Quantcast
Channel: BERITA UPI
Viewing all 1383 articles
Browse latest View live

Sookmyung Women’s University Jajaki Kerjasama dengan UPI untuk Pemberdayaan Perempuan

$
0
0
31Bandung, UPI Tiga orang delegasi dari Sookmyung Women's University (SWU), Korea kunjungi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk membangun kemitraan dan menjajaki peluang kerjasama dalam berbagai bidang. Delegasi terima di Ruang Rapat Partere oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha Prof. Dr. H. Didi Sukyadi, M.A., dan unsur pimpinan UPI. Terkait kedatangan SWU, Prof. Didi mengatakan, mengatakan bahwa kita punya pengalaman bekerja sama dengan SWU, Korea. SWU merupakan universitas yang konsisten mendidik para perempuan untuk lebih mandiri. Peluang kerjasama yang mereka tawarkan perlu dipelajari dan ditindaklanjuti lebih jauh. “Kerjasama yang ditawarkan fokus pada pengembangan bidang akademik dan penelitian bagi perempuan, namun tidak menutup kemungkinan bagi pria juga. Kerjasama tersebut meliputi pengembangan keilmuan dalam upayanya meningkatkan komptensi perempuan, pertukaran mahasiswa antar dua universitas,  pertukaran dosen yang ingin melanjutkan jenjang S3, serta hal-hal yang terkait dengan pemberdayaan perempuan,” ujarnya.2 Lebih lanjut dijelaskan, peluangnya cukup bagus, keterlaksanaannya juga bagus. Terkait perempuan, kita memiliki fakultas yang didominasi oleh perempuan seperti di Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, dengan tiga program studinya yaitu Program Studi Pendidikan Tata Boga,  Program Studi Pendidikan Tata Busana, dan Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, serta fakultas lainnya yang ada di UPI. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kerjasama Divisi Internasional APWINC, Sookmyung Women's University, Korea, Haesang Yun, mengatakan,”Sookmyung Women's University berkunjung ke Universitas Pendidikan Indonesia dalam rangka membangun kemitraan antara dua universitas dan menjajaki peluang kerjasama masa depan, juga kerja sama terkait dengan UNESCO-UNITWIN. UNESCO-UNITWIN adalah program peningkatan kapasitas perguruan tinggi untuk bertukar pengetahuan dan keahlian terhadap pemberdayaan perempuan melalui keterampilan ICT dan pendidikan kepemimpinan. Kerja sama bisa berupa pertukaran mahasiswa, yang tujuannya untuk mengenal dunia luar.” (dan/cup) 3

Putra Putri Papua Kuliah di UPI

$
0
0
2asepBandung, UPI Sebanyak 10 orang mahasiswa baru asal Papua dan Papua Barat berkesempatan untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui program afirmatif. Program Afirmatif merupakan program unggulan Kemristek Dikti untuk percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Menurut Kepala Divisi Rekrutmen Mahasiswa Baru UPI, Dr.rer.nat. Asep Supriatna, M.Si., Program Afirmasi di UPI telah dimulai sejak tahun 2012.”UPI konsisten untuk ikut mencerdaskan anak bangsa dari seluruh pelosok negeri termasuk Papua. Di tahun 2012 kita menerima 4 orang, tahun 2013 menerima 16 orang , tahun 2014 menerima 9 orang, tahun 2015 menerima 11 orang, dan di tahun 2016 kami menerima 10 orang mahasiswa,” katanya saat mendampingi peliputan oleh ANTARA TV, di Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung.1 Lebih lanjut dijelaskan, bahwa semangat belajar mahasiswa asal Papua sangat tinggi, namun mereka mengalami kesulitan di awal-awal tahun pertama kuliah. Masalah utamanya yaitu masalah akademik dan masalah sosial/lingkungan. Bahasa Indonesia mereka tidak lancar dan tulisan sulit dibaca, juga mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan gagasan secara lisan maupun tulisan. Di awal mereka juga sulit mengatur keuangan. “Contoh masalah dalam bidang akademik, mereka secara umum sulit beradaptasi dalam kemampuan dasar bidang studi, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA (matematika, fisika, kimia, dan biologi) dan IPS (ekonomi, akuntansi, geografi dan lainnya), dan teknologi informasi. Sementara itu dalam konteks sosial mereka cenderung tertutup, sukar bergaul, dan masih merasa asing di lingkungan baru,” ungkapnya. Nah dalam kasus ini, kita harus bijak dalam membantu mereka agar bisa menyesuaikan diri, katanya. Pada kenyataannya setelah bearadptasi, lambat laun IPK mereka naik yaitu 3,3, artinya ada kenaikan yang signifikan, bahkan kemarin ada yang diikutsertakan dalam pertemuan mahasiswa nasional, tapi memang perlu proses, dan hal itu lambat laun bisa diatasi. 3“Metode pendampingan yang kami gunakan yaitu di awal tahun harus ada matrilkuliasi bagi mahasiswa baru, dan setiap semester kami undang untuk berkumpul, baik secara formal maupun informal. Mereka dikumpulan untuk menjalani serangkaian tes, kemudian hasilnya dipetakan, pada prodi mana akan ditempatkan. Kakak kelas harus ikut membantu, diminta mencari teman yang bukan orang Papua, yang bisa dimintai tolong dalam pengembangan akademiknya. Jangan bergaul dengan yang satu daerah, harus berani masuk  pada lingkungan masyarakat baru,” paparnya. Alhamdulillah, mereka menunjukan progress perbaikan. Perkembangan lebih baik, lebih terbuka, bahkan ada yang jadi pengurus himpunan, dan sangat kooperatif, jelasnya. Mereka membentuk perkumpulan dan ketuanya diminta mengontrol teman-temanya. Berdasarkan pengalaman belajar di kelas, mereka bisa mengikuti dengan baik hanya perlu penyesuaian dalam kelas dan teman.2 Ditegaskannya,”Keberadaan mahasiswa asal Papua sangat strategis bagi UPI, karena berguna untuk memperluas jaringan dalam rangka pengembangan pendidikan. UPI berperan dalam membantu menyiapkan sumber daya manusia untuk membangun daerah tertinggal, dan pengalaman ini dapat diterapkan di daerah lain. Diharapkan mereka tidak pulang sebelum menjadi sarjana, harus serius memperdalam keilmuannya, serta harus membangun daerahnya. (dan/ija)

