan kita sebagai bangsa. Keikhlasan ini bakal tumbuh dalam diri kita, apabila kita bisa memahami dengan baik nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi jangkar terwujudnya persaudaraan kita sebagai bangsa yang besar. Membangun Indonesia memang bukan hal yang mudah, keberagaman yang begitu banyak akan menjadi ancaman bila tak bisa dikelola dengan baik. Sebaliknya, jika kita bisa memaknai keberagaman ini, akan menjadi anugerah yang sangat besar bagi kita sebagai sebuah bangsa terhadap kemajuan. Founding fathers kita telah membuktikan keberhasilannya merekatkan persaudaraan sebangsa-senegara melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika, falsafah Pancasila, dan konstitusi UUD 1945. Akar kebangsaan kita yang dimulai dari hadirnya Sarekat Islam 1905, Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945 adalah sejarah panjang perjuangan founding fathers  dalam menegakkan kedaulatan kita sebagai bangsa yang besar. Meneguhkan kembali semangat persatuan dalam momentum kebangkitan nasional ini sangat penting untuk kita semua sebagai warga Negara. Hal ini bisa kita jadikan sebagai ajang refleksi diri untuk kembali meingkatkan wawasan kebangsaan dan kesadaran nasional. Cita-cita persatuan menjadi hal fundamental yang harus kita pegang ditengah maraknya ideologi transnasional yang anti pancasila yang terus menggerogoti sendi NKRI. Tanpa perbedaan itu bukan Indonesia. Kita hanya perlu ikhlas untuk mengabdi bahwa kita memang dilahirkan berbeda. Dari perbedaan ini kita bisa menyaksikan hadirnya Indonesia Raya yang warna-warni, sebagai simbol keagungan dan kekayaan Tuhan. Kita saudara yang terlahir dari Rahim yang sama, yaitu Rahim Ibu Pertiwi..

4.926 Mahasiswa Akan Ikuti 11 Tematik KKN UPI

$
0
0
Bandung, UPI. Sebanyak 113 dosen pembimbing mengikuti Diklat Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sekaligus pemberian materi dan pembekalan untuk pelaksanaan KKN Tematik di Auditorium Lt. 3 LPPM Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229, Bandung. Jum’at (19/05/2017). Kuliah Kerja Nyata di Universitas Pendidikan Indonesia merupakan program kurikuler wajib bagi seluruh mahasiswa UPI. Program KKN ini termuat dalam kurikulum program S1 termasuk kelompok mata kuliah umum dengan bobot 2 SKS. KKN sebagai program pengabdian kepada masyarakat bertujuan melatih mahasiswa dalam memecahkan masalah pembangunan di masyarakat, melatih mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu program di masyarakat, dan menggali berbagai kondisi masyarakat sebagai feed back bagi universitas dalam pengembangan tridharma perguruan tinggi. Ketua LPPM Prof. Dr. H. Ahman, M.Pd mengungkapkan “Selain mengikuti KKN, mahasiswa kita juga harus mampu membuat profosal untuk program PKM dan hanya sedikit yang mampu mengikuti kegiatan PKM. LPPM juga sedang berusaha bagaimana menyiasati hal tersebut. Selain melaksanakan KKN, mahasiswa juga harus mampu membuat proposal tentang PKM. Serta dapat menularkan ilmu tersebut di masyarakat, agar masyarakat merasa terbantu dengan adanya kegiatan KKN ini”. Tema KKN Tematik tahun 2017 antara lain Pos Pemberdaya Keluarga (POS DAYA), Pendidikan Anak Usia Dini (KKN PAUD), Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pendidikan (KKN-PMBP), Lingkungan Hidup (KKN-LH), Revolusi Mental (KKN RM), Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), Kuliah Kerja Nyata Berbasis Desa Wisata, Rumah Pintar (KKN Berbasis Rumah Pintar), PKBM (KKN PKBM), KKN Terpadu Mahasiswa – TNI, dan Pengenalan Budaya Indonesia Berbasis Pendidikan Luar Negeri. Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan KKN Dra. Katiah, M.Pd mengatakan “KKN Tematik pada tahun 2017 akan ada penambahan tema yang baru yaitu KKN Terpadu Mahasiswa – TNI, dan Pengenalan Budaya Indonesia Berbasis Pendidikan Luar Negeri. Sehingga total tema KKN yang oleh LPPM UPI sebanyak 11 tema. Tahun ini penambahan dua tema merupakan terobosan baru yang akan dilaksanakan oleh 4.926 Mahasiswa KKN UPI, dan akan disebar 15 Kabupaten, tiga provinsi dan empat negara. sedangkan pelepasan mahasiswa KKN akan dilaksanakan oleh Rektor UPI pada tanggal 12 Juli 2017,” tambahnya. (Ija)

Harkitnas 2017 Momentum Meningkatkan Kesadaran Terhadap Bangsa

$
0
0
Serang, UPI Pagi ini telah dilaksanakan upacara bendera sebagai peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Seperti biasanya upacara ini dilaksanakan di lapangan UPI Kampus Serang yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan selesai dengan diikuti oleh para mahasiswa dan mahasiswi UPI Kampus Serang juga para dosen dan staf  akademik UPI Kampus Serang yang terlihat sangat antusias. Selasa, 22 Mei 2017. Upacara kali ini dipimpin langsung oleh Direktur  UPI Kampus Serang yaitu Drs. H. Herli Salim, M.Ed., P.Hd. selaku pembina upacara. Adapun petugas upacara kali ini yaitu dari kelas 1 C PGSD. Dalam amanatnya Drs. H. Herli Salim, M.Ed., P.Hd.selaku pembina upacara mengulas mengenai sejarah Hari Kebangkitan Nasional. Beliau menyampaikan bahwa setiap tanggal 20 Mei, bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Hari yang menjadi momentum perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang ditandai dengan kelahirannya organisasi Budi Oetomo pada tahun 1908. Kebangkitan Nasional merupakan bangkitnya semangat Nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran sebagai sebuah bangsa untuk memajukan diri melalui gerakan organisasi yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan. Beliau juga menyampaikan bahwa Hari Kebangkitan nasional ini juga harus lebih meningkatkan kesadaran kita akan bangsa ini, minimal kesadaran kita terhadap kampus. Beliau juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebersihan dan keindahan kampus, seperti jargonnya beliau yaitu BERHIAS. Harapan beliau untuk para mahasiswa yang akan melaksanakan UAS semoga dapat berjalan dengan lancar dan lakukanlah dengan jujur. Tetap semangat juga buat para mahasiswa yang sedang menghadapi UAS, para dosen dan staf lainnya. (Kominfo BEM UPI Serang)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI Luncurkan Buku Antologi Ke-3

$
0
0
Bandung, UPI Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI melahirkan buku antologi ke-3 yang berjudul “Merekam Dinamika Di Mata Komunikasi” pada miladnya yang ke-6, di Auditorium FPIPS UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Senin (22/5/2016). Buku ke-3 ini hadir setelah dua tahun sebelumnya terbit kumpulan tulisan yang dibukukan dengan judul “Mulut di Tubuh Urban”, tahun berikutnya terbit “Demokrasi di Ujung Jari”. Isi dari ketiga buku ini merupakan tulisan-tulisan yang mengangkat fenomena di masyarakat, yang dikaji menggunakan pisau analisis keilmuan komunikasi. Buku ini memuat pemikiran dan pandangan segelintir mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2013-2016. 27 tulisan yang hadir dalam buku ini mencakup sub tema yakni komunikasi massa, komunikasi politik, komunikasi keberagaman, media baru sampai mengkaji budaya populer di masyarakat. Meskipun digarap dalam waktu yang terbilang singkat, buku dengan judul “Merekam Dinamika Di Mata Komunikasi” ini terlihat penuh pertimbangan. Barangkali tidak ada yang menyangka bahwa tulisan yang dikemas dengan sangat ekslusif tersebut dikumpulkan menjadi satu buku hanya dalam waktu satu bulan saja. Ketika hari launching buku “Merekam Dinamika Di Mata Komunikasi, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi UPI, Ridwan Effendi berkata bahwa “Sekumpulan mahasiswa ilmu komunikasi mencoba merubah tradisi menulis sebagai  “beban”  menjadi kebiasaan  yang mengalir dan mempribadi. Ketika menulis sudah menjadi bagian dari hidup seseorang, maka menulis bukan lagi sebagai sesuatu yang menjadi beban. Menulis akan mengalir begitu saja, seperti halnya ketika kita bergosip”. Memang terasa, bagi sebagian orang menulis masih menjadi beban, terasa berat ketika akan memulai. “Menulis pada hakikatnya mengobrol atau “bergosip” melalui tulisan,” tambahnya. Bersamaan dengan perayaannya yang meriah, Buku ke-3 ini kiranya menjadi kado spesial bagi mahasiswa dan Departemen Ilmu Komunikasi UPI pada Dies Natalisnya yang ke-6. (Afif Anwar Rasyid)
Viewing all 1383 articles
Browse latest View live