Quantcast
Channel: BERITA UPI
Viewing all 1383 articles
Browse latest View live

Diluncurkan Buku Elektronik untuk Tunanetra

$
0
0
Bandung, UPI DPP Pertuni, bersama Yayasan Mitra Netra, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Yayasan Damandiri akan menyelenggarakan “Sosialisasi dan Pelatihan Penggunaan Buku Elektronik (E-Pub) untuk Tunanetra, Kamis, 26 Januari 2017 di Gedung Achmad Sanusi Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka HUT Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) ke-51 ini merupakan pembuka serangkaian sosialisasi dan pelatihan yang akan dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia. Rencananya, Menkominfo Rudiantara akan hadir untuk meresmikan rangkaian kegiatan ini. Selain itu, pada sesi talkshow terkait buku epub untuk tunanetra akan dihadiri pula oleh walikota Bandung, Ridwan Kamil sebagai narasumber. Sebagaimana warga negara Indonesia pada umumnya, penyandang tunanetra juga memiliki hak yang sama, salah satunya hak untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi.Hal ini telah diamanahkan pada Pasal 24 huruf b pada UU no.8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang menyebutkan, “Hak berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi bagi penyandang disabilitas meliputi hak  untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah diakses”. Salah satu bentuk media  yang dapat diakses oleh tunanetra  untuk memperoleh informasi, yaitu buku-buku dengan format yang aksesible, seperti buku Braille, buku audio, serta buku elektronik yang dapat dibaca oleh perangkat lunak pembaca layar pada komputer dan telepon pintar yang dimiliki tunanetra. Untuk meningkatkan fasilitasi akses buku bagi tunanetra, di akhir tahun 2016, Yayasan Mitra Netra telah meluncurkan perpustakaan buku digital online yang diberi nama Pustaka Mitra Netra (www.mitranetra.web.id). Pada perpustakaan ini telah diunggah ratusan jenis buku yang jumlahnya terus akan bertambah. Buku-buku tersebut dibuat dalam bentuk elektronik versi E-Pub yang struktur bukunya disesuaikan dengan struktur buku asli sehingga sangat aksesibel bagi tunanetra.  Pengunggahan buku elektronik ini akan terus dikembangkan pada tahun-tahun berikutnya. Yang dapat menjadi anggota Pustaka Mitra Netra adalah tunanetra--baik yang masih memiliki sisa penglihatan (Low Vision) maupun yang buta total yang telah mendaftarkan diri serta memenuhi persyaratan menjadi anggota. Salah satu persyaratan yang dimaksud, yaitu mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan keterangan bukti ketunanetraan yang ditandatangani pimpinan organisasi/lembaga ketunanetraan seperti Pertuni. Aria Indrawati, Ketua Umum Pertuni menjelaskan, Pertuni mengapresiasi dan mendukung kehadiran perpustakaan buku E-Pub yang diinisiasi oleh Yayasan Mitra Netra tersebut. Selama ini di masyarakat memang telah ada buku epub. Namun, buku epub yang ada tidak dalam format teks, melainkan dalam format JPG – yaitu file hasil pemindaian, yang hanya dapat dibaca dengan penglihatan, dan tidak dapat dibaca dengan perangkat lunak pembaca layar pada gadget tunanetra.  “Itulah sebabnya, pada tahun 2017, Pertuni pun menjalin kerja sama dengan Yayasan Mitra Netra untuk meresmikan sosialisasi penggunaan E-Pub dalam mengakses perpustakaan khusus untuk tunanetra, dan melatih tunanetra di seluruh Indonesia – secara bertahap dan terus menerus – untuk menjadi  pengguna perpustakaan online untuk tunanetra ini,” jelas Aria. Menyadari luasnya wilayah Indonesia, Sosialisasi dan pelatihan Penggunaan Buku epub untuk Tunanetra ini akan dipusatkan di beberapa kota di Indonesia, yang diikuti oleh tunanetra pengurus dan anggota Pertuni yang berada di kawasan sekitar kota/propinsi tersebut. Pembagian wilayah diputuskan berdasarkan estimasi banyaknya tunanetra pengguna internet, yakni diawali di Kota Bandung, Jawa Barat. Setelah itu, sosialisasi dan pelatihan akan berlanjut ke Yogyakarta, Malang, Denpasar, dan Manado. Bandung dipilih sebagai kota pertama tempat dilaksanakannya sosialisasi dan pelatihan penggunaan buku epub untuk tunanetra, mengingat Bandung merupakan kota yang menyimpan sejarah awal perjuangan tunanetra Indonesia. Sedangkan, dipilihnya UPI sebagai lokasi penyelenggaraan kegiatan, dikarenakan UPI merupakan universitas yang meluluskan tunanetra pertama dan terbanyak di Indonesia. Sosialisasi dan pelatihan pertama ini akan dilaksanakan dengan beberapa rangkaian acara. Diawali dengan sidang terbuka dari seorang doktor tunanetra, Tri Bagio—tunanetra keempat yang memperoleh gelar doktor di UPI, berlanjut dengan peresmian sosialisasi dan pelatihan oleh Menkominfo, Rudiantara, kemudian dilanjutkan dengan talkshow seputar penggunaan buku E-Pub untuk tunanetra dengan narasumber Menkominfo, Rudiantara; Walikota Bandung, Ridwan Kamil; Ketua Umum Pertuni, Aria Indrawati; Ketua Yayasan Damandiri, Subiakto Cakra Wardaya; serta Rektor UPI, Prof. Dr. Furqon, M.A., Ph.D.  Sesi berikutnya, sosialisasi dan pelatihan akan diberikan kepada sekitar 200 tunanetra yang hadir. Peserta diutamakan tunanetra yang aktif sebagai pengurus dan anggota Pertuni di wilayah Bandung dan sekitarnya. “Selain itu, diharapkan pula sosialisasi dan pelatihan ini dapat diikuti oleh pelajar/mahasiswa tunanetra yang masih menempuh jenjang pendidikan, baik siswa maupun mahasiswa. Dengan demikian, peserta tersebut dapat memanfaatkan layanan Penggunaan Buku Elektronik ini sebagai sarana belajar mereka secara optimal,” ujar Tri Bagio, Koordinator Sosialisasi dan Pelatihan yang juga Ketua III DPP Pertuni. Materi yang akan disampaikan dalam sosialisasi dan pelatihan, yaitu cara menggunakan Perpustakaan Online buku E-Pub, serta cara membaca buku E-Pub dengan menggunakan laptop atau smart phone. Metode penyampainnya pun cukup sederhana. Peserta akan dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok didampingi oleh 1 orang instruktur. Selanjutnya, peserta akan diminta langsung mempraktikan instruksi yang disampaikan oleh instruktur. Dengan kehadiran Perpustakaan buku elektronik E-Pub ini diharapkan tunanetra akan memiliki pilihan baru dalam membaca buku, sehingga mempermudah mereka untuk memperoleh bahan bacaan dan referensi yang dibutuhkan. Selanjutnya, dengan apa yang disampaikan melalui sosialisasi dan pelatihan tersebut, Peserta dapat mengajak tunanetra lainnya untuk bergabung menjadi anggota perpustakaan online buku E-Pub termasuk para tunanetra yang sedang berwirausaha. “Dengan demikian, semakin banyak tunanetra yang mengetahui keberadaan perpustakaan buku E-Pub serta dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Tri. (DN)

Sebanyak 219 orang Peserta PPG dan PPGT Memperoleh Yudisium

$
0
0
Bandung, UPI Sebanyak 219 orang Peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi dinyatakan lulus dan dilantik oleh Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. H. Furqon, Ph.D., dalam acara Yudisium Peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pasca SM3T Angkatan IV dan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi Angkatan II, di Auditorium Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Lantai 6, Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (20/01/2017). Dalam amanahnya, Rektor mengatakan,”Saya mengapresiasi atas keberhasilan anda dalam menyelesaikan PPGini. Kepada seluruh lulusan saya sampaikan bahwa anda sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bangsa ini adalah bangsa yang besar, besar jumlah penduduknya dan sumber daya alamnya. Ini merupakan potensi yang luar biasa untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu bangsa termaju di muka bumi ini. Ini merupakan hasil studi lembaga bereputasi internasional, ujarnya. Diprediksikan di tahun 2045 Indonesia bisa menjadi The 4th Biggest World Economy, bisa terjadi bila kita mempersiapkan hal tersebut, namun bila tidak hal itu akan menjadi fatamorgana atau mimpi saja, kita akan dijajah secara ideologi, politik, ekonomi, sosial maupun budaya oleh negara yang sudah maju. “Saya ingin meyakinkan bahwa guru mempunyai peranan strategis, vital, dan mampu mengubah mimpi tadi menjadi kenyataan. Tanpa pendidikan yang baik, yang bermutu, kita khawatir kita lebih terpuruk dari keadaan sekarang. Saya titip pesan, bahwa predikat yang didapat tidak untuk dipamerkan, tujuannya kita ingin mempersiapkan generasi kokoh, jujur, penuh persahabatan dan memiliki kompetensi glogal,” tegasnya. Kedua, lanjutnya, mendidik itu gampang-gampang susah, mengajar itu tidak sama dengan mendidik, mendidik itu teaching by heart. Hanya dengan mendidik dari hati ke hati, maka generasi mendatang dapat terwujud. Sebagai pendidik, dasar pendidikan adalah cinta kasih. Mencintai seperti orang tua pada anaknya, atau kakaknya pada adiknya. Semua berdasarkan kasih sayang. Teaching by heart tidak terbatas di kelas, tapi ketika kita beribadah, mendoakan peserta didik dalam ibadah, kemudian melibatkan Tuhan untuk bisa membentuk perilaku yang cinta tanah air agar mampu bersaing di dunia global. Lebih lanjut dikatakan,”Penyelenggaraan PPG berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik. Tujuannya untuk menghasilkan guru yang profesional, handal, dan bisa memfasilitasi anak-anak untuk mencapai pendidikan nasional, karena secara konseptual mereka sudah mengalami pengabdian di masyarakat.” Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur Direktorat Akademik Dr. Dadang Anshori, S.Pd., M.Si., mengatakan,”Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Tanggal 10 Maret 2016, sebanyak 187 orang terdaftar sebagai peserta PPG, dan 35 orang terdaftar sebagai peserta PPG Terintegrasi.” Terdapat 9 program studi yang terlibat dalam pelaksanaan PPG Pasca SM3T, diantaranya, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidkan Geografi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Teknik Bangunan. Sementara peserta mengikuti program-program yang telah dirancang seperti workshop SSP selama 6 bulan, praktik mengajar mandiri selama 4 bulan, pendalaman materi (persiapan UTN), ujian tulis lokal (UTL), dan ujian tulis nasional (UTN). (dodiangga)   

UNIS Gandeng UPI Kembangkan Universitas

$
0
0
Tangerang, UPI Universitas Islam Syekh-Yusuf (UNIS) Tangerang sepakat melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tentang pengembangan kelembagaan di Ruang Rapat Rektorat Kampus UNIS Jalan Maulana Yusuf No. 10, Babakan, Kota Tangerang, Banten, Minggu (22/01/2017). “Piagam Kerja Sama dengan Nomor : 513/A-1/UNIS/XII/2016 dan Nomor : 0420/UN40/HK/2017 ditandatangani didasari oleh keinginan untuk saling menunjang dalam melaksanakan pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, melalui peningkatkan mutu akademik, riset, pengabdian kepada masyarkat dan hal lainnya yang dilaksanakan dalam 5 tahun ke depan,” ujar Rektor UNIS Tangerang Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, Dipl., RSL., M.Pd. Membuat sebuah kerja sama merupakan hal yang sangat berat bagi PTS. Kerja sama untuk memperoleh akreditasi melalui U to U saja sudah sangat berat apalagi G to G, jelasnya. Melalui kerja sama ini diharapkan mutu pendidikan kami bisa berkembang dan terdorong menjadi universitas yang baik dari segi kurikulum, serta sumber daya manusia yang baik, dan hasil dari kerja sama ini bisa membuat kami sejajar dengan universitas swata yang lain. Lebih lanjut dijelaskan,”Kami menggandeng UPI untuk membangun kurikulum dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas dosen sesuai standar dosen, bukan tanpa alasan. Kami menilai UPI merupakan lembaga pendidikan terbaik di Indonesia dan mempunyai reputasi internasional. kami bekerja sama dengan UPI tentunya untuk memperoleh pengalaman dalam megelola lembaga untuk menjadikan kami bisa seperti UPI.” UPI sangat diharapkan dapat membantu kemajuan Unis, tegasnya. Diharapkan UPI melakukan pendampingan dalam penulisan jurnal ilmiah terindeks, pembinaan dosen muda, pengembangan kurikulum, dan pekerti. Melalui kerja sama ini, Unis bisa lebih maju dan dapat mempertanggung jawabkannya kepada pihak internal (yayasan) dan eksternal (masyarakat). “Perlu diketahui, kami memiliki sdm yang merupakan alumni UPI, mereka dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi lain. Perpustakaan Unis dikelola oleh alumni UPI. Kami juga mengangkat dosen muda kependidikan dari UPI lulusan Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Kimia, Pendidikan Psikologi, Pendidikan Perpustakaan, dan saat ini kami membutuhkan 10 orang lulusan Pedidikan Kimia UPI,” jelasnya. Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI Prof. H. Furqon, Ph.D., menjelaskan,”Unis Tangerang bukanlah institusi baru bagi UPI sehingga kerja sama ini sudah terlaksana jauh sebelum ada MoU. Kami menyambut baik dengan adanya MoU ini, semoga kita bisa saling membantu. Network memang sangat diperlukan untuk memperoleh pengalaman hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan pertukaran mahasiswa, dosen, staf, penelitian, dan lain sebagainya, sehingga mutu pendidikan kita bisa sejajar dengan bangsa lain.” Pemerintah belum terasa kehadirannya di sekolah tingkat dasar hingga menengah, lanjutnya. Dana yang dianggarkan masih terlalu kecil. Kita mengajak semua orang untuk peduli terhadap mutu pendidikan karena mutu pendidikan adalah wajah dari suatu negara. Kita harus siap sebagai bangsa, oleh karena itu saya sangat sepakat untuk melakukan kerja sama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Saat ini memang susah bersaing tanpa kolaborasi, semoga MoU ini dapat memecahkan persoalan yang rumit sekalipun, dan bisa membuat perkembangan yang cepat. (dodiangga)  

Kodam III/Siliwangi Didik Protokol Bumi Siliwangi UPI Angkatan X

$
0
0
Bandung, UPI Senin, 23 Januari 2017, Kepala Kantor Hubungan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia, Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. membuka secara resmi Chandradimuka Pendidikan Tingkat Dasar Protokol Bumi Siliwangi Angkatan X, di halaman Gedung Partere UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Pendidikan diikuti 79 mahasiswa terbaik hasil seleksi dari berbagai fakultas dan kampus daerah. Dalam amanatnya Kepala Humas menyampaikan pendidikan ini merupakan kegiatan positif yang dilaksanakan oleh PROBUMSIL sebagai wahana yang tepat untuk mengembangkan diri sehingga dengan adanya chandradimuka pendidikan tingkat dasar ini, potensi diri yang dimiliki terbentuk secara optimal. Merujuk Telegram Panglima Komando Daerah III/Siliwangi Nomor : ST/2729/2016 serta jadwal ajar yang telah ditandatangani oleh Sekretaris Eksekutif dan Komandan Dodik Bela Negara Kodam III/Siliwangi pendidikan akan dilaksanakan tujuh hari terhitung 23-29 Januari 2017 terbagi dua hari di kampus induk UPI dan pengasramaan kedisiplinan secara penuh lima hari di Dodik Bela Negara Kodam III/Siliwangi, pendidikan mempunyai bobot 112 jam pelajaran terdiri dari pematerian dan pelatihan keprotokolan negara, kecabangan protokol, pemerintahan, wawasan kebangsaan, bela negara, struktur dan kultur perguruan tinggi, akidah dan akhlak serta penanaman doktrin dan jiwa korsa. Pematerian pendidikan tersebut akan diisi oleh pejabat pemerintahan sipil, pejabat militer, profesional keprotokolan, pejabat universitas terdiri dari Rektor, mantan Rektor, para Wakil Rektor, Dekan, Kepala Lembaga, Direktur Kampus Daerah serta pejabat UPI lainnya. Alumni PROBUMSIL yang berdinas aktif dalam pemerintahan dan keprotokolan senantiasa hadir pula untuk memberikan materi dan pelatihan. Tidak hanya kegiatan di kampus dan asrama, pendidikan tersebut akan diisi dengan temu tokoh dengan Panglima Komando Daerah III/Siliwangi, temu alumni protokol dengan Sekretaris  Unit Penindakan Hukum Badan Keamanan Laut RI, teknis keprotokolan Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate Bandung, kunjungan Museum Mandala Wangsit Siliwangi dan ziarah ke Makam Pahlawan Nasional Otto Iskandardinata. Peserta yang dinyatakan lulus dalam pendidikan ini akan dilantik oleh pejabat universitas sebagai pelaksana protokol universitas dihadapan orang tua/wali dengan tingkatan protokol pratama. Diharapkan dengan Chandradimuka Pendidikan Tingkat Dasar Protokol Bumi Siliwangi Angkatan X ini terbentuk personel protokol yang tangguh dan siap berbakti pada nusa dan bangsa sesuai dengan visi PROBUMSIL UPI “Protokol Paripurna Bermaruwah : Agama, Budaya, Bangsa dan Negara Bersendi Tri Dharma Perguruan Tinggi”. (Asisten Deputi Penugasan Bidang Publikasi PROBUMSIL)

Rektor Kunjungi UPI Kampus Serang

$
0
0
Serang, UPI Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. H. Furqon, Ph.D., didampingi unsur pimpinan universitas, meninjau pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan meninjau sarana dan prasarana penunjang pendidikan di UPI Kampus Serang, Jalan Ciracas, Serang, Senin (23/01/2017). Dalam kesempatan tersebut Rektor mengatakan,”Beberapa pemerintah daerah di Provinsi Banten menginginkan UPI Kampus Serang sebagai laboratorium untuk mengembangkan potensi wilayahnya. Atas dasar tersebut, pimpinan universitas berpikir untuk membuat UPI Kampus Serang ideal dari segi sumber daya manusianya, contoh, untuk dosen idealnya 100 orang karena saat ini hanya 29 orang dosen. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa pemikiran agar bisa “lari” untuk mengembangkan universitas. langkah awal yaitu menambah jumlah dosen, mahasiswa, dan prodi.” Lebih lanjut ditegaskan, pimpinan dan seluruh civitas akademika UPI Kampus Serang diharapkan dapat merancang apa yang bisa dikembangkan melalui pemanfaatan fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki secara optimal tidak hanya bertumpu pada kegiatan perkuliahan, termasuk pengembangan sdm. “Pengembangan sdm bisa dimulai dengan meningkatkan jumlah doktor dan guru besar, dengan komposisi tersebut dirasakan sangat ideal, karena kita menganut sistem meritrokrasi. Lakukan kajian untuk melakukan pengembangan program studi, kita ingin melihat kemajuan secara berkala. Jangan lupa bahwa pendidikan cermin wajah Indonesia,” pungkasnya. (dodiangga)

Pendidikan Bersifat Multiplier Effect

$
0
0
Pandeglang, UPI Pemerintah Kabupaten Pandeglang melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tentang penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, di Ruang Rapat Gedung Partere Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (28/12/2016). Bupati Pandeglang Hj.Irna Narulita, SE, MM., sangat berharap UPI dapat membantu Kabupaten Pandeglang untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan, karena pendidikan adalah unsur penting dalam pembangunan daerah. Bupati mengatakan,”Kami tidak meragukan reputasi UPI, dan kapasitas UPI juga sudah tidak diragukan lagi, kami juga berharap UPI dapat mengembangkan sdm melalui pendidikan serta merekomendasikan sister city untuk pengembangan pendidikan.” Lebih lanjut dikatakan, kami tidak ragu untuk mengadopsi program-program yang telah berhasil diaplikasikan pemerintah kota/kabupaten lain. Guru harus mendapatkan pendampingan dan mendapatkan perhatian lebih demi terwujudnya mutu pendidikan yang berkualitas. UPI diharapkan kehadirannya dalam penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; UPI hadir dalam penyelenggaraan kolaborasi riset dan pengembangan sumber daya; penyelenggaraan kegiatan ilmiah, kajian ilmiah, seminar, dan loka karya; serta peningkatan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI Prof. H. Furqon, Ph.D., mengatakan,”Bagi UPI, kerja sama ini adalah peluang untuk mengimplementasikan apa-apa saja yang dibicarakan dengan mahasiswa di ruang kelas. Pendidik dari UPI senang dapat ikut berkiprah dalam dunia pendidikan. UPI sangat mengapresiasi langkah Bupati. Dengan meningkatnya kemampuan sumber daya manusia maka daerah pun akan maju, dan fakta ini sudah tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.” Kita sebagai akademisi, bisa belajar di lapangan, melihat konteks dan kearifan lokal, ujarnya. UPI akan berada lebih dekat dengan Kabupaten Pandeglang untuk memberikan solusi, strategi, dan hal lain yang diperlukan untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan,“Wajah Indonesia sangat ditentukan oleh mutu pendidikan. Kita harus peduli terhadap pendidikan karena bersifat multiplier effect, tidak ada negara yang maju tanpa didahului oleh pendidikan yang maju. Jika memiliki guru yang bagus maka kita punya harapan untuk membangun bangsa. Permalahan guru seperti mismatch dan distribusi, diharapkan dapat diatasi dengan membuat roadmap pendidikan yang jelas. (dodiangga)

Teaching Factory 6 Langkah Sangat Efektif Tingkatkan Kewirausahaan

$
0
0
Bandung, UPI Implementasi model Teaching Factory Enam Langkah (TF-6M) sangat efesien meningkatkan hasil belajar siswa dan kompetensi vokasional dalam mata pelajaran kelompok wajib C dan kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  implementasi  model TF-6M dalam pengembangan karakter wirausaha di bidang industri  kreatif fesyen, dapat meningkatkan  kemampuan soft skills siswa. “Kemampuan soft skills sangat dibutuhkan siswa SMK. Karena, lulusan SMK akan menjadi tenaga tingkat menengah baik untuk bekerja maupun berwirausaha. Kemampuan soft skills merupakan kemampuan mengelola emosi, menghadapi stress, teknik berkomunikasi, interaksi sosial, integritas, tanggung jawab, etos kerja dan kejujuran, menerima perbedaan, yang akan menghasilkan sebuah karakter,” kata Dr. Cucu Sutianah, M.Pd., saat mempertahankan disertasi di depan sidang akademik Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI) di Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Rabu (25/1/2017). Cucu Sutianah mempertahankan disertasi berjudul, “Pengembangan Karakter Wirausaha Bidang Industri Kreatif Fesyen Siswa Paket Keahlian Tata Busana Melalui Implementasi Model Teaching Factory 6 Langkah -- TF-6M (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Program Keahlian Tata Busana di SMK) didepan sidang akademik yang terdiri atas Prof. Dr. H. As'ari Djohar, M.Pd. (promotor); Prof. Dr. Hj. Sri Sulastri, M.Pd. (anggota promotor); Dr. H. Dadang Hidayat, M.Pd. (anggota promotor); dan Prof. Ivan Hanafi, M.Pd. dari Universitas Negeri Jakarta. Diungkapkan, kompetensi lulusan SMK masih rendah karena masih terdapat kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki lulusan SMK dengan kebutuhan DU/DI, sehingga tujuan SMK menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri belum berhasil dilakukan. Sementara pembelajaran mata pelajaran produktif di SMK belum seperti proses yang ada di industri, sehingga diperlukan pengembangan dan implementasi model pembelajaran untuk lulusan SMK yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri. “Di samping itu, peserta didik belum berpikir dan bersikap selayaknya pekerja, karena manajemen dan budaya sekolah belum seperti manajemen dan budaya industri, sehingga pengenalan peserta didik pada lingkungan dan jabatan pekerjaan yang ada di industri bisa dilakukan lebih awal,” ujar Cucu Sutianah. Ia juga mengungkapkan bahwa selama ini belum ada program pembelajaran yang dapat mengembangkan karakter wirausaha secara utuh pada mata pelajaran produktif  Program Studi Keahlian Tata Busana. Apalagi, proses pembelajaran mata pelajaran produktif  dengan  pembelajaran kewirausahaan masih terpisah belum terintegrasi secara utuh sesuai kebutuhan pasar kerja, sehingga waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan karena keterlambatan waktu. Pembelajaran produktif  belum  dilakukan secara konkret, dan realistis (real learning), pada pengembangan karakter wirausaha, kata Cucu Sutianah. Sedangkan penilaian proses dan hasil pembelajaran belum menggunakan teknik penilaian yang dapat menghasilkan data yang autentik sesuai kompetensi kerja yang dibutuhkan DU/DI atau hidup mandiri dan berwirausaha. Pencapaian kompetensi belum diukur dengan cara yang bervariasi sesuai dengan kriteria kinerja, baik hard skills maupun soft skills yang harus dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang sebenarnya. “Apalagi, peralatan praktik baru digunakan secara konvensional dan kondisional pada pembelajaran saja. Penggunaannya belum diberdayakan secara optimal, efesien dan efektif, tanpa memberikan pemasukan bagi pembiayaan praktik dan pemeliharaannya,” ujar Cucu Sutianah. Hasil penelitian yang dilakukan Cucu Sutianah menunjukkan bahwa  implementasi model TF-6M dalam pengembangan karakter wirausaha di bidang industri  kreatif  fesyen, dapat meningkatkan hasil belajar untuk ranah pengetahuan siswa pada Mata Pelajaran Kelompok  Wajib C. Hasil perhitungan  data menunjukkan bahwa  implementasi  model TF-6M dalam pengembangan karakter wirausaha siswa di bidang industri  kreatif fesyen, dapat meningkatkan hard skills siswa. Tergambar dari pencapaian setiap aspek dan indikator yang meliputi aspek tentang, menganalisis order,  mengerjakan order,  dan melakukan QC. Terdapat peningkatan kemampuan hard skills siswa, setelah implementasi Model TF-6M. Ia juga mengungkapkan bahwa implementasi Model TF-6M dalam pengembangan karakter wirausaha di bidang industri  kreatif fesyen,  dapat meningkatkan  kemampuan soft skills siswa. Tergambar dari pencapaian setiap aspek dan indikator yang meliputi menerima pemberi order, menyatakan kesiapan  mengerjakan  order  dan menyerahkan order. Pembelajaran dengan Model TF-6M menurut data hasil penelitian berpengaruh terhadap peningkatan soft skills peserta didik. Mengungkapkan tentang persepsi siswa tentang pengembangan karakter wirausaha, Cucu Sutianah mengatakan, pembelajaran dengan Model TF-6M dalam pengembangan karakter wirausaha di bidang industri  kreatif fesyen, dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan karakter wirausaha siswa. Tergambar dari pencapaian setiap aspek dan indikator yang meliputi motivasi berprestasi,  orientasi masa depan,  kepemimpinan usaha,  jaringan usaha,   responsif dan kreatif terhadap perubahan. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa  implementasi  Model TF-6M dapat mengembangkan kemampuan  karakter wirausaha siswa, tergambar pada pencapaian setiap aspek dan indikator yang meliputi, motivasi berprestasi,  orientasi masa depan,  kepemimpinan usaha,  jaringan usaha, dan responsive dan kreatif,” ujar Cucu Sutianah. Langkah menerima pemberi order, menyatakan kesanggupan mengerjakan order, dan menyerahkan order, aspek yang dapat dikembangkan adalah aspek motivasi berprestasi dan jaringan usaha. Kemampuan menganalisis order, mengerjakan order, melakukan quality control  aspek yang dapat dikembangkan yaitu aspek orientasi masa depan, kepemimpinan wirausaha dan responsif dan kreatif terhadap perubahan. (Dodi/Reza Ibrahim/WAS)

Yakobus Tri Bagio: Dedikasikan Diri untuk Dunia Tunanetra, Kejar Pendidikan Hingga Jenjang S3

$
0
0
Bandung, UPI “Waktu itu umur saya sekitar 13 tahun. Sejak itu saya menjadi murung, dan sedih, dunia seakan akan runtuh, tidak akan ada harapan lagi untuk masa depan saya,” demikian ungkap Yakobus Tri Bagio, menceritakan awal mula ia dinyatakan sebagai tunanetra. Tri, begitu ia biasa disapa, terlahir dengan pengelihatan sempurna pada 25 April di Kota Semarang. Akan tetapi, saat kelas 6 SD, Tri mengalami kecelakaan ketika tengah bermain sepak bola dalam pelajaran olahraga di sekolah. “Setelah dibawa ke rumah sakit dan operasi, ternyata sudah tidak bisa ditolong lagi. Dokter menyatakan, bahwa kemungkinan pengelihatan saya akan menjadi total (tidak melihat sama sekali)”, ujarnya. Satu setengah tahun berlalu sejak kecelakaan itu, Tri merasa semakin frustasi dan putus asa. Betapa tidak, saat itu dokter menyatakan bahwa ia telah benar-benar menjadi tunanetra. Tri berhenti sekolah, bahkan tak ada lagi aktivitas yang bisa ia jalani selama tahun berikutnya. Ia hanya terkurung di rumah, menangisi keadaan tanpa tahu apa yang bisa ia lakukan untuk kehidupannya. Walhasil Tri pun berubah menjadi anak yang pemalu dan tidak mau bergaul. Suatu hari, Tri didatangi oleh salah satu saudara yang tinggal di Ambarawa ingin mengajak dia mengobati pengelihatannya. Setelah berobat, ternyata memang pengelihatan Tri tetap tidak bisa ditolong lagi. Namun, Tuhan selalu punya rencana baik kepada setiap hamba-Nya. Setelah upaya pengobatan itu, justru orang tersebut mengenalkan Tri kepada temannya yang selanjutnya memberi dorongan untuk disekolahkan. “Nah, dari situlah saya mulai bangkit, berpikir untuk bersekolah dalam keadaan tunanetra,” jelas anak ketiga dari empat bersaudara ini. Maka, petualangan Tri pun dimulai. Di kota Kudus Tri pertama kali belajar membaca dan menulis huruf Braille selama satu setengah tahun. Lalu ia pun melanjutkan di SLB Pemalang, sekedar untuk mendapatkan ijasah SD. Lalu melanjutkan SMP di SLB ABC Ciamis, dapat diselesaikan dalam waktu 1,5 tahun. Tri melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Ciamis. Tak selesai sampai disitu, perjalanan Tri pun berlanjut ke Kota Kembang, Bandung. Di kota inilah Tri banyak mengukir kisah hidupnya, sejak kuliah, bekerja, hingga berkeluarga. “Saat itu, sarjana PLB untuk tunanetra masih terbilang jarang. Selain itu, memang perhatian saya adalah ketika lulus ingin menjadi guru. Karena waktu itu guru PLB, khususnya yang konsen ke ketunanetraan masih sangat kurang, minim sekali”, ujar Tri, mengungkap alasannya mengambil jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) pada program studi S1 yang dijalaninya di Universitas Pendidikan Indonesia. Pemikiran tersebut muncul, karena saat di Pemalang maupun Ciamis, Tri tidak menemukan tunanetra yang menjadi guru, apalagi yang menempuh pendidikan hingga kuliah. Itulah sebabnya, Tri berkeinginan kuat, mengambil jurusan PLB dengan spesialisasi A untuk tunanetra. Sebagai mahasiswa penyandang disabilitas, Tri terbilang sosok yang ulet dan berprestasi. Lihat saja, ketika  lulus S1 ia termasuk mahasiswa dengan ranking 3 terbaik. Tak heran jika Bapak Djadja Rahardja, salah seorang dosen saat itu menyarankan agar Tri langsung melanjutkan studi ke program S2.  Keinginan Tri yang kuat untuk terus belajar, akhirnya mengantarkan ia menempuh program magister di UPI dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan Bimbingan Anak Khusus (BPBAK) sebuah konsentrasi ilmu konseling yang memfokuskan perhatian pada konseling anak berkebutuhan khusus. Pintu keberhasilan itu, menurut pendapat Tri, adalah ketika seseorang punya motivasi dan kepercayaan diri. Pandangan tersebutlah yang memantapkan Tri mengambil konsentrasi Bimbingan Konseling pada program studi S2-nya yang diselesaikan dalam waktu relatif singkat 2 tahun 4 bulan. “Ketika lulus, saya ingin membangun paradigma bahwa tunanetra sama dengan orang pada umumnya yang ketika diberi motivasi akan bisa berhasil,” katanya. Tahun 1999, Tri lulus dari program studi S2. Saat itu, mencari pekerjaan sangat sulit, terlebih bagi seorang tunanetra seperti Tri. Bersama 12 teman tunanetra lainnya, Tri pun bertolak ke Jakarta demi mengikuti tes seleksi pegawai negeri Departeman Pendidikan RI, serta beraudiensi dengan Menteri Pendidikan. Saat pengumuman, ternyata dari 12 orang yang mengikuti tes itu hanya ada empat orang yang dinyatakan lulus sebagai guru PNS, salah satunya Tri. Maka, tahun 2000 pun Tri resmi diangkat menjadi guru di SLBN-A Kota Bandung. “Waktu itu, dari dua belas orang yang berangkat ke Jakarta, hanya saya yang pendidikannya sudah S2. Jadi, bagi saya mungkin inilah hikmahnya saya menempuh pendidikan hingga jenjang S2 “ tutur ayah dari satu orang puteri ini. Pasca penempatannya di SLBN-A Kota Bandung yang merupakan SLB-A tertua di Asia Tenggara, Tri sepenuhnya mendedikasikan diri untuk pendidikan anak tunanetra, khususnya bidang konseling. Selama 10 tahun pertama, di sanalah satu-satunya SLB yang menerapkan bimbingan konseling kepada siswa-siswanya. Pantaslah, jika kemudian Tri menemukan dinamika yang luar biasa dari siswa-siswa bimbingannya. Banyak tunanetra yang menceritakan keluh kesahnya kepada Tri tidak hanya pertemuan langsung, tetapi juga via telepon, SMS, email, bahkan inbox facebook. Dari banyaknya keluhan dan masalah yang ia dengar, Tri menyadari bahwa banyak anak tunanetra yang merasa tertekan dengan kondisinya sebagai tunanetra, bahkan tak jarang yang ingin bunuh diri karena tak kuat menahan tekanan itu. Situasi tersebut membuat Tri sadar, bahwa ketika anak tunanetra mengalami tekanan mental seperti itu, seharusnya ada sosok yang selalu hadir untuk mendampingi dan membimbingnya, yakni orang tua. Menyadari betapa pentingnya kehadiran orang tua bagi tumbuh kembang anak tunanetra, maka Tri pun mengambil  disertasi terkait konseling keluarga, yakni berjudul  “Konseling Keluarga dalam membantu penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak Tunanetra” pada program studi S3 yang tengah ditempuhnya saat ini. Ya, Tri memang tak pernah setengah-setengah dalam memberikan pengabdiannya untuk kemajuan tunanetra. Meski sadar menempuh pendidikan di jenjang S3 tidak mudah, toh ia tetap memutuskan untuk menjalaninya. Di samping butuh biaya, butuh konsentrasi, butuh juga aspek keuletan, karena dinamika problematikanya sangat banyak, baik dalam perspektif mengatur waktu, keuangan, maupun kegiatan lainnya. Terlebih, Tri  juga adalah seorang kepala rumah tangga yang harus membangun keluarganya, sebagai guru di sekolah juga harus mengajar, serta berbagi waktu untuk kegiatan organisasi. Tak hanya bidang akademis, Tri juga mendedikasikan dirinya untuk kegiatan organisasi, salah satunya Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia). Tri menjelaskan, bahwa ia sebenarnya sudah mengenal dan terlibat kegiatan Pertuni saat SMA di Ciamis. Namun, keinginan berkontribusi di Pertuni kembali terkuatkan setelah ia lulus S2, yakni tahun 2000. Bagi Tri, membagi waktu untuk kegiatan organisasi adalah sebuah kebutuhan tersendiri demi membangun hidup yang seimbang, sehingga hidup tak hanya soal mencari uang secara professional dan membangun keluarga, tetapi juga berbagi kepada sesama tunanetra serta masyarakat pada umumnya. Menurut Tri, melalui organisasi ia dapat menyalurkan dan memediasikan update info berkaitan pengembangan tunanetra. “Organisasi ini adalah wadah untuk membangun, khususnya jika saya memiliki ide-ide yang sifatnya untuk memajukan. Nah, itu penyalurannya lewat organisasi. Yang saya tekuni dalam hal ini kan Pertuni, berarti saya di Pertuni sudah 16 tahun,” ujar pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua III Bidang Penelitian dan Pengembangan DPP Pertuni. Dengan masih banyaknya diskriminasi yang ada di Indonesia, tentu tak mudah melalui perjalanan hidup seperti yang Tri alami. Ia memotivasi dirinya sendiri, bahwa kunci sukses adalah apabila ia selalu menjalankan lima tindakan yang ia singkat dalam sebuah akronim “TUYUN”, yakni Tekun, Ulet, Yakin, Usaha, dan Niat. Dalam bahasa Sunda, kata “tuyun” sendiri berarti “membimbing” atau “menuntun”. Ketika menemui kegagalan pun, Tri tidak mudah menyerah. Ia berprinsip, apabila orang lain bisa, maka sesungguhnya ia pun bisa. “Orang lain punya waktu 24 jam, saya juga punya 24 jam. Kuncinya, bagaimana kita memanfaatkan 24 jam yang kita miliki untuk melakukan hal-hal yang bermakna bagi diri sendiri dan bagi sesama,” katanya, mantap. Dengan segala hal yang telah ia lakukan untuk tunanetra, Tri berharap, agar para tunanetra di Indonesia bisa lebih maju lagi, juga dapat lebih diterima di tengah masyarakat. Pemerintah juga perlu lebih membukakan ruang bagi tunanetra untuk berkontribusi dalam membangun negara. Dengan demikian, tunanetra tidak lagi dianggap sebagai individu yang bergantung dan kelompok marginal atau kelompok yang terpinggirkan. Mereka juga punya hak untuk mendapat pekerjaan, pendidikan,  pelayanan publik, dan seterusnya. “Jika di generasi sekarang sudah ada empat doktor dan satu lagi calon doktor yang ke lima, maka di generasi berikutnya mudah-mudahan ada yang bisa sampai profesor, peneliti, bahkan pengusaha sukses,” pangkas Tri. Tri Bagio akan menempuh Promosi Doktor pada tanggal 26 Januari 2017 Pkl. 09.30 WIB di Gedung Ahmad Sanusi Universitas Pendidikan Indonesia. Berarti sejarah akan mencatat bahwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) telah meluluskan 4 orang Doktor tunanetra mempersembahkan untuk bangsa dan negara Indonesia. (DN)

Program CIBI Seleksi Unggulan Masuk UPI

$
0
0
Bandung, UPI Universitas Pendidikan Indonesia mulai melakukan sosialisasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2017 kepada kepala sekolah, guru BK dan siswa kelas XII yang berasal dari sekolah SMA/SMK/MA se-Jawa Barat, Rabu, (25/1/2017) di Gedung Achmad Sanusi Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Kepala Humas UPI, Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si mengatakan bahwa untuk masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia bisa melalui 3 jalur, yakni melalui SNMPTN dengan kuota sebanyak 30 persen, jalur SBMPTN dengan kuota 40 persen dan jalur SM-UPI  sebanyak 30 persen. Untuk penyelenggaraan SNMPTN sendiri dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Sekolah Republik Indonesia (SRI) di luar negeri yang memiliki prestasi unggul untuk memperoleh pendidikan tinggi, dan memberikan peluang kepada PTN untuk mendapatkan calon mahasiswa baru yang mempunyai prestasi akademik tinggi. Dikatakan Yuliawan tahapan mengikuti SNMPTN diawali dengan pengisian dan verifikasi PDSS (Pangkalan Data Sekolah dan Siswa), pemeringkatan, dan pendaftaran SNMPTN oleh siswa. Dalam hal pengisian dan verifikasi PDSS, Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah mengisi data sekolah dan siswa di PDSS harus melalui laman http://pdss.snmptn.ac.id. Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) merupakan basis data yang berisikan rekam jejak kinerja sekolah dan prestasi akademik siswa. Sekolah yang siswanya akan mengikuti SNMPTN harus mempunyai Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan mengisikan data prestasi siswa di PDSS. Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah mendapatkan password yang akan digunakan oleh siswa untuk melakukan verifikasi. Siswa melakukan verikasi data rekam jejak prestasi akademik (nilai rapor) yang diisikan oleh Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah dengan menggunakan NISN dan password. “Apabila siswa tidak melaksanakan verifikasi data rekam jejak prestasi akademik (nilai rapor) yang diisikan oleh Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah, maka data yang diisikan dianggap benar dan tidak dapat diubah setelah waktu verifikasi berakhir,” ujar Yuliawan. Dijelaskan, sekolah yang siswanya berhak mengikuti SNMPTN adalah: SMA/MA, SMK negeri maupun swasta, (termasuk SRI di luar negeri) yang mempunyai NPSN. Mereka harus telah mengisi PDSS dengan lengkap dan benar. Sedangkan persyaratan siswa pendaftar SNMPTN adalah siswa SMA/MA, SMK kelas terakhir pada tahun 2017 yang:  memiliki prestasi unggul yaitu, calon peserta masuk peringkat terbaik di sekolah pada semester tiga, semester empat dan semester lima, dengan ketentuan berdasarkan akreditasi sekolah. Sekolah dengan akreditasi A, 50% terbaik di sekolahnya; akreditasi B, 30% terbaik di sekolahnya; dan akreditasi C, 10% terbaik di sekolahnya; dan belum terakreditasi sebanyak 5%. Pemeringkatan tersebut dilakukan oleh paniti pusat. Calon mahasiswa tersebut  harus memiliki NISN dan terdaftar pada PDSS. Mereka harus memiliki nilai rapor semester satu sampai semester lima (bagi siswa SMA/MA, SMK tiga tahun) atau nilai rapor semester satu sampai semester tujuh (bagi SMK empat tahun) yang telah diisikan pada PDSS. Peserta diterima di UPI, jika lulus satuan pendidikan; lulus SNMPTN 2017; dan lulus verifikasi data dan memenuhi persyaratan lain yang ditentukan UPI. Melalui jalur SNMPTN, UPI juga menyelenggarakan penerimaan calon mahasiswa baru melalui seleksi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI). CIBI merupakan seleksi calon mahasiswa baru UPI yang diselenggarakan melalui penjaringan prestasi akademik istimewa dan bakat istimewa siswa SMA/MA/SMK/MAK. Prestasi akademik istimewa berupa kemampuan siswa yang istimewa dalam bidang akademik berupa perolehan prestasi akademik maupun kejuaraan dalam bidang akademik pada tingkat provinsi, nasional maupun internasional. Serta bakat istimewa berupa kemampuan atau prestasi dalam bidang tertentu pada tingkat nasional maupun internasional. “CIBI masih menjadi program unggulan UPI, setiap tahunnya peminat calon mahasiswa melalui jalur CIBI masih tinggi. CIBI bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan istimewa dan bakat istimewa menempuh pendidikan di UPI dan diharapkan mampu berkontribusi dalam bidang pendidikan secara optimal,”tegas Yuliawan. Sementara itu menurut Dr. rer.nat. Asep Supriatna, M.Si., jika calon mahasiswa ingin masuk UPI, mereka sebaiknya mencantumkan UPI dengan Prodi yang diinginkannya pada pilihan pertama. Sebab, pendaftar dapat memilih sebanyak-banyaknya dua PTN. Apabila memilih dua PTN, maka salah satu PTN harus berada di provinsi yang sama dengan SMA asalnya. Apabila memilih satu PTN, maka PTN yang dipilih dapat berada di provinsi mana pun. “Pendaftar dapat memilih sebanyak-banyaknya tiga program studi dengan ketentuan dalam satu PTN sebanyak-banyaknya boleh memilih dua program studi. Urutan pilihan PTN dan program studi menyatakan prioritas pilihan. Siswa SMK hanya diizinkan memilih program studi yang relevan dan ditentukan oleh UPI,” ujar Asep Supriatna. Menurut Asep Supriatna biaya pendaftaran SNMPTN semua ditanggung pemerintah, sehingga siswa pendaftar tidak dipungut biaya apa pun atau gratis. Secara umum, seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas secara akademik dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi akademik lainnya yang relevan dengan program studi yang dipilih. “UPI memperhitungkan rekam jejak kinerja sekolah, antara lain: akreditasi sekolah, prestasi mahasiswa alumni sekolah bersangkutan, jumlah siswa yang diterima melalui jalur SNMPTN, SBMPTN dan Seleksi Mandiri tahun sebelumnya, serta prestasi lainnya yang ditentukan oleh UPI. UPI menggunakan rambu-rambu kriteria seleksi nasional dan kriteria yang ditetapkan secara adil, akuntabel, dan transparan,” ujar Asep. Sedangkan bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dan memiliki prestasi akademik yang bagus, menurut Asep dapat mengajukan bantuan biaya pendidikan beasiswa Bidikmisi yang pendaftarannya dilakukan via laman http://bidikmisi.belmawa.risetdikti.go.id/ (Deny/Dodi/Andri/Ajani/Eja)

Langkah Kaki Katumbiri ke Negeri Matahari

$
0
0

Oleh AHMAD DAHIDI

(Pembimbing Katumbiri,  Dosen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI)

JIKA dua hati sudah menyatu, maka gejolak rasa akan membara menembus sekat ruang dan waktu. Itulah kenyataan yang terjadi dalam kehidupan ini, khususnya bagi saya sejak “jatuh cinta” pada seni dan budaya Indonesia dan Jepang. Berbagai program sudah saya rintis sejak tahun 90-an, antara lain terwujudnya muhibah kesenian “Laras Rumingkang” ke Osaka sekitarnya tahun 1992; Tim kesenian Jepang performance di UPI dan ASTI Bandung tahun 1993; muhibah kesenian Kabumi UPI ke Tokyo tahun 2000 an, UKM Katumbiri FPBS ke Jepang (Okinawa- Jepang) tahun 2015 (rangkaian kegiatannya bisa dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=-WG0O1F0xao), penyelenggaraan Summit Budaya di UPI tahun 2014 yang dihadiri oleh 26 negara, dan insya Allah UKM Katumbiri FPBS UPI akan melaksanakan muhibah kesenian lagi ke Osaka dan sekitarnya tahun 2017 ini. Tujuan dibentuk UKM Katumbiri di FPBS UPI adalah dalam rangka (1) Memfasilitasi, menyalurkan, dan menindaklanjuti kegiatan berbahasa dan berseni untuk sivitas akademika FPBS umumnya, dan kegiatan para mahasiswa apabila ada peluang untuk tampil berkesenian di dalam maupun di luar negeri; (2). Mengadopsi dan menunjang bakat seni dan budaya yang dipunyai oleh sivitas akademika FPBS agar potensi yang dimilikinya bisa “tersalurkan” ke arah yang positif; (3) Menyelenggarakan diskusi seni dan budaya agar wawasan seluruh civitas akademika FPBS UPI mengenal nilai nilai seni dan budaya tradisional, nasional, dan internasional: dan (4) Menindaklanjuti dan mendukung gagasan para peserta summit budaya dalam rangka turut serta menciptakan perdamaian dunia melalui seni dan budaya, yang telah dituangkan dalam deklarasi Bandung 2014. Sedangkan bentuk kegiatannya adalah (1) performance hasil kreativitas sivitas akademika FPBS secara berkala satu semester satu kali (kolaborasi dengan dosen pemegang mata kuliah Apresiasi Bahasa dan Seni (ABS); (2) menyelenggarakan muhibah kesenian di dalam dan di luar negeri. Alhamdulillah langkah perdana Katumbiri sudah bisa mengepakkan sayapnya di Okinawa Jepang pada bulan Nopember 2015;(3) menyelenggarakan diskusi seni dan budaya kolaborasi dengan lembaga yang relevan baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus; dan (4) turut serta menyemarakkan kegiatan akademik seperti Dies Natalis dan Wisuda yang diselenggarakan di UPI, terutama penyelenggaraan pelepasan para wisudawan. Tahun ini, tepatnya tanggal 26 Maret s.d. 3 April 2017, Katumbiri akan melaksanakan muhibah kesenian ke negeri Matahari Terbit, khususnya Osaka dan sekitarnya. Tentunya, kegiatan muhibah kesenian ini, tidak semata mata memperkenalkan seni dan budaya Indonesia/tradisional namun didorong oleh sejumlah harapan dan keinginan, yaitu (1) untuk memenuhi undangan dari Jepang untuk memperkenalkan lebih dekat seni budaya Indonesia kepada masyarakat Jepang; (2) melakukan misi budaya di ranah internasional; (3) memperkenalkan lebih dekat bidang seni budaya Indonesia, demi menarik minat bangsa Jepang agar melakukan kerjasama secara lebih luas dan lebih erat lagi; (4) sebagai upaya UKM Katumbiri untuk mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan kesenian tradisional luhur milik bangsa; (5) sebagai ajang pengembangan minat dan bakat mahasiswa yang tergabung di UKM Katumbiri di bidang seni dan budaya; (6) sebagai salah satu upaya UKM Katumbiri untuk memberikan prestasi dan membanggakan Universitas Pendidikan Indonesia di kancah Internasional. Harapan dan keinginan itu semua, tentunya sangat relevan sebagai pengembangan dari Rencana Stategis UPI, khususnya program “Kinerja Kebijakan 5: Peningkatan Citra, Kemitraan, dan Internasionalisasi”, dan program “Kinerja Kebijakan 6: Peningkatan Mutu Pembinaan Kemahasiswaan”. Adapun rencana materi yang akan disajikan di Osaka Jepang antara lain Orkestra Angklung, Tari Topeng, Tari Jaipongan, Tari Merak, Tari Rampai Aceh (Saman), Cianjuran, dan Tarian Kreasi Baru. Kami mohon doa restu dari sivitas akademika UPI umumnya, dan warga FPBS UPI khususnya agar Tim Kesenian Katumbiri selamat, sukses, dan lancar selama mengembang tugas ini dan  kembali ke tanah air dengan selamat dan sehat semuanya.

UPI Tambah Dua Guru Besar

$
0
0
Bandung, UPI Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. H. Furqon, Ph.D., menyerahkan Surat Keputusan Pengangkatan Jabatan Akademik Profesor atau Guru Besar kepada Dr. Maman Abdurahman, M.Ag., dan Dr. Herman Subarjah, M.Si., di Ruang Lavender, Isola Resort Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Kamis (26/01/2017). “Keduanya diangkat dalam jabatan akademik atau fungsional dosen sebagai Profesor atau Guru Besar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Dr. Maman Abdurahman, M.Ag., ditetapkan melalui SK Nomor 101276/A2.3/KP/2016, sebagai Profesor/Guru Besar dalam bidang ilmu Pengajaran Tata Bahasa Arab. Sementara itu, Dr. Herman Subarjah, M.Si., diangkat dalam jabatan akademik/fungsional dosen sebagai Profesor/Guru Besar dalam bidang ilmu Pendidikan Olahraga, berdasarkan SK Nomor 1342/A2.3/KP/2016,” ujar Rektor. Ditegaskannya, bahwa pengangkatan dalam jabatan akademik/fungsional dosen sebagai profesor/guru besar ini merupakan salah satu tujuan Renstra UPI dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan mutu pendidikan di tanah air. “Sesuai target, direncanakan sepanjang tahun 2017 diharapkan lahir 11 orang guru besar baru. Penambahan dua orang guru besar ini merupakan bagian dari target tersebut,” ujarnya. (dodiangga)

“Pekan Gembira” Melatih Siswa Meningkatkan Kebersamaan

$
0
0
Bandung, UPI Komunitas Planet Antariksa menggelar Outbound yang bertema Pekan Gembira, Minggu 29 Januari 2017 di Taman Baret UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Pekan Gembira merupakan rangkaian kegiatan yang diisi dengan berbagai perlombaan Menggambar, Mewarnai, dan Membaca Puisi, dll. Kegiatan tersebut diikuti oleh para anak didik Planet Antariksa dan para pengajarnya. Komunitas Planet Antariksa adalah komunitas belajar, didirikan oleh empat mahasiswa UPI, yang sekarang masih menggalakan dukungan, berupa moril, termasuk suplai pengajar. Kegiatan ini diawali dengan berjalan bersama Saung Planet Antariksa yang berdomisili di Gegerarum menuju taman Bareti UPI. Kemudian kegiatan intinya yaitu permainan-permainan seru, berupa estafet karet gelang dengan sedotan (karet tabligh), permainan tradisional sondahk, menjaga air yang dibawa dengan gelas yang terhubung dengan tali-tali (air amanah), finding hijaiah (mencari huruf hijaiah yang hilang). Dalam permainan-permainan tersebut para peserta yang sudah dibentuk kelompok sebelumnya saling bertukar pikiran, saling mengasah kekompakan masing-masing, dan saling beradu strategi. Apalagi, game-game yang dimainkan dapat melatih konsentrasi, meningkatkan rasa kebersamaan, dan melatih kepemimpinan. Pun, dengan para pengajar yang larut dalam keseruan. Keceriaan anak didik dan pengajar terlihat saat bermain game, canda, dan tawa, serta wajah antusiasme peserta tampat terlihat, mereka tampak gembira. Semuanya diadakan dalam rangka membentuk rasa kekelurgaan antara sesama anak didik, pun dengan para pengajarnya. “Ini adalah outbound pertama, karena kami sepakat akan melakukannya lagi lain waktu. Kami melakukan ini dalam rangka meningkatkan kebersamaan, antar pengajar, pengajar dengan anak didik, atau antar anak didik. Terlepas dari itu semua, kegiatan ini juga menjadi ajang rekreasi bagi kami, dan evaluasi sejauh mana kemajuan kegiatan delapan bulan kami. Walaupun sempat gerimis di awal, tapi sama sekali tidak menyurutkan semangat kami untuk menyukseskan kegiatan yang telah kami rancang sebelumnya”, tutur Ogie Sagara Rahman, salah satu pengajar Planet Antariksa. Kegiatan permainan pun dilakukan dengan bermain bebentengan antara pengajar melawan anak didik, yang akhirnya dimenangkan tim anak didik. Untuk kegiatan pekan gembira keseluruhan, ditutup dengan makan bermasa di selasar masjid Alfurqan, dan pulang bersama menuju saung. (Humas Planet Antariksa)

Sudira vs Suparya

$
0
0

picture-327-1458557164Oleh:

Karim Suryadi

Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia,

kolumnis Pikiran Rakyat

SUDIRA merasa malu bukan kepalang. Wajahnya murung, hari-harinya dijalani dengan kesendirian. Kalau tidak untuk urusan penting, ia memilih tidak keluar rumah dan menghindari kontak dengan orang lain. Apa sebabnya? Sudira merasa malu karena dilaporkan kepada Ketua RT oleh Suparya, yang tidak lain adalah tetanggnya. Sudira didakwa telah merusak rumah Suparya, karena buah limus yang ditanam di halamannya jatuh tertiup angin kencang saat hujan dan menimpa genting rumah Suparya. Genting kamar mandi Suparya pecah berantakan, dan air hujan menerobos masuk. Selain meminta Sudira dan Suparya berdamai, ketua RT memerintahkan agar dahan limus yang menjorok ke rumah Suparya dipotong, dan Sudira harus bertanggung jawab bila ada buah limus yang jatuh menimpa rumah Suparya. Putusan RT tidak memuaskan Suparya, dan ia pun “naik banding” dengan melaporkan kasus ini ke ketua Rukun Kampung (RK). Setelah bermusyawarah, ketua RK memutuskan agar pohon limus milik Sudira ditebang untuk mencegah terulangnya cekcok, namun keputusan ini belum meredakan ketegangan dua keluarga yang hidup bertetangga tersebut. Alih-alih mereda, istri Suparya melemparkan buah limus yang menimpa gentingnya ke kaca rumah Sudira. Kaca rumah Sudira pun pecah. Tidak terima atas tindakan istri Suparya, Sudira pun balik melaporkan istri Suparya ke polisi. Tak jauh beda dengan putusan sebelumnya, polisi pun meminta keduanya berdamai. Bukannya meredakan ketegangan, tindakan polisi dirasa melecehkan Sudira karena harga kaca rumah dianggap tidak seberapa, maka ia pun melaporkan perlakuan istri Suparya ke pengadilan. Saat menunggu panggilan sidang pengadilan, kebingungan Sudira memuncak, selain mengetahui bahwa hakim yang akan memeriksa kasusnya adalah kakaknya istri Suparya, juga karena buah limus yang akan menjadi barang bukti sudah habis dibikin rujak dan dimakan bersama anak-anak Sudira dan Suparya. Kejadian saling lapor antara Sudira dan Suparya yang hidup bertetangga dikisahkan dengan nada satir dalam cerita pendek “Buah Limus Murag ku Angin” karya Karna Yudibrata. Ketika dibaca ulang pada pertengahan Februari 2017, cerita pendek yang ditulis September 41 tahun silam tersebut masih terasa aktual. Bukan hanya karena kasus saling lapor terkait penodaan agama dan Pancasila yang kini sedang memanas, namun lebih karena kejelian pengarang dalam mengangkat nilai-nilai yang menjadi habitus demokrasi yang kini terasa kian langka. Kesatu, rasa malu berusuan dengan “institusi hukum” menjadi nilai dasar tumbuhnya tertib sosial. Sikap “keukeuh” dalam menempuh jalur hukum hanya muncul karena tindakan tidak adil yang kasat mata dan mempermalukan dirinya. Sikap ini seakan mengukuhkan kearifan lawas bahwa kedamaian akan muncul bila keadilan ditegakkan lebih dahulu. Kedua, gagasan negara sebagai pemutus akhir bila dua kepentingan warga bertabrakan tergambar jelas dalam cerpen tersebut. Semua level “pemerintahan” dipercaya sebagai pembuat solusi yang bijak. Dalam kesederhanaan struktur sosial politik masyarakatnya, ketua RT dan RK saat itu telah mengambil solusi. Ini menegaskan bahwa, hakikat kepemimpinan politis bersifat fungsional. Ia dicipta, dan kemudian dihormati atau diacuhkan, bergantung kepada kesanggupannya memberi jawaban fungsional atas persoalan warga. Hanya apabila kehadirannya dirasa memberi fungsi maka keberadaan lembaga politis akan diapresiasi warga. Berharap menemukan kembali relasi sosial politik seperti yang dialami Sudira versus Suparya mungkin memerlukan perjalanan jauh ke kampung-kampung di balik gunung, meski usaha ini pun bukan jaminan. Keterpencilan geografis belum menjamin pranata sosial kemasyarakatan tetap terjaga. Selama daerah itu dapat dijangkau motor atau ditembus hand phone, arus perubahan sosial akan menggerus tata titi duduga peryoga (nilai-nilai dan praktik yang menjadi pedoman hidup) masyarakatnya. Masa lalu adalah tempat yang paling jauh karena tak mungkin dapat dikunjungi kembali. Memutar balik jarum jam kehidupan pun adalah hal yang absurd. Namun legacy yang dibawa cerpen yang ditulis 41 tahun silam tersebut adalah pentingnya memelihara loyalitas politis dan menjaga marwah lembaga-lembaga politis. Hubungan warga dan negara (termasuk lembaga-lembaga yang mewakili negara) bersifat mutatis muntadis. Corak hubungan ini akan mengikuti perubahan yang terjadi pada elemen-elemen yang membentuknya, termasuk konteks sosial politik yang menjadi landscape kehidupan sosial masyarakatnya. Namun diantara unsur-unsurnya yang berubah, terdapat unsur dasar yang tidak boleh lepas, yakni loyalitas politis di sisi warga dan marwah lembaga-lembaga politis pada sisi penguasa. Marwah RT dan RK di zaman Sudira bisa tegak karena keberadaannya dipercaya dapat memberi solusi. Karena menyadari fungsinya, mereka rela membayar iuran yang ditarik RT dan RK untuk kepentingan bersama. Kesadaran untuk loyal pada aparat pemerintah dan komitmen untuk menjaga marwah kekuasaan menjadi habitus tumbuhnya nilai-nilai dan praktik demokrasi yang sehat. Dari cerpen ini pula kita belajar, kredibilitas lembaga akan tumbuh seiring pemenuhan fungsinya. Rasa hormat terhadap penguasa akan datang bila warga percaya bahwa kehadirannya dapat memelihara kehormatan dan menunaikan fungsi lembaganya. Kredibilitas pejabat dan marwah lembaga adalah kondisi yang menjadi syarat (conditio sine qua non) tumbuhnya loyalitas politis. Karena itu, resep untuk mendulang loyalitas warga (bahkan kesetiaan politis warga) amat sederhana, perlihatkan kemampuan unjuk kerja dan jaga marwah lembaga, dengan begitu rasa hormat dan kesetiaan akan datang.*** sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/kolom/2017/01/31/sudira-vs-suparya-392118

36 Perwira Muda Menwa Yon XI UPI Siap Mengasah Taringnya

$
0
0
Bandung, UPI Sebanyak 36 orang siswa dari UPI Bumi Siliwangi, UPI Kampus Cibiru, UPI Kampus Sumedang dan UPI Kampus Serang telah dinyatakan lulus melewati proses Diklatsarmil (Pendidikan dan Latihan Dasar Militer) Angkatan XLV Menwa Batalyon XI/UPI selama kurang lebih 3 minggu yang dimulai sejak awal Januari dan resmi ditutup Minggu, 29/01/2017. Dalam Upacara Penutupan, Mayor Inf Benny Wahyudi, Komandan Yonif 303, selaku Inspektur Upacara menyampaikan dengan tegas, “Besar harapan saya, Diklatsarmil Angkatan XLV ini menjadi kegiatan yang dapat melahirkan pemuda-pemudi tangguh yang siap membela negara. Saya merasa bangga dengan keteguhan dan kemauan para anggota Menwa Batalyon XI/UPI untuk dibina dan diasah mentalnya demi menjadi kader bela negara selama pendidikan ini. Saya berharap agar para orang tua terus mendukung kegiatan positif yang diikuti oleh putra-putrinya, karena mahasiswa yang mengikuti Resimen Mahasiswa merupakan mahasiswa yang memiliki keunggulan lebih diantara yang lainnya.” Enam hari para siswa dipersiapkan fisik dan mentalnya di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan perbekalan yang cukup dan keyakinan yang tinggi, seluruh siswa diberangkatkan untuk mengikuti Diklatsarmil di Asrama Militer Yonif Raider 303/SSM, Cikajang, Garut, pada tanggal 16-22 Januari 2017. Selama berada di asrama, para pelatih dari Yonif 303 juga pelatih dari Menwa YON XI terus memberikan materi baik praktik maupun teori yang nantinya akan diterapkan oleh siswa dalam kegiatan berikutnya. “Be strong and never give up! Tunjukkan pengabdian kalian itu bukan pengabdian semu!” ujar M. Huzainal, Danyon XI ke-7, dalam sambutannya di tengah kegiatan Diklatsarmil ini. Mulai tanggal 23 Januari lalu, 36 orang siswa yang dibagi menjadi 3 Regu dilepaskan di tengah hutan untuk menerapkan materi survival atau bertahan hidup di alam bebas. Tentu saja para pelatih sudah memberikan trik dan tips bagaimana cara untuk survive sejak mereka dibina di asrama Yonif 303. Kegiatan ini pun tak lepas dari pengawasan dan perlindungan seluruh pelatih. Waktu terus bergulir, hingga tiba saatnya bagi para siswa untuk melaksanakan longmarch atau biasa dikenal dengan perjalanan jauh. Kali ini longmarch dimulai dari Garut menuju Pameungpeuk, kurang lebih sekitar 80 kilometer. Dengan berbekal ransel tempur, senjata yang disandang, serta tali togel yang melingkar ditubuh para siswa, selama 4 hari 3 malam kegiatan longmarch ini dilalui. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya suara lantang para siswa menyerukan yel-yel pembangkit semangat. Saling merangkul, saling mendukung, saling melemparkan senyuman dan motivasi satu sama lain menjadi sumber kekuatan selama perjalanan jauh ini. “Goresan sejarah kembali terukir. Kita patut bersyukur dan bangga dengan apa yang telah kita perjuangkan dan raih. Namun, satu hal yang harus direnungkan oleh pribadi masing-masing; ‘Bagaimana menjaga faktor X ini agar tetap utuh?’ Tanamkan dari sekarang! Bukan komitmen abal-abal, melainkan komitmen yang hadir dengan keyakinan yang ikhlas berjalan dengan ruh-Nya, bukan pengabdian karena makhluk-Nya,” papar Urai Ramadhani, Komandan Menwa Batalyon XI/UPI. Sesampainya di finish longmarch, yaitu Pantai Sayang Heulang, seluruh siswa tidak langsung beristirahat begitu saja. Hingga titik darah penghabisan, mereka melanjutkan latihan demonstrasi untuk menyambut orang-orang yang belum sempat mereka temui selama masa pendidikan ini. Tak hanya tawa, kadang kala ada saja isak tangis di tengah malam ketika lagi-lagi teringat akan senyuman dan belaian kasih sayang orang tua di kampung halaman. Ini merupakan proses pendewasaan diri. Bagaimana belajar menahan rasa rindu ditengah-tengah kegiatan padat yang sebelumnya belum pernah dirasakan sama sekali oleh setiap siswa. Ketua Korps Menwa Batalyon XI/UPI, Enjang Mulyana, turut berkomentar, “Perjuangan kalian bukan sampai saat ini saja, melainkan ini merupakan gerbang awal perjalanan kehidupan baru yang akan mengantarkan kalian menuju kesuksesan. Selamat untuk para siswa yang telah berjuang sampai akhir dengan penuh tekad yang kuat dan semangat yang membara!” Hari Minggu (29/01/2017) lalu, Upacara Penutupan Diklarsarmil Angkatan XLV di Pantai Sayang Heulang, Pameungpeuk, telah berlangsung. Upacara Penutupan ini dihadiri oleh perwakilan Bupati Garut, Camat Pameungpeuk, Danramil, Kapolsek Pameungpeuk, Kepala Desa Pameungpeuk, Kepala Desa Mancagahar, Ketua RT 05 RW 07 Desa Mancagahar, Pembina Menwa Batalyon XI/UPI, Ketua Korps Menwa Batalyon XI/UPI beserta alumni lainnya, juga para orang tua siswa Diklatsarmil Angkatan XLV. “Kalau Yonif 303; ‘Setia Sampai Mati’, kalau Menwa YON XI; ‘Setia Sampai Alumni’!” guyon Tju Suminar Ayu, Danyon XI ke-29. Upacara berjalan dengan khidmat, begitu juga dengan persembahan demonstrasi dari 36 mantan siswa di depan orang-orang yang mereka rindukan; orang tua, kakak, adik, saudara, bahkan kekasih hati pun turut menghadiri dan melihat para perwira muda harapan bangsa dengan senyum haru dan bangga. Kini, baret ungu telah terpasang dengan gagah di atas kepala para penerus perjuangan ini. MENWA… BUKAN MAIN! (‘Azmi/AdminYONXI)

79 Personel Probumsil UPI Dikukuhkan

$
0
0
Bandung, UPI Sebanyak 79 calon anggota Probumsil UPI dikukuhkan sebagai anggota Probumsil angkatan X oleh Sekretaris Eksekutif Universitas Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A, saat Upacara Penyematan Tingkatan Protokol Pratama, 29 Januari 2017 di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Jln. Cikole Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A.,dalam amanatnya berpesan kepada para anggota Probumsil untuk tetap meningkatkan kemampuan sebagai pelaksana protokol universitas karena itulah Probumsil memiliki tiga fungsi sebagai Duta Universitas, Garda Depan Universitas dan Ring 1 Universitas. Probumsil harus bisa menjadi jawaban selain cakap sesuai keilmuan pada program studinya juga cakap dalam keprotokolan sehingga dapat dijadikan bekal karir sebagaimana para alumninya. Upacara pengukuhan tingkatan tersebut para protokol angkatan X tak kuasa meneteskan air mata ketika para orang tua/wali secara langsung menyematkan evolet tingkatan protokol pratama dipundak masing-masing protokol, diiringi dengan pepatah  sunda menambah haru para protokol memegang kaki masing-masing orang tua. Sebagai peserta didik terbaik Oji Bermana Tarigan dari PGSD UPI Kampus Cibiru dan Ichi Yulianti dari Pendidikan Sosiologi/FPIPS. Upacara pengukuhan tingkatan sekaligus penutupan pendidikan tersebut dihadiri Direktur Direktorat Kemahsiswaan UPI Dr. H. Mupid Hidayat, M.A., Direktur Kampus UPI di Daerah, para Pejabat UPI, para Pembina Probumsil baik pusat maupun daerah, pejabat militer dari PUSDIKKUM-AD, SECAPA-AD dan Dodik Bela Negara Kodam III/Siliwangi, mitra Protokol Perguruan Tinggi, Dewan Pakar Protokol, Pemantau Kinerja Protokol serta tamu undangan lainnya. 7 Hari Dibina Kodam III/Siliwangi Sebelum dikukuhkan, 79 calon anggota probumsil harus menempuh pendidikan dasar yang telah dilangsungkan selama dua hari di kampus UPI dengan total 112 jam pelajaran dan pelatihan. Pendidikan tersebut dibagi kedalam lima kelompok ajar terdiri atas : 1. Kebijakan Nasional & Pemerintahan, 2. Kelembagaan, 3. Penanaman Doktrin dan Bela Negara, 4. Keprotokolan, serta 5. Etika dan Budi Pekerti. Setelah proses pendidikan di kampus, para calon anggota mengikuti pengasramaan yang dilaksanakan selama lima hari di Dodik Bela Negara Kodam III/Siliwangi. Selama lima hari pengasramaan, Tim Kodam III/Siliwangi yang dipimpin Komandan Dodik Bela Negara Kodam III/Siliwangi, senantiasa membina para calon protokol baik dalam kegiatan jasmani, apel pagi, apel sore dan apel malam. Dalam menanamkan jiwa bela negara pada pendidikan tersebut dilaksanakan jam komando selama 18 jam penuh oleh tim Kodam III/Siliwangi selain jam komando guna menumbuhkan nilai juang Tim Bintaldam III/Siliwangi memberikan pembekalan semangat nilai juang di Museum Mandala Wangsit Bandung. Mengawali kegiatan di asrama, dilakukan upacara penyerahan calon anggota Probumsil kepada Komandan Dodik Bela Negara. Dalam upacara tersebut hadir selaku inspektur upacara pembukaan kesatrian Komandan Dodik Bela Negara Letkol.Inf. Entet Suhara. Letkol.Inf. Entet Suhara menyampikan bahwa kegiatan Chandradimuka Pendidikan Tingkat Dasar ini menjadi sarana pengembangan potensi diri secara optimal bertujuan membentuk karakter kader protokol yang berlandasan agama, budaya, bangsa dan negara dan bermaruah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Personel protokol dituntut memiliki pengetahuan yang luas sehingga dibutuhkan pemahaman tentang kebijakan nasional dan pemerintahan terdiri dari Wawasan Nusantara dan Budaya yang disampaikan oleh Anggota Komisi X DPR RI, Dr. (HC) Popong Otje Djundjunan; Konstitusi Keamanan Maritim di Wilayah Republik Indonesia disampaikan oleh Sekretaris Unit Penindakan Hukum Badan Keamanan Laut RI, Puji Nur Firman, M.H.; Protokol Pemerintahan disampaikan oleh Protokol Gubernur Jawa Barat Effy Efianti SS. bertempat langsung di Kantor Gubernur Jawa Barat atau lebih dikenal dengan Gedung Sate. Probumsil dalam bertugas wajib memahami tentang kelembagaan perguruan tinggi, materi kelembagaan langsung melibatkan organ universitas yang disampaikan oleh Sekertaris Majelis Wali Amanat Prof. Dr. Ishak Abdulhak, M.Pd., Rektor UPI 2005 – 2015 Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan Administrasi Umum Dr. H. Edi Suryadi, M.Si.,  Ketua Senat Akademik Prof. Dr. H. Didi Suryadi M.Ed., Sekretaris LPPM Dr. Yadi Ruyadi, M.Pd., Direktur Akademik Dr. Agus Taufik, M.Pd. dan Direktur UPI Kampus Purawakarta Drs. Turmudi, M .Ed., M. Sc., Ph. D.  Kelembagaan Fakultas serta unsur pelaksana disampaikan oleh Dekan FPEB Prof. Dr. Agus Rahayu, M.P., Direktur SPs Prof. Dr. H. Yaya S Kusumah, M.Sc., Ph. D., Wakil Dekan I FPIPS Prof. Dr. Elly Malihah, M. Si., Wakil Dekan I FPTK Drs. Budi Kudwadi, M.T., Wakil Dekan I FPOK Drs. Sucipto, M.Kes., AIFO, Wakil Dekan I FPSD Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd., Wakil Dekan I FPMIPA Dr. Phil. Ari Widodo, M.Ed., Wakil Dekan II FIP Prof. Dr. Johar M.A, dan Kabag Akademik dan Kemahasiswaan FPBS Dini Nur Fakhriani, S.E., Ak. Probumsil sebagai pelaksana protokol universitas dibutuhkan kemampuan teknis secara sistematis berdasarkan peraturan perundang - undangan tentang keprotokolan perguruan tinggi dengan materi Protokol Sebagai Garda Terdepan Universitas disampaikan Sekretaris Eksekutif Universitas Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., Kerjasama dalam Lingkup Keprotokolan disampikan Dewan Pakar Protokol disampaikan Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST., MSIE., materi Dinamika Kampus disampikan oleh Prof. Dr. Cecep Dharmawan, S,Pd, S.IP, M.Si, materi Teknis Keprotokolan Perguruan Tinggi disampikan oleh Kepala Seksi Hubungan Internal Humas UPI Rudiyanto, S.Pd., M.Si., materi Acara Universitas disampaikan oleh Kepala Sub Bagian Protokoler Dra. Arciana Damayanti, M.M. dan materi Pengabdian Diri disampaikan oleh Dr. Hj. Yayah Rahyasih, M.Pd. Probumsil dipercaya pula sebagai barometer protokol perguruan tinggi, hal tersebut nampak dari perwakilan protokol perguruan tinggi mengikuti beberapa materi dalam pendidikan tersebut, tampak hadir mitra protokol perguruan tinggi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Telkom University dan Universitas Galuh Ciamis. Untuk memupuk jiwa kepahlawanan dan sejarah bangsa, dalam pendidikan tersebut dilaksanakan Ziarah ke Makam Pahlawan Nasional Raden Otto Iskandar Dinata, yang merupakan Pahlawan Nasional asal Jawa Barat. Lahir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung 31 Maret 1897. Beliau adalah sesosok pejuang yang berjiwa Nasionalis dan anti penjajah. Beliau juga merupakan Menteri Negara RI dan salah satu tokoh BKR. Selain Sekertaris Unit Penindakan Hukum Bakamla RI merupakan alumni PROBUMSIL, kiprah alumni PROBUMSIL lainnya juga sudah tidak diragukan lagi. Hal tersebut tercermin dari kepedulian alumni memberikan materi diantaranya Ahmad Rifqy Ash Shiddiq, M. Pd. (Dosen STAI Siliwangi), Intan Satriana, M.Pd. (Dosen STKIP Siliwangi), Tiksna Bayu Ramadhan, S. Si. (Ajudan Kepala LAPAN), Ilham Jauhari, S.Pd. dan Syifa Nurul Lutfiani, S.Psi. (Protokol Komisi Pemilihan Umum RI), serta para purna diantranya : Pathah Pajar Mubarok, M.Pd., Atri Nadia Astarina M.Pd., Nana Cholisna, S.Pd., Ahmad Hendra Dana, S.Pd., M. Ba’du Solihin S.Pd., dan Desi Sri Cahyani S.S. Tugas dan tanggungjawab Probumsil menjaga citra universitas serta memberikan layanan protokol sesuai dengan peraturan perundang-undangan bukanlah hal mudah dibutuhkan dukungan dari seluruh organ universitas serta instansi terkait yang selama ini sudah terjalin dengan baik, semoga Probumsil senantisa menggapai visi Protokol Paripurna Bermaruah Agama, Budaya, Bangsa dan Negara Bersendi Tri Dharma Perguruan Tinggi. (Asisten Koordinator Penugasan Bidang Publikasi)

Pendidikan Dasar Ajang Pembentukan Karakter Anggota Margasophana

$
0
0
Bandung, UPI Margasophana sebagai organisasi yang berbasis kepecintaalaman, memandang pendidikan dasar yang ditujukan untuk pembentukan karakter dan pembinaan mental merupakan pintu pertama yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa yang berkeinginan untuk bergabung menjadi bagian dari keluarga besar Margasophana. Atas asumsi tersebut Mahasiswa Pecinta Alam dan Budaya Margasophana Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI telah menyelesaikan pendidikan dasar ke 29, Kamis, 26 Januari 2017. Kegiatan pendidikan dasar diawali oleh rekrutmen terbuka, untuk semua kalangan yang masih aktif sebagai mahasiswa pendidikan sejarah. Pada tahapan rekrutmen terbuka yang dimulai pada 15 November hingga 15 Desember 2016, tercatat ada 12 mahasiswa yang mendaftarkan diri menjadi calon siswa pendidikan dasar Margasophana, dan pada upacara pembukaan dan peresmian siswa pendidikan dasar Margasophana, tersisa 4 orang peserta. Setelah melalui tahapan, pembinaan jasmani dan pematerian kelas, akhirnya hanya menyisakan satu orang siswa yaitu Ramdhania Siti Nur Rahman yang merupakan Mahasiswi Pendidikan Sejarah angkatan 2016. Rangkaian pendidikan dasar kemudian dilanjutkan pada tahap pematerian lapangan atau yang biasa disebut medan operasi dimulai dari 24 hingga 26 Januari 2017, berlokasi di kawasan Kaki Gunung Tangkuban Parahu atau tepatnya di daerah Jayagiri, Lembang. Medan operasi ini merupakan sarana untuk pengaplikasian berbagai materi yang sebelumnya telah didapatkan oleh siswa pada saat pematerian kelas, selain itu tujuan dari kegiatan medan operasi ini adalah untuk membina mental dan ketahanan fisik siswa ketika berada di alam terbuka dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dunia akademis. Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan individu agar menjadi sebaik-baiknya manusia karena proses pembelajaran atau proses interaksi yang manusiawi dengan manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan sosial yang diwadahi dalam sebuah proses pendidikan dasar menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakikat yang dimengerti sebagai suatu proses memanusiakan manusia. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan resmi menjadi anggota muda Margasophana, rangkaian proses pendidikan kemudian dilanjutkan pada tahapan penelitian dasar untuk meningkatkan kemampuan anggota muda dalam aspek akademis. (DN)

Mengembangkan Inovasi Pembelajaran dengan Pola Collaborative Teaching and Research

$
0
0
Bandung, UPI Sebanyak 203 orang guru Sekolah Laboratorium UPI yang terdiri dari 103 orang guru SD, 58 orang guru SMP, dan 42 orang guru SMA, serta 18 orang dosen dari mata pelajaran yang di-Ujian Nasional-kan, mengikuti "Workshop Pengembangan Sekolah Laboratorium UPI melalui Collaborative Teaching and Research" di Gedung Ahmad Sanusi, kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (3/2/2017). “Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) saat ini sedang berupaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan. UPI merupakan universitas yang berlandaskan pada penguatan pendidikan, oleh karena itu idealnya harus mempunyai laboratorium pendidikan, demikian ungkap Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Sistem Informasi Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd., saat ditemui di sela-sela kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa pendidikan adalah jati diri UPI, idealnya memang harus mempunyai sekolah laboratorium. Berdasarkan peraturan MWA, keberadaan sekolah laboratorium sebagai teaching school. Nantinya, akan berdampak pada bagaimana caranya untuk mendapatkan pembelajaran yang berkualitas bagi calon guru dan guru eksisting sekolah laboratorium, dan para siswa pun akan mendapatkan kualitas pendidikan yang bagus pula. Demi terlaksananya hal tersebut, maka diperlukan sebuah kerja sama atau kolaborasi antara guru dan dosen di lingkungan UPI. Hasil temuannya di uji berdasarkan teori pembelajaran, menggabungkan dan mengembangkan teori lama dan baru, Kemudian dipresentasikan dihadapan umum. Laboratorium sebagai laboratorium pembelajaran. Tiap tahun, kegiatan ini akan dibiayai oleh UPI. Collaborative teaching and research bertujuan untuk mengembangkan pola kerja sama internal antara Sekolah Laboratorium UPI dengan Fakultas, Program Studi, SPs, LPPM, dan unit lainnya di UPI guna mendukung peningkatan pembelajaran. Kedua, untuk mengembangkan pola pembinaan guru pada Sekolah Laboratorium UPI dengan sistem collaborative teaching and research dosen dan guru baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Ketiga, untuk meningkatkan profesionalitas guru melalui pengembangan inovasi pembelajaran. Keempat, untuk mengembangkan mutu sekolah melalui pola collaborative teaching and research antara guru dengan dosen, lembaga sekolah dengan Program Studi, Fakultas, SPs, LPPM, dan unit lainnya. “Berdasarkan tujuan tersebut, Sekolah Laboratorium dituntut untuk terus meningkatkan kualitas seiring dengan kemajuan UPI. Adapun materi yang diberikan dalam workshop diantaranya, peningkatan mutu Sekolah Laboratorium UPI, pengembangan Sekolah Laboratorium UPI, Master Plan Sekolah Laboratorium UPI, pengembangan model collaborative teaching and research, dan sosialisasi pedoman pengelolaan Sekolah Laboratorium UPI,” ujarnya. (dodiangga)

Nahdlatul Wathan

$
0
0

picture-327-1458557164Oleh:

Karim Suryadi

Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia,

kolumnis Pikiran Rakyat

SULIT disangkal nilai-nilai cinta tanah air yang melahirkan Indonesia merdeka disemai melalui kegiatan keagamaan dan pendidikan. Proses ini telah berlangsung sejak masa kolonial. Lothorp Stoddard dalam bukunya "The New World of Islam" (1921) jelas mengakui berdirinya Syarikat Islam telah mengobarkan jiwa nasionalisme yang tengah tertidur lelap. Fragmen penanaman nilai cinta tanah air dalam kegiatan keagamaan dan pendidikan antara lain terekam dalam aktivitas belajar yang diselenggarakan Nahdlatul Wathan. Lembaga yang didirikan Kyai Wahab Hasbullah pada 1914 (dan mendapat status badan hukum pada 1916) dengan dukungan Kyai Mas Mansur, HOS Tjokroaminoto, Raden Pandji Soeroso, Soendjoto, dan Kyai Abdul Kahar tersebut mewajibkan santrinya menyanyikan lagu perjuangan berbahasa Arab sebelum pembelajaran dimulai. Setelah digubah Kyai Wahab, syair lagu perjuangan tersebut berbunyi sebagai berikut (Choirul Anam, dalam buku "Pertumbuhan dan Perkembangan Nadlatul Ulama", 1985, halaman 25): Wahai bangsaku, wahai bangsaku Cinta tanah air bagian dari iman Cintailah tanah air ini wahai bangsaku Jangan kalian menjadi orang terjajah Sungguh kesempurnaan harus dibuktikan dengan perbuatan Dan bukanlah kesempurnaan itu hanya berupa ucapan Berbuatlah demi cita-cita Dan jangan hanya pandai bicara Dunia ini bukan tempat menetap Tetapi, hanya tempat berlabuh Berbuatlah sesuai dengan perintah-Nya Dan janganlah kalian menjadi sapi tunggangan Kalian tak tahu orang yang memutarbalikan Dan kalian tak mengerti apa yang berubah Di mana akhir perjalanan Dan bagaimana pula akhir kejadian Adakah mereka memberimu minum Juga kepada ternakmu Atau, mereka membebaskan kamu dari beban Atau, malah membiarkanmu tertimbun beban Wahai bangsaku yang berpikir jernih Dan halus perasaan Kobarkan semangat Jangan jadi pembosan Lagu heroik di atas telah dinyanyikan para santri Nahdlatul Wathan sebelum "Indonesia Raya" berkumandang. Cinta tanah air ditempakan sebagai bauran nilai dalam konstruk keimanan seorang Muslim. Menjadi mudah dipahami bila kalimah toyyibah selalu menggema di medan pertempuran, dan perang melawan penjajah diyakini sebagai jihad. Para ulama bukan hanya guru ngaji, namun juga pemimpin perlawanan terhadap kolonial. Para ulama telah menanamkan nilai cinta tanah air kepada santrinya lewat tindakan mereka yang tegas menolak penjajah. Para ulama menjadi primus inter pares yang menghimpun kekuatan dan mengerahkan potensi perlawanan rakyat demi membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajahan. Fakta ini menjadi bukti autentisitas ulama dalam menyiapkan kader pemimpin bangsa, yang dalam ilmunya dan samapta badannya (bathostan fil ‘ilm wal jism), serta kukuh keyakinan ideologi dan nilai kebangsaannya. Peran ini telah dimainkan para ulama jauh sebelum lembaga yang mewacanakan untuk menyertifikasi ulama, atau badan yang mendata keberadaan ulama didirikan. Para ulama dan komunitas santri pun menjadi embrio lahirnya laskar-laskar perjuangan, yang menjadi cikal bakal Tentara Rakyat Indonesia. Meski tidak pernah mengklaim sebagai satu-satunya aktor yang membidani Republik, signifikansi peran ulama dalam membangun karakter dan bangsa (nation and character building) telah menjadi fakta tak terbantahkan. Karena itu, adalah hal aneh bila belakangan muncul kecurigaan kepada ulama. Bagaimana mungkin ulama mengurai kembali benang yang sudah mereka tenun menjadi kain bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia? Baru kali ini, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dipersoalkan aparat penegak hukum dan pengadilan. Menguji fatwa di peradilan umum tak ubahnya menguji keahlian kambing di kolam renang. Pun munculnya wacana menyertifikasi ulama adalah ungkapan simbolik kecurigaan terhadap ulama dan pesantren sebagai inkubator tindakan radikal. Kecurigaan ini tidak terucap secara verbal, namun nyata terbaca. Padahal, kalau ulama harus disertifikasi pastilah para pendiri pondok pesantren tradisional yang tersebar di seluru tanah air takkan lupa memberikan ijazah bukti kelulusan kepada para santrinya. Bila mata yang penuh kasih sayang rabun terhadap kesalahan kekasihnya, maka hal sebaliknya dapat terjadi kepada mereka yang tidak disukai. Seperti cinta yang tak kurang puja, benci takkan pernah sepi caci maki. Menyudutkan para ulama dan komunitas santri sebagai kelompok yang patut diwaspadai adalah tindakan ahistoris. Sikap ini tak ubahnya Malin Kundang yang tak mengakui ibu kandung yang telah melahirkannya. Bila sebagian ulama dan komunitas santri bereaksi dalam cara-cara yang kurang disukai pemerintah akhir-akhir ini, itu terjadi karena ada persoalan yang terlambat direspons. Reaksi dimaksud tak ubahnya asap yang muncul karena ada orang yang membakar kayu. Tindakan menyemprotkan air bisa saja mengurangi asap, namun asap takkan pernah benar-benar hilang sebelum kayu yang terbakar diangkat dan dijauhkan dari api. Perahu bangsa ini akan kehilangan keseimbangan bila hanya sebagian layarnya yang dibiarkan terkembang. Perahu bangsa pun akan oleng bila awaknya yang berbuat culas tidak dihukum. Proses penegakan hukum akan menjadi perkara sulit bila melibatkan orang kuat, dan dilindungi kekuatan penting di tanah air. Namun, apa pun jalan ini harus ditempuh demi mewujudkan kebaikan bersama. Wahai bangsaku, kini saatnya kita kembalikan pikiran yang jernih, dan perasaan yang halus, demi memelihara kemauan untuk hidup sebagai warga bangsa. Sebuah kemauan yang melintasi ciri-ciri yang membuat kita tampak berbeda. Seperti syair yang dinyanyikan para santri Nahdlatul Wathan, dalam hal membangun karakter dan bangsa, jangan mau menjadi sapi tunggangan dan jangan pernah menjadi pembosan, sebab pembangunan karakter dan bangsa hanya mengenal kata mulai, namun takkan pernah berjumpa dengan kata akhir.*** sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/kolom/2017/02/06/nahdlatul-wathan-392763

Menguatkan Eksistensi Pendidikan

$
0
0
Bandung, UPI Penguasaan ilmu dan teknologi yang relevan merupakan prasyarat pengembangan esensial bagi praksis pendidikan yang profesional. Permasalahannya, ilmu yang mana dan seperti apa yang relevan dengan praksis pekerjaan di Bidang Profesi Kependidikan itu? Demikian yang tersirat dalam Kuliah Umum Mata Kuliah Landasan Pedagogik, yang disampaikan oleh oleh Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun. M.A., di Gedung Ahmad Sanusi, Kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Dijelaskannya,”Secara fenomenologis dapat dikenali dan dicermati keberadaan ilmu tersebut sebagai produk, proses, dan pelaku kegiatan keilmuan. Sebagai produk dikenal sebagai teori, konsepsi, prinsip, dalil, norma keilmuan, dan sebagainya. Sebagai proses dikenal sebagai model, pola, desain, prosedur, mekanisme, skema, bagan, alur atau jaringan kerja atau rancang bangun dan penelitian, perencanaan dan pembuatan keputusan dan kebijakan. Sebagai pelaku dikenal sebagai sosok ilmuwan dengan segala atribut dan aktivitas tertentu disertai publisitas jurnal dan ekspose eksistensial bidang keilmuan dan keahliannya dengan menjunjung tinggi norma dan kode etiknya.” Produk yang membangun isi dan struktur batang tubuh suatu bidang keilmuan dan pendidikan, katanya,  sedangkan proses membangun model sistem pendekatan, dan pelaku merupakan pendukung, penggerak, pengobar semangat , pengembang, dan pembina serta pemelihara keberlangsungan bidang keilmuan tertentu, termasuk pendidikan. “Ketiga hal keilmuan tersebut dapat diasosiasikan dengan aspek-aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis dari suatu bidang keilmuan. Ontologi keilmuan lebih pada aspek ruang lingkup dan batas-batas wilayah. Epistemologis keilmuan lebih cenderung pada aspek metodologi, yang digunakan pada telaah keilmuan. Sementara itu aksiologi keilmuan lebih cenderung pada pemberdayaan norma-etika dalam proses pengembangan dan pendayagunaan atau pemanfaatan hasil telaahan keilmuan,” ujarnya. Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Koordinator Mata Kuliah Landasan Pedagogik Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., menegaskan bahwa jati diri UPI adalah Pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu yang dikaji melalui research dalam arti luas, sepanjang hayat, maka Pedagogik adalah ilmu inti yang harus dibangun dan dikembangkan. “Pendidikan akan terus terjadi, jika ingin hidup baik dan benar maka pelajari pedagogik. Pelajari secara serius karena harus bergerak pada proses mendidik diri sendiri. Pedagogik adalah ilmu pendidikan, berbicara tentang pendidikan maka objek yang dipelajari formalnya adalah situasi pendidikan, disitulah research-nya yang harus dikembangkan. Untuk berpikir secara filosofis tentang pendidikan, sehingga menjadikan bangsa yang bermartabat. Konteksnya adalah belajar sepanjang hayat,” ujarnya. (dodiangga)

Mahasiswa KKN UPI Bantu Desa Kayu Ambon Luncurkan Website Desa

$
0
0
Bandung, UPI Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sejalan dengan dinamika yang terjadi sangat pesat, program KKN Tematik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) diarahkan menjadi pioneer dalam memandu masyarakat menghadapi perubahan yang terwacana oleh pemerintah. Salah satu program termuka pemerintah nasional yakni Revolusi Mental. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UPI sebagai lembaga universitas yang bertanggungjawab akan program KKN Tematik mengadakan inovasi tema pada KKN Tematik semester Ganjil 2016/2017, salah satunya adanya program KKN Tematik Revolusi Mental Berbasis Posdaya Salah satu kelompok KKN Tematik Revolusi Mental Berbasis Posdaya yakni Kelompok KKN Kayuambon 2. Kelompok ini melaksanakan pengabdian selama 3 – 31 Januari 2017 bertempat di RW 09 Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang diketuai oleh Idham Maulana Y. (FPOK/2014), dan beranggotakan Aziz Dena Permana (FPTK/2014), Deni Kurniawan (FPTK/2013), Arief Fachrurozi (FPIPS/2013), Fikri Rizkia (FPOK/2014), Fawziah Dini L. (FPMIPA/2014), Meisya Siti M. (FPIPS/2014), Nurmayuni Deswanti (FIP/2014), Ruqayyah (FPMIPA/2014), Siti Maimunah Siregar (FPOK/2014), dan Yuliana Rosmayanti (FPEB/2013). “Setelah melaksanakan observasi langsung di Pemerintah Desa Kayuambon, kami menemukan permasalahan bahwa perangkat desa menginginkan adanya sarana mempromosikan desa Kayuambon secara luas yakni dengan media website desa. Oleh karena itu, selama KKN ini program kerja kami fokuskan pada pembuatan website  desa. Semoga laman http://kayuambon.desa.id/ dapat bermanfaat dengan baik dan menjadi inspirasi mahasiswa UPI lainnya,” ujar Idham Maulana usai pemapaparan seminar hasil KKN tingkat Kecamatan Lembang pada 30/01/2017. Pada lain kesempatan, Sekretaris Desa Dedi Hidayat, S.T. mewakili Kepala Desa Kayuambon Hj. Ayi Rohayati menyampaikan “Keberhasilan mahasiswa KKN Tematik UPI dalam membuat website ini sangat membantu kami dalam menginformasikan kegiatan dan kebutuhan warga desa. Tidak hanya website desa, kami sangat mengapresiasi keberhasilan mahasiswa UPI dalam membuat peta desa bercitrakan satelit.”tuturnya pada seminar hasil tingkat desa di aula balai desa Kayuambon (31/01/2017). Acara tersebut dihadiri oleh seluruh perangkat desa serta perwakilan pihak LPPM UPI. Supriyono, S.Pd., M.Pd selaku perwakilan LPPM UPI mengatakan “mahasiswa UPI yang sedang menjalankan program KKN Tematik ini diuji kesiapan dan kesigapan dalam menghadapi berbagai permasalahan di masyarakat. Melalui program besar pada KKN Tematik Revolusi Mental ini yakni gerakan Indonesia melayani, gerakan Indonesia tertib, dan gerakan Indonesia bersih yang disesuaikan dalam keadaan permasalahan di masyrakat.” (Admin KKN Tematik Revolusi Mental Kayuambon 2)
Viewing all 1383 articles
Browse latest View live