Dari UKM LEPPIM Untuk UPI

$
0
0
leppim1Bogor, UPI Sebanyak 7 orang anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UKM LEPPIM UPI) menjadi finalis dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) tahun 2016 ke-29, di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga Jalan Meranti, Bogor, Senin (8/8/2016). Kepala Departemen Penelitian dan Penalaran (DPP) LEPPIM Farhan Dwikalindrapura, menjelaskan,”LEPPIM sukses mengirimkan anggotanya untuk diikutsertakan dalam Pimnas 2016 di IPB. Mereka terbagi menjadi 3 kelompok, diantaranya Farhan Dwikalindrapura, Dede Miftahul A, dan Iyus Herdiyanto, berada di kelompok PKM Fuel Cell; Nurjannah, Kiki A, dan berada dikelompok Arbera; sementara itu Sulfia U berada di kelompok Etnomatematika. UKM LEPPIM, sejak awal memiliki minat dalam bidang penelitian dan akan terus berkiprah di masa-masa yang akan datang.”leppim1 Pimnas merupakan ajang yang sangat bergengsi untuk mahasiswa, ujarnya. Mahasiswa dan kelompok studi yang aktif dibidang kepenelitian biasanya akan membuat persiapan khusus demi menjadi bagian dari kegiatan Pimnas tersebut. Pimnas merupakan agenda yang selalu ditunggu pelaksanaanya karena ada agenda investor summit, dimana dalam kesempatan tersebut, peserta mempresentasikan dan menjual hasil penelitiannya kepada masyarakat umum termasuk di depan para investor. Penelitian yang potensial bisa saja langsung mendapatkan tawaran kerja sama dari perusahaan untuk mengembangkan hasil risetnya tersebut. Lebih lanjut dikatakan,“Pihak universitas sudah membantu kami cukup banyak, mulai dari pertimbangan usulan, sekretariat yang aktif selama 24 jam, perizinan membimbing mahasiswa yang tertarik pada PKM, serta kesempatan audiensi dengan pihak Rektorat UPI. Kami sangat diperhatikan dan dibimbing oleh universitas. Sebagai UKM, kami upayakan membantu UPI mencapai tujuannya sebagai universitas yang edukatif, ilmiah, dan religius. Diharapkan, universitas membantu proses regenerasi dan tidak lelah mendukung perkembangan UKM LEPPIM. (dan/leppim)  

Berbagi Ilmu untuk Sukses

$
0
0
leppim2Bogor, UPI Tim Energon yang beranggotakan Dede Miftahul Anwar, Yushak Nurrohman, Farhan Dwikalindrapura, Firman, dan Iyus herdiyanto terlibat diskusi serius dengan Tim Univesitas Syah Kuala, di base camp Pimnas Kampus IPB, Bogor, Selasa (9/8/2016). leppim2Farhan mengatakan,”Tim Energon tengah melakukan diskusi perencanaan presentasi bersama sambil mempelajari teknik presentasi Univesitas Syah Kuala yang sedang melakukan simulasi di depan kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk memperluas dan memperkaya ilmu tentang gaya bicara, teknik, model serta strategi presentasi.” Tim Energon akan mempresentasikan proposal dengan judul Sintesis Proton Exchange Membrane Pada Energon Cell Sel Bahan Bakar Limbah Styrofoam Berbasis Membran Komposit Polistirena Tersulfonasi/Zeolit/PEG/Kitosan-Vanilin Dengan Aplikasi Generator Hidrogen Teroptimasi. “Kami bersyukur tim kami disambut baik oleh peserta Pimnas dari Univesitas Syah Kuala. Kami berinisiatif untuk menggunakan ruangan tersebut menjadi tempat untuk melakukan simulasi presentasi secara bergantian. Dosen Pembimbing dari Syah Kuala pun tidak sungkan untuk berbagi evaluasi hasil presentasi tim mereka. Diharapkan, kegiatan seperti ini dapat terwujud sebuah ikatan silaturahmi yang baik antara mahasiswa peneliti UPI dengan mahasiswa peneliti Syiah Kuala. Kami juga memiliki kesempatan untuk mempelajari proposal penelitian dan teknik presentasi dari berbagai universitas lainnya, seperti IPB, ITB, UGM, UNBRAW, ITS, UNY, UI, UNPAD, dan lain sebaginya. Benar-benar menjadi pembelajaran langsung yang berharga,” ungkapnya. (dan/leppim)  

Kompetitif UPI Gelar Uji Emisi Gratis Dua Hari

$
0
0
01-ABandung, UPI Semakin buruk kualitas emisi yang dihasilkan kendaraan bermotor dapat berpengaruh besar bagi kesehatan dan lingkungan disekitar. Solusi terbaiknya adalah merawat secara berkala kendaraan yang dimiliki. Uji emisi bisa menjadi salah satu jurus jitu mengetahui tingkat efektivitas proses pembakaran bahan bakar pada mesin mobil dapat diketahui melalui analisis kandungan CO2 dan HC yang terdapat dalam gas buang. 01-AItulah sebabnya, Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Penggemar Teknologi Otomotif (UKM Kompetitif) Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan Auto 2000 Setiabudhi menyelenggarakan”Uji Emisi Gratis ” yang akan dilaksanakan, Senin dan Selasa (15-16/8/2016) di Area Parkir Gedung Gegeut Winda (PKM) UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Uji emisi dilaksanakan dalam dua sesi yaitu sesi pertama dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB, sesi kedua dimulai pukul 13.00-15.00 WIB. Kegiatan kali ini dikhususkan bagi kendaraan dengan brand Toyota dengan tipe Motor Bensin. Pendaftaran sudah bisa dibooking mulai sekarang. Silakan hubungi cp 081224578774/089638930893 dengan format ” Plat Nomer (Spasi) Merk Mobil (Spasi) Tanggal & Jam Booking. Selain uji emisi gratis bagi pelanggan yang mendaftarkan kendaraannya akan mendapatkan beberapa bonus yang menarik dari Auto 2000 yaitu Sertifikat, Stiker Uji Emisi dan Kartu Diskon Service di Auto 2000 Setiabudhi. Pelanggan tidak dipungut biaya. (Resha Febriansyah)

Pimnas, Ajang Mahasiswa Berprestasi

$
0
0
LeppimMITILeppimMITIBogor, UPI Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia-Klaster Mahasiswa atau biasa disebut MITI-KM menggelar forum diskusi, di Kampus IPB Dramaga Bogor, Kamis (11/8/2016). Forum ini dihadiri oleh UKM dari seluruh Universitas yang mengikuti Pimnas ke-29. MITI-KM merupakan perkumpulan UKM dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia yang fokus pada studi ilmiah. Kehadirannya untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman saat berkompetisi di ajang Pimnas ke-29, serta membahas kegiatan penelitian di masing-masing UKM kampusnya, sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar UKM. LeppimMITI3Kordinator MITI Wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta, Ela, mengatakan,”Pertemuan MITI kali ini merupakan kegiatan silaturahmi untuk semua mitra MITI-KM se-Indonesia, tujuannya untuk saling memotivasi dan saling mendukung dalam melakukan penelitian yang bermanfaat dan potensial. Forum ini dihadiri berbagai kelompok studi ilmiah berbagai universitas se-Indonesia seperti Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia, Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM) dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), UI AC dari UI, Forum For Scientific Studies (Forces) dari Institut Pertanian Bogor, Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian (UKMP) dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Lembaga Penelitian dan lain sebagainya. Pimnas merupakan ajang berkumpulnya mahasiswa peneliti se-Indonesia, jelasnya. Hal yang sangat lumrah jika berbagai perkumpulan mahasiswa peneliti memanfaatkan ajang pimnas sebagai momen silaturahmi bagi perkumpulannya. Selain MITI, ada pula Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Indonesia atau ILP2MI yang juga melakukan hal yang sama. Pertemuan MITI kali ini membawa UKM warna baru, dimana para UKM menjadi lebih terbuka dengan penelitian yang dilakukannya. Contohnya Ririn Wardani, finalis Pimnas ke-29, asal Unnes, yang tampak begitu antusias menjelaskan penelitiannya tentang tanaman khas daerah asalnya, Kudus. Ririn mengatakan, bahwa parijoto yang hendak dikembangkannya belum ada satupun yang melakukan riset mendalam mengenai tanaman tersebut, sehingga proyek ini sangatlah potensial dan bahkan mampu juga bersaing di kancah internasional. Ririn mengusung tema Sanjoto atau manisan parijoto: Pemanfaatan tanaman local medinilla speciosa sebagai upaya internasionalisasi produk lokal yang sehat dan ekonomis.LeppimMITI2 Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Penelitian dan Penalaran (DPP) LEPPIM Farhan Dwikalindrapura, mengatakan,”Sudah menjadi tradisi, jika Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (FPTK UPI) mengirimkan mahasiswanya dalam ajang  Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Di Tahun lalu, FPTK mengirimkan Muhammad Renaldy (Departemen Pendidikan Teknik Elektro), Abdul Munir (Departemen Pendidikan Teknik Elektro), Bima Agus Arachman (Departemen Pendidikan Teknik Elektro), dan Budi Aji Mustofa (Departemen Pendidikan Teknik Elektro) yang tergabung dalam kelompok SAPULIDI (Spanduk Lipat Digital) dengan Menggunakan Intelligent Control LED WS2812 Berbasis Arduino Uno.” Pada Pimnas 2016, FPTK mengirimkan Suhendar Ariyadi (Departemen pendidikan Teknik Elektro) di tim “Arbera”, Farhan Dwikalindrapura (Departemen pendidikan Teknik Mesin), dan Iyus Herdyanto (Departemen pendidikan Teknik Mesin) di tim Energon. Meskipun kuantitasnya berkurang, namun departemen yang lolos bertambah. Ketua Prodi Pendidikan Teknik Mesin Dr. Wowo Sunaryo Kuswana, M.Pd., tidak lelah memotivasi mahasiswanya untuk lebih serius dalam belajar dan membantu mengembangkan keilmuannya dalam bidangnya masing-masing, ungkapnya. Kami diarahkan untuk mencari pembimbing yang tepat, mencari dana bantuan, mencari event perlombaan, dan melakukan pencatatan prestasi. (dan/leppim)

UPI-Kota Bandung Gelar Bandung Performing Arts Festival

$
0
0
0401Bandung, UPI Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) berkolaborasi dan bersinergi dengan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam Bandung Performing Arts Festival (BPAF). BPAF adalah media pertunjukan untuk mempromosikan seni dan budaya Sunda melalui pementasan bertaraf nasional dan internasional. “Universitas Pendidikan Indonesia dengan segala potensinya, diharapkan dapat memberikan alternatif destinasi wisata. Konsep yang ditawarkan (program paket wisata edukasi dan industri kreatif), memberikan peluang untuk mendukung program Pemerintah Kota Bandung terutama dalam bidang pariwisata. UPI sangat potensial dan konsepnya bisa direalisasikan, maka dari itu kita berkolaborasi,” ujar Kepala Bidang Seni dan Budaya Disbudpar Kota Bandung Dedy Dharmawan, di Ruang Rapat Partere, Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin (15/8/2016).02 Kolaborasi ini lahir dari sebuah diskusi, katanya, kemudian muncul ide atau gagasan untuk merintis sebuah festival pagelaran seni budaya sebagai destinasi wisata one stop traveling. Festival  tersebut merupakan wadah promosi karya seni pertunjukan tradisi, populer, dan kontemporer yang disebut sebagai Bandung Performing Arts Festival (BPAF). Festival ini akan di launching dan digelar pada bulan Oktober 2016 di Kampus UPI. Kota Bandung saat ini sedang mengalami masa jenuh. Sementara ini, untuk destinasi wisata Saung Angklung Ujdo memang tidak tergantikan, namun untuk kedatangan yang ke-2 dan selanjutnya wisatawan sudah merasa jenuh, sehingga diharapkan ada pilihan atau alternatif lain. Untuk menjadi destinasi wisata, kondisinya harus benar-benar siap dalam segala aspek.  Talent dari Seni Rupa, Seni Musik, dan Seni Tari serta unsur lainnya harus mendapatkan perhatian lebih, karena nantinya ini akan berkelanjutan dan pengelolaanpun  harus bisa mandiri. Museum bisa diapresiasi oleh guru dan siswa, bisa dikembangkan dalam bentuk seminar maupun workshop.03 Lebih lanjut dijelaskan,”Potensi UPI merupakan potensi Kota Bandung  oleh karena itu dikolaborasikan dan HPI atau Himpunan Pramuwisata Indonesia siap mempromosikannya kepada wisatawan. Adapun langkahnya yaitu merancang program sesuai standar destinasi wisata, dan nanti berkembang pada siapa melakukan apa, sesuai tugas dan fungsinya. UPI sudah mumpuni untuk itu. Diharapkan, kerjasama ini bekesinambungan dalam segala aspek. UPI maju Kota Bandung maju.” Dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI Prof. H. Furqon, Ph.D., menyambut baik kolaborasi ini, dikatakannya,”UPI sebagai destinasi wisata memang sudah lama menjadi perhatian pihak universitas. Keberadaannya sebagai destinasi wisata bisa dijadikan sebagai bahan research dan challenge untuk mengembangkan keilmuan, karena di dalamnya terdapat pementasan angklung, kacapi suling, pameran foto, kaulinan urang lembur, serta ada workshop batik dan keramik.”04 Terkait hal itu, UPI memiliki program studi (Prodi) yang relevan dengan program tersebut, jelasnya. Prodi yang dimaksud adalah Prodi Pendidikan Seni Rupa, Prodi Pendidikan Seni Tari, Prodi Pendidikan Seni Musik, Prodi Pendidikan Tata  Boga, Prodi Pendidikan Tata Busana, Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Prodi Manajemen Resort & Leisure, Prodi Kepariwisataan yang di dalamnya terdapat Prodi Manajemen Resort & Leisure (Resort & Leisure Manajement), Prodi Manajemen Pemasaran Pariwisata (Tourism Marketing Management), Prodi Manajemen Industri Katering (Catering Industry Management), dan Prodi lainnya. Pada prinsipnya UPI siap, karena sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat, tegasnya, tetapi perlu dibicarakan lebih lanjut tentang operasionalnya, karena di UPI ada kegiatan lain, yaitu perkuliahan (Pendidikan dan Pengajaran), oleh karenanya perlu dipikirkan berbagai kemungkinannya, mengingat sektor pariwisata merupakan andalan penyumbang devisa bagi negara, dan kebutuhan untuk relaksasi semakin meningkat, maka dengan target satu juta wisatawan, ini sangat potensial bagi IGU UPI. (Dodi Angga/Foto: Azis)

Mahasiswa Bidikmisi, Adik Papua, Daerah 3T, SM3T, PPG, dan PPGT UPI Ikuti Temu Nasional

$
0
0
01Solo, UPI Mahasiswa yang meraih beasiswa Bidik Misi dan tergabung dalam Adik Papua, Daerah Terdepan Terluar Tertinggal (3T), Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) mengikuti Kegitan Temu Nasional, Selasa-Jumat (9-12/8/2016)  di Solo, Jawa Tengah. Temu Nasional dimaksudkan untuk membangun jejaring komunikasi dan koordinasi  mahasiswa Bidikmisi seluruh Indonesia, meningkatkan wawasan kebangsaan dan bela negara, serta memberi pengharapan mahasiswa Bidikmisi yang berprestasi. Acara yang dibuka Rektor  Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., dihadiri mahasiswa penerima beasiswa tahun 2016, Adik Papua dan Daerah 3T sebanyak 739 orang dan peserta dari SM3T, PPG dan PPGT sebanyak 530 orang. Seluruh peserta dari 123 perguruan tinggi, 14 kopertis dan peserta dari SM3T, PPG dan PPGT berasal dari 23 LPTK, dengan rincian 20 LPTK Negeri dan 3 LPTK Swasta.01 Mereka mengikuti kuliah umum bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Mendapatkan motivasi dari mantan Presiden RI Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie; Menyaksikan pemutaran film Rudi Habibie; Membentuk Forum Komunikasi peserta Temu Nasional Mahasiswa Bidik Misi, Adik Papua, Daerah 3T SM-3T, PPG dan PPGT; Mengunjungi Pameran Alutsita dan  Pameran Iptek (Ritech Expo); dan mengikuti kuliah umum dan motivasi. Temu Nasional  ini merupakan awal perkulihan mahasiswa baru tahun angkatan 2016 maupun mahasiswa lama yang memulai dengan pembelajaran semeter berikutnya. Mereka mendapatkan pembekalan materi dari beberapa tokoh nasional, dengan berbagai bentuk materi kewirausahaan, motivasi dan materi wawasan kebangsaan dengan tujuan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk berprestasi di berbagai ilmu yang mereka belajar dan semakin mencintai Indonesia. (Pernando Kobak, Mahasiswa Afirmasi Papua Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia)

Mahasiswa UPI Kampus Purwakarta Selenggarakan Seminar Parenting

$
0
0
0401Purwakarta, UPI Mahasiswa Universitas Pendidika Indonesia Kampus Purwakarta yang mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta mengadakan seminar parenting di Gedung Olahraga Desa Darangdan, Kecamatan Darangdan, Purwakarta, Kamis (11/8/2016). Seminar yang merupakan program kerja KKN 2016 ini mengambil tema, “Pentingnya Pengetahuan Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak.” Pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak dinilai sangat penting agar orang tua semakin cerdas dan cermat dalam memberikan pendidikan terhadap anaknya, serta membangun generasi yang lebih  baik. Peserta seminar ini yaitu perwakilan dari masing-masing desa di Kecamatan Darangdan dengan jumlah 75 orang, mahasiswa reguler, mahasiswa dual modes dan tamu undangan.02 Teten Ginanjar Rahayu selaku Ketua KKN 2016 dalam sambutan mengatakan, “Peranan orang tua terhadap pendidikan anak sangatlah penting, karena pendidikan orang tua yang paling utama dan akan membentuk karakter anak. Oleh karena itu, dengan seminar ini diharapakan dapat menambah wawasan orang tua”. Dosen pengampu mata kuliah KKN Hayani Wulandari, M.Pd. dalam kesempatan itu menjelaskan, “Semimar parenting yang diadakan mahasiswa diharapakan dapat bermanfaat khususnya untuk para orang tua. Selain itu, mahasiswa dalam melaksanakan program kerja KKN dapat sabar memahami karakter masyarakat serta ikhlas dalam mengabdi kepada masyarakat.”03 Seminar yang dimeriahkan tarian dari siswa SDN 1 dan 2 Sadarkarya Kecamatan Darangdan ini dipandu Anisa Dwi Aviani, mahasiswa UPI Kampus Purwakarta angkatan 2013. Materi pertama disampaikan dosen UPI Kampus Purwakarta Dr. Hafiziani Eka Putri, M.Pd. yang menyampaikan mengenai pendidikan dalam perspektif Islam. Ia mengatakan, “Mendiidk adalah sebuah pekerjaan yang harus dikerjakan oleh semua orang. Lima pola mendidik anak dalam Islam di antaranya keteladanan, kebiasaan, nasihat, pehatian, dan hukuman”. Nara sumber kedua adalah dosen UPI Kampus Purwakarta yaitu Idat Muqoddas, M.Pd. yang menyampaikan materi mengenai perkembangan psikologi anak. Dia mengatakan, “Ada beberapa tahapan yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak. Yang pertama, membesarkan anak dengan psikologi positif, dan kesejahteraan spiritual.  Diharapkan  orang tua dapat memahami tahapan tersebut sehingga harapan orang tua terhadap anaknya dapat tercapai. Mendidik anak harus dengan teladan yang baik dengan contoh akhlak orang tua yang baik juga, sehingga anak meniru perbuatan yang dilakukan orang tua. Mendidik anak terdapat pada Alquran surat Luqman12-19”. (Chintia Putri Permatasari/WAS)05   04

Mahasiswa KKN UPI Kampus Purwakarta Resmikan Taman Baca di Desa Linggasari

$
0
0
0401Purwakarta, UPI Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta yang mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Linggasari, meresmikan Taman Baca di Balai Desa Linggasari, Jumat (12/8/2016).  Peresmian taman baca yang dihadiri Dra. Suhaedah, M. Pd., sebagai dosen pembimbing KKN, diharapkan, masyarakat memanfaatkan fasilitas yang dirintis mahasiswa KKN UPI seoptimal mungkin. Peresmian diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh Gian Yuda Anggara, ketua kelompok KKN UPI Desa Linggasari. Ia mengungkapkan bahwa peresmian taman baca ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas rampungnya taman baca yang dibuat di Desa Linggasari, serta sebagai ajang publikasi kepada masyarakat bahwa Desa Linggasari mempunyai sarana baru yang didedikasikan penuh untuk masyarakat sekitar.02 Tidak hanya dosen pembimbing, koordinator dosen pembimbing lapangan Hayani Wulandari, M. Pd. juga hadir dalam acara tersebut. Ia menyarankan mahasiswa segera meminta pihak Desa untuk mengeluarkan Surat Keputusan berkenaan dengan berdirinya taman baca tersebut agar ke depannya taman baca ini tidak bersifat sementara dan terus dikembangkan masyarakat sekitar. Taman baca dibuka Kepala Desa Budi Sahbudin ditandai dengan pengguntingan pita di depan gedung taman baca tersebut. Setelah itu aparatur desa dan tamu undangan diperkenankan untuk melihat-lihat buku yang ada di taman baca. Program kerja Taman Baca ini merupakan program unggulan dalam KKN Posdaya yang termasuk ke dalam unit pendidikan. Diharapkan dengan diresmikannya taman baca, minat baca masyarakat Desa Linggasari dapat meningkat. Serta adanya program dari aparatur desa, lembaga sekolah, RT maupun RW yang berkaitan dengan penggunaan taman baca tersebut. (Gian Yudi/WAS)04   03

Mahasiswa Bahasa dan Sastera UPI Mengikuti “Training for Trainer”

$
0
0
0201Bandung, UPI Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (Hima Satrasia) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastera (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar Training For Trainer (TFT) bagi calon tim pembimbing dan tim pendisiplin, Sabtu dan Minggu (13-14/8/2016) di Heritage, Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Kegitan itu bertujuan untuk membekali materi bagi tim pembimbing dan tim pendisiplin dalam rangka regenerasi dan reorientasi organisasi. Training for Trainer merupakan cara yang dilakukan Hima Satrasia agar tim pembimbing dapat mengarahkan, membimbing, dan menjadi contoh teladan bagi mahasiswa baru saat berkuliah ataupun berorganisasi. Begitupun tim pendisiplin disipkan untuk mengajarkan dan mencontohkan kedisipinan pada mahasiswa baru. “Kehadiran tim pembimbing (timbim) dan tim pendisiplin (timdis) ini sangat penting dalam acara Mekanisme Penerimaan Anggota (MPA) Hima Satrasia. Timbim adalah orang terdekat yang akan menyampaikan materi tentang perkuliahan dan organisasi kepada mahasiswa baru. Ia berperan seperti seorang ibu yang selalu memberikan pengetahuan dan kasih sayang. Sedangkan timdis adalah orang yang akan selalu mengingatkan mahasiswa baru tentang pentingnya kedisiplinan dan menghargai waktu. Timdis berperan layaknya ayah yang selalu mendidik anaknya dengan tegas dan disiplin,” ujar Rio Tirtayasa, Ketua Pelaksana MPA Hima Satrasia 2016.02 TFT merupakan kegiatan penyampaian pelatihan bagi timbim dan timdis. Materi yang diberikan mengenai keorganisasian, apresiasi sastra, inisiasi, sistem pendidikan nasional, pembagian peran, peran dan fungsi mahasiswa, dan sebagainya. Berbagai materi ini sangat bermanfaat bagi timbim dan timdis agar mampu membimbing dan mendisiplinkan mahasiswa baru. Materi yang disampaikan oleh para ahli yang pernah berpraktik. Misalnya materi keorganisasian diberikan Rian Rahmadi dan Agung Nugraha yang menjabat sebagai ketua dan sekretaris himpunan. Materi apresiasi sastra disampaikan oleh Kamil Mubarok sebagai ketua UKM Teater Lakon. Materi sistem pendidikan nasional disampaikan Rifaldi Pamungkas sebagai ketua Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK), dan pemateri lain yang pernah berpraktik. Menurut Zahra, sekretaris pelaksana MPA, tujuan diadakannya TFT mengacu pada tujuan acara yaitu untuk dapat melahirkan generasi yang kritis, militan, kreatif, loyal, dan bertanggung jawab. Kegiatan TFT ini dilaksanakan pukul 07.00 WIB. Dimulai dengan olah raga pagi agar timbim, timdis, dan panitia memiliki tubuh yang sehat. Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian materi dan evaluasi. Kegiatan berakhir pukul 12.00 WIB diakhiri dengan doa dan shalat dzuhur berjamaah di Masjid Al-Furqon. Septian Mahatir, salah satu calon timbim, mengungkapkan bahwa dirinya sangat senang bisa ikut pelatihan dan pematerian dari Hima Satrasia. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya untuk membimbing mahasiswa baru nanti. Walaupun saya harus mengorbankan waktu libur saya, tapi saya yakin kegiatan yang saya ikuti ini menyenangkan dan memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain,” katanya. “Hima Satrasia merupakan organisasi yang keren karena merencanakan segala sesuatunya dari jauh-jauh hari dan dengan persiapan yang matang. Itulah yang membuat saya bangga jadi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan menjadi pengurus Hima Satrasia FPBS UPI,” ujar Septian. (KM-Jurnalis12/WAS)

PESTA PERINGATAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI

$
0
0
PESTA prof karim

picture-327-1458557164Oleh:

Karim Suryadi

Peneliti komunikasi politik, dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia, kolumnis Pikiran Rakyat

HINGGA pertengahan dekade 80-an, sebagai anak-anak yang dibesarkan di kampung, saya hanya mengenal satu pesta yang ditunggu-tunggu dan dirayakan sangat istimewa. Pesta dimaksud adalah perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus. Nenek saya, dan orang-orang yang sebaya dengannya, menyebut peringatan hari kemerdekaan dengan kata "pesta" saja. Boleh jadi, itu karena dalam kamus hidupnya hanya ditemukan satu kata pesta. Pesta yang dimaksud hanyalah prosesi iring-iringan penduduk dari berbagai kampung, yang dipusatkan di balai desa, dan mengarak "dongdang" (jampana) dengan berbagai hasil bumi –padi, singkong, pisang, dan makanan hasil olahannya- diiringi berbagai tetabuhan menuju kota kecamatan. Orang tua, anak-anak, laki dan perempuan, semuanya berjalan kaki. Anak-anak sekolah pun berjalan kaki, berbaris paling depan, sejauh 15 kilometer. Sungguh luar biasa, bahkan terasa kaget, kok bisa anak-anak kelas IV sampai kelas VI sekolah dasar berjalan kaki sejauh itu, di tengah terik matahari. Sebuah kemeriahan yang panjang dan dirasakan bersama. Meski lapar dan haus, tidak tampak raut kesedihan dari wajah-wajah yang berarak menuju kota. Meski kehidupan warga sehari-hari tidak mudah, namun tidak tersirat kesulitan hari itu. Meski pengalaman hidup dan latar belakang yang berbeda, semua menjadi aktor drama kolosal dengan tema tunggal: bahagia dan membahagiakan orang lain. Di kampung saya, bukan tidak ada praktik yang bisa dibilang pesta. Ada pesta pernikahan, pesta kenaikan kelas, atau pesta sehabis panen. Namun, ketiganya tidak pernah disebut pesta. Untuk menggambarkan ketiga ritus tadi cukup disebut "hajat ngawinkeun", "samen", dan "ngaruat bumi". Meski ada kemeriahan, namun ketiganya tidak disetarakan dengan "pesta" (tujuh belas agustusan). Mengapa masyarakat setempat bersepakat melekatkan makna kegembiraan panjang hanya kepada "pesta" peringatan hari kemerdekaan ? PESTA prof karimTelah lama diyakini bahwa reproduksi sebuah makna tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidup seseorang. Meski di kampung banyak peristiwa menggembirakan, nyatanya kegembiraan memperingati hari kemerdekaan memiliki makna tersendiri. Hal ini diyakini terkait pengalaman pahit hidup di bawah kolonialisasi yang merampas semua sumber kebahagiaan. Itulah sebabnya, keharusan memperingati hari kemerdekaan muncul sebagai panggilan jiwa, sebagai ungkapan kesadaran akan beratnya perjuangan masa lalu sekaligus ungkapan syukur. Belakangan, ritus memperingati hari kemerdekaan seperti mengalami distorsi antargenerasi. Bentuk dan maknanya berbeda. Kegermbiraan yang diciptakan amat terasa artifisial dengan bentuk yang tak jauh dari kelucuan yang dibuat-buat. Memang di luar angkatan '45 sulit merasakan apa yang terjadi saat itu, dan tak terbayangkan bagaimana keberanian para pemuda menantang maut dengan slogan "Belanda kita seterika, Inggris kita linggis". Soekarno melukiskan konteks yang melatari lahirnya Indonesia merdeka dengan kalimat berikut, "Republik kita tidak dilahirkan dalam adhem tentremnya sinar bulan purnama. Tidak! Api peperangan yang hampir membakar habis seluruh permukaan bumi pada waktu itu masih belum padam sama sekali, gempa masih menggunjingkan bawana, samudra masih bergolak-golak dan mendidih! Malahan pernah kukatakan bahwa republik kita dilahirkan di dalam api... telah kukatakan tempo hari; apa yang dilahirkan di dalam api tak akan cair meleleh kena sinarnya matahari" (Soekarno, Amanat Proklamasi, hal. 114). Di luar konteks yang melatarinya, bisa jadi distorsi antargenerasi terjadi pula akibat spektrum tantangan yang berubah. Bila Angkatan 45 dan generasi sebelumnya menghadapi tantangan akibat pergaulan dunia yang sempit, maka sekarang persoalan muncul akibat keterbukaan. Bila dulu tantangan yang muncul akibat keadaan serba sulit, maka kini tantangan sesungguhnya muncul dari gaya hidup yang serbamudah dan memanjakan. Lebih dari itu, bila dulu tantangan muncul akibat kelangkaan, maka sekarang masalah muncul akibat keserbacukupan (affluenza). Keswadayaan warga menggelar "pesta" (memperingati hari kemerdekaan) mengirim pesan bahwa meski ekspresi dan visualisasi material kemerdekaan akan berbeda-beda bagi setiap orang, namun substansinya mengandung tiga hal yang sama. Kesatu, kemerdekaan adalah pemberdayaan. Ini berarti kesempatan yang dirasakan semua orang untuk mewujudkan perubahan dalam hidupnya dan merawat optimisme yang dimilikinya. Kedua, kemerdekaan adalah ruang untuk berekspresi, bukan hanya menunjukkan apa yang dirasakan, tetapi juga menampilkan apa yang diimpikannya. Ketiga, kemerdekaan adalah keadilan dalam memanfaatkan sumber daya publik, di mana setiap orang akan menerima hak-hak sosialnya sebelum mereka menuntutnya. Kita berharap peringatan hari Proklamasi Kemerdekaan RI bisa menghadirkan kembali jiwa-jiwa yang tangguh dan percaya diri, bukan pribadi yang mudah terkoyak dan berjiwa lembek. Ketangguhan jiwa dan percaya pada kekuatan sendiri menjadi taruhan nasib bangsa ke depan karena persoalan yang muncul akan lebih bercorak cuci otak, dan perang keyakinan. Indonesia yang hebat hanya bisa dibangun lewat penguatan jiwa dan kepercayaan diri, bukan lewat modernisme infrastruktur semata. Bila mengabaikan penguatan jiwa dan percaya diri, gemerlap infrastruktur tak ubahnya benteng kosong yang tampak mewah dari luar namun berisi rongga-rongga kosong di dalam hingga mudah diterobos musuh.*** Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/kolom/2016/08/15/pesta-377506
 

Mengawal Kebijakan Mendikbud Soal “Full Day School”

$
0
0
NET03TIDAK banyak menteri yang berasal dari LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Kependidikan), meskipun persoalan yang diurus tentang pendidikan. Bahkan, kepala dinas pendidikan di provinsi maupun kabupaten/kota pun kerap berasal dari luar LPTK. Maka wajar jika LPTK merasa bergairah ketika Presiden Joko Widodo mengangkat  Prof. Dr. Muhadjir Effendy menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.  Sebab, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini adalah lulusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Malang dan sempat menjadi dosen di eks IKIP Malang itu. Lulusan LPTK dan menjadi dosen di tempat yang sama meyakinkan dunia pendidikan bahwa Prof. Muhadjir mengerti pedagogi. Sempat menjadi Rektor UMM juga menggambarkan, putera kelahiran Madiun, Jawa Timur itu menguasai manajemen. Persoalannya, ketika Mendikbud melontarkan gagasan untuk menerapkan sistem full day school (FDS) atau sekolah sehari penuh, gelombang protes begitu masif. Resistensi dari masyarakat seperti gelombang tsunami, bergulung-gulung, saling bersahutan, sehingga mengalahkan berbagai isu aktual. Karuan, Prof. Muhadjir terkesan jengah dan nyaris menarik gagasannya tentang FDS ini. Mendikbud terlihat bimbang. Di satu sisi, dia yakin bahwa sekolah sehari penuh mampu menjawab berbagai persoalan pendidikan. Namun di sisi yang lain, gelombang penolakan dari masyarakat menyebabkan dia tidak percaya diri bahwa gagasannya cemerlang. Melihat keragu-raguan tersebut, pimpinan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengundang sejumlah pakar di kampusnya, Jumat (12/8/2016), di Gedung Isola, Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Tim yang dipimpin Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A. tersebut mengkaji kekuatan dan kelemahan sekolah sehari penuh tersebut dari berbagai perspektif. Maka hadirlah Prof. Dr. Ishak Abdulhak, M.Pd.; Prof. Ace Suryadi, M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. Shihabudin, M.Pd.; Prof. Dr. H. Sumarto, M.SIE; Prof. Dr. H. Ahmad Hufad, M.Ed.; Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. dan Dr. H. Wakhudin, M.Pd. Mereka sepakat perlunya mengawal gagasan Mendikbud tentang full day school. Pengawalan dilakukan bukan saja karena Mendikbud berasal dari LPTK, melainkan FDS merupakan pilihan terbaik dari berbagai pilihan untuk perbaikan pendidikan di Indonesia. Sebelum mengalami krisis meneter 1997, Indonesia sempat disejajarkan dengan Korea Selatan sebagai new emerging forces. Indonesia kemudian mengalami Reformasi dan pemimpin silih berganti. Kini, setelah waktu berjalan sekitar 20 tahun, Korea Selatan dan Indonesia terlihat jelas perbedaannya. Kemajuan Korea terlihat begitu pesat, menyamai tetangganya Jepang dan bersaing dengan Republik Rakyat Cina. Bahkan dalam beberapa jenis teknologi, Korea telah mampu melampaui Jepang dan Cina. Sementara Indonesia masih terseok-seok sebagai negara berkembang, bahkan semakin ketergantungan terhadap berbagai negara yang terlebih dahulu maju, karena Indonesia menjadi bangsa konsumen. Mengapa Indonesia tertinggal jauh dari Korea Selatan yang sempat berada pada posisi yang sama sebelum Indonesia mengalami Reformasi? Kuncinya pada pendidikan. Sekolah Dasar di Korea sudah lama menerapkan full day school. Jangan tanya siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, siswa SD di negeri ginseng itu masuk sekolah mulai pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00. Sementara siswa SMP juga masuk pukul 07.00 pulang pukul 19.00, sedangkan siswa SMA pulang pukul 21.00 WIB. Praktis, siswa sekolah lanjutan mulai sibuk sejak pukul 05.00 dan barus bisa beristirahat pukul 23.00. “Kebijakan pendidikan kita sering mudah terombang-ambing oleh suasana politik. Kebijakan tentang Ujian Nasional terus berubah dari tahun ke tahun akibat resistensi masyarakat yang disuarakan lewat media. Demikian  juga Kurikulum 2013, kebijakannya maju-mundur, akibat tekanan politik. Kini, wacana full day school pun gejalanya sama. Padahal ketiga isu di atas dilihat dari kacamata pedagogi termasuk bagus. Maka, kini saatnya dunia pendidikan menyuarakan dan membela persoalan yang menurut pakem pendidikan benar,” kata Prof. Dr. Ishak Abdulhak, M.Pd. Menurut Sekretaris Majelis Wali Amanat UPI ini, Kemdikbud harus menghitung sisi positif model full day school ini, sekaligus mempertimbangkan sisi negatifnya. Jika sisi kebaikan FDS lebih besar ketimbang sisi buruknya, maka Mendikbud bisa memberlakukannya secara nasional, meskipun dapat dilakukan secara bertahap dan dilaksanakan secara selektif bergantung pada kemampuan masing-masing sekolah. Guru besar bidang kurikulum ini mengungkapkan, pada umumnya, orang tua siswa mengkhawatirkan, FDS memerlukan biaya yang lebih besar ketimbang sistem sekolah yang as usual. Oleh karena itu, mereka keberatan jika harus membayar lebih mahal untuk biaya sekolah. Padahal, pemerintah selama ini menjanjikan sekolah gratis. Itulah sebabnya, Mendikbud mewacanakan untuk membuka kembali peluang orang tua murid berpartisipasi dalam membiayai pendidikan. Toh, yang diberi kesempatan menyumbang pendidikan adalah orang kaya dan mampu. Orang yang tidak mampu tetap dibebaskan dari biaya pendidikan. Subsidi silang ini sebuah pilihan yang baik. Di sisi lain, banyak guru yang khawatir, dengan tambahnya jam mengajar mereka tidak bisa mencari rezeki di tempat lain. Apalagi jika pemerintah tidak memberikan tambahan penghasilan bersamaan dengan tambahnya jam pelajaran. Maka, jika pemerintah menyesuaikan lamanya jam belajar dengan kesejahteraan, niscaya para guru tidak akan mempermasalahkan. [caption id="attachment_10362" align="aligncenter" width="783"]NET NET[/caption] “Dengan menambah jam sekoah, yang pasti siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih lama. Hasil penelitian menunjukkan, semakin panjang siswa mendapatkan execise belajar, mereka semakin baik. Yang penting, waktu belajar yang lama harus menyenangkan siswa. Dengan demikian, mereka akan tetap bahagia berada di sekolah meskipun berlangsung selama lebih dari delapan jam,” kata Ishak Abdulhak. Nilai positif  FDS lainnya adalah mendorong siswa membelanjakan waktunya dengan kegiatan positif, karena mereka dalam bimbingan dan pengawasan pendidik. Berbeda dengan sekolah yang selesai di siang hari, sementara orang tua mereka belum pulang karena masih bekerja di kantor atau di ladang dan sawah. Dalam sejumlah kasus, siswa yang tidak bertanggung jawab membelanjakan waktunya untuk aktivitas yang kontraproduktif. Menghadapi kasus seperti ini, maka sekolah sehari penuh menjadi pilihan yang menarik. Sementara itu, Ketua Senat Akademik UPI Prof. Dr. Shihabudin, M.Pd. berpendapat, Kemdikbud tidak perlu membuat piloting tentang full day school, sebab sekolah jenis ini sudah banyak dilaksanakan di berbagai daerah. Siswa sekolah dengan FDS memiliki prestasi yang lebih baik ketimbang siswa yang belajar di sekolah pada umumnya. Kesan masyarakat pun menyatakan bahwa full day school merupakan sekolah yang baik, bahkan semakin lama di lingkungan belajar seperti sistem boarding school lebih baik lagi. “Persoalannya, pemerintah harus mendefinisikan ulang apa yang disebut dengan sekolah sehari penuh. Pemerintah harus menghitung berapa jam sekolah yang disebut sehari penuh itu, 7 jam, 8 jam, 9 jam dan seterusnya. Kalau sudah didefinisikan tentang waktu belajarnya, maka kita bisa merancang kegiatan mereka selama dalam waktu belajar itu,” kata Guru Besar Bahasa Arab pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastera UPI ini. Setelah merancang kegiatan yang mesti dilakukan siswa, maka pemerintah bisa menghitung apa yang harus dilakukan guru dan membagi tugas siapa saja yang membantu siswa dalam belajar.  Di samping membagi tugas pekerjaan bagi guru, pemerintah juga dapat menghitung biaya guru yang mengajar dengan kelebihan jam mengajar, sesuai dengan aturan kepegawaian yang berlaku. “Besaran biaya harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan guru dan tenaga kependidikan. Berapa lama mereka mengerjakannya. Lalu apa saja penunjang yang dapat menyelenggarakan aktivitas siswa. Dengan demikian, pemerintah dapat menghitung biaya yang harus dikeluarkan dengan memberlakukan full day school ini,” kata Prof. Shihabudin. Komite Sekolah Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat UPI Prof. Dr. H. Sumarto, M.SIE mengemukakan, sistem full day school banyak dilaksanakan sekolah swasta dan hasilnya positif. Saat akan dilaksanakan secara massal di sekolah negeri, begitu banyak persoalan muncul. Sekolah dengan jumlah siswa yang membludak mengalami kesulitan, karena mereka harus belajar dengan dua shift. Kalau shift pagi berlangsung sampai sore hari, lalu sekolah siang dilaksanakan sampai kapan? “Meski demikian, berbagai persoalan yang dialami siswa maupun guru dapat dijembatani oleh keberadaan Komite Sekolah. Full day school sekaligus bermanfaat untuk melakukan empowering terhadap komite sekolah ini,” kata Prof. Sumarto. Bagi pegawai negeri sipil, kata Prof. Sumarto, guru seharusnya bisa melaksanakan full day school tanpa ada tambahan biaya apa pun, sebab aturan menyatakan bahwa PNS sehari rata-rata bekerja selama sembilan jam. Oleh karena itu, ketika terbiasa bekerja kurang dari sembilan jam, mereka keberatan dengan sistem full day school yang mengharuskan mereka bekerja secapa optimal. Meski demikian, Prof. Sumarto setuju, guru yang bekerja melebihi jam mengajar mendapatkan honor tambahan sebagaimana peraturan yang berlaku. Prof. Sumarto mengakui, full day school merupakan pilihan terbaik. Sebab, nyatanya, semua sekolah internasional menggunakan sistem ini. Dengan FDS, guru dan siswa belajar berdisiplin. Mereka bersama-sama menjaga kebersihan. Selain belajar, anak juga mendapat kesempatan makan bersama, main bersama secara terarah, mengerjakan tugas sekolah secara berkelompok, dan bahkan belajar beragama dengan baik. Mereka terbiasa shalat berjamaah dan mengaji bersama di sekolah. Prof. Ace Suryadi, M.Sc., Ph.D. dalam kesempatan itu menegaskan, istilah full day school terkesan sangat bombastis, sehingga masyarakat yang tidak mengertai ramai-ramai menolaknya. Padahal, yang sebenarnya terjadi, pemerintah hanya mengatur kembali jam sekolah. Tidak ada sesuatu yang baru dalam full day school, karena semua sudah ada aturan mainnya dalam sistem pendidikan di Indonesia. Semua tinggal mengoptimalkan. “Karena penolakan terhadap full day school kurang beralasan,  maka wajar jika kita perlu membela sistem ini sampai berhasil dilaksanakan. Meski demikian, full day school juga harus disertai dengan prosedur yang baku. Anak harus diantar saat berangkat dan dijemput saat pulang,” kata mantan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional ini. Dia mengungkapkan, Pusat Kurikulum (Puskur) saat ini tengah merancang diversity curriculum yang merancang agar siswa di sekolah tidak hanya mendapatkan pelajaran yang bersifat akademik, namun juga memiliki life skill yang disesuaikan dengan lingkungan sekolah masing-masing. Oleh karena itu, model full dau school merupakan lahan yang paling cocok untuk menerapkan kurikulum rancangan Puskur ini.02 Prof. Dr. Ahmad Hufad juga menegaskan, full day school merupakan aktivitas belajar yang sudah lama berlangsung. Lalu mengapa masalah ini mengalami kontroversi, karena masyarakat pendidikan kurang memberikan pemahaman kepada masyarakat. Dengan memahamkan tentang full day school yang sebenarnya, maka  secara perlahan resistensi masyarakat akan terus berkurang. “Orang tua yang sibuk sangat senang jika anaknya belajar di sekolah yang belajar sehari penuh. Tapi mengapa resistens? Inilah tugas kita memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan baik,” kata Prof. Hufad. (Wakhudin)

UPI Kampus Cibiru Gelar Upacara Peringatan Dirgahayu RI Ke-71

$
0
0
0301Bandung, UPI "Gelorakan Indonesia kerja nyata," demikian isi sambutan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir yang dibacakan Direktur Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru Asep H. Hernawan selaku inspektur upacara pada peringatan kemerdekaan RI ke-71 di UPI Kampus Cibiru, Rabu (17/8/2016). Upacara dimulai pukul 07.00 WIB di lapang parkir utama Kampus Cibiru yang dipimpin Hana Yunansah selaku komandan upacara. Sementara Petugas Upacara berasal dari Protokol Bumi Siliwangi Satuan Cibiru Gemah dan perwakilan UKM-Ormawa. "Saya berharap mahasiswa dapat memperingati hari kemerdekaan ini sebagai momen perjuangan nilai yang ingin kita tetap pertahankan," tutur Asep. Direktur menambahkan bahwa acara peringatan kemerdekaan ini diharapkan tidak hanya menjadi  seremonial belaka. Kegiatan memperingati kemerdekaan menurut Asep harus ditambah tak sekedar upacara, seperti halnya dialog kebangsaan yang digagas oleh mahasiswa.02 Paduan Suara D'Voma juga memberikan penampilan yang istimewa dalam rangka memperingati hari kemerdekaan yaitu menyanyikan lagu Hari Merdeka yang diaransemen ke dalam etnik sunda oleh Uus dosen Seni Musik UPI Kampus Cibiru. Pesan dari tema Indonesia Kerja Nyata dalam peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 ini adalah gelorakan inovasi di bidang kerja masing-masing untuk kemajuan Indonesia agar terwujudnya bangsa yang unggul. (Perslima)03

Memaknai Kemerdekaan Bersama Anak Buruh Migran di Perbatasan Indonesia-Malaysia

$
0
0
03

TresnaLaporan Tresna Yuliansi dari Sarawak Malaysia

SEKOLAH nonformal Community Learning Center (CLC) Rajawali menggelar upacara pengibaran bendera merah putih untuk merayakan kemerdekaan Indonesia ke-71, di perbatasan Indonesia-Malaysia, di Sarawak. Walaupun hujan gerimis, bendera tetap dikibarkan dengan khidmat oleh siswa. Berbeda dengan upacara Senin biasanya, tanggal 17 Agustus 2016 merah putih berkibar lebih lama. Terdengar suara riuh diikuti tepuk tangan dan teriak “merdeka” saat Ninik Dwi Wahyuni selaku kepala sekolah memberikan sambutan. Menurut Ninik, upacara merupakan ekspresi nasionalisme yang harus diterapkan kepada siswa. Namun, merayakan kemerdekaan tidak hanya melalui upacara dan berbagai perlombaan, tapi bisa juga dengan giat belajar, walaupun dengan kondisi serba terbatas di sekolah yang berada di tengah pohon kelapa sawit.01 Merayakan upacara di perbatasan menambah syahdu meresapi makna kemerdekaan, terutama melalui pendidikan bagi relawan VTIC Foundation. Pendidikan sebagais alah satu pilar terpenting untuk perkembangan pribadianak. Sebab pendidikan merupakan langkah awal memunguti kebijakan. Dua mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Tresna Yulianti (Ilmu Komunikasi) dan Eka Nursafira Sunarya (IPSE) berkesempatan berkenalan dengan pedidikan anak Buruh Migran Indonesia (BMI) di Sarawak, Malaysia, selama sebulan ini. Setelah melalui tiga proses tahapan seleksi, bersama 31 relawan lain yang berasal dari mahasiswa se-Indonesia, mereka ditempatkan di Community Learning Center (CLC) berbentuk sekolah non formal untuk anak Indonesia. CLC yang tersebar di berbagai daerah Sarawak di antaranya Miri dan Bintulu, yang ditempati  selama tiga minggu.02 Program yang dijalankan oleh Yayasan VTIC Foundation yang didukung KBRI serta KJRI Kuching Malaysia ini memiliki tujuan tidak hanya mendidik, namun merayakan kemerdekaan bersama dan mengenalkan keragaman Indonesia pada anak BMI. “Keberadaan VTIC memang disambut baik oleh anak-anak di sini. Mereka membutuhkan perhatian. Sebab pendidikan tidak hanya membaca buku, namun sambil bermain dengan hati,” ujar Ninik selaku kepala sekolah CLC Rajawali. (WAS)03

Rayakan HUT ke-71 RI, Rektor UPI Berikan Penghargaan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

$
0
0
0401Bandung, UPI Inovasi merupakan sebuah proses yang antara lain ditentukan oleh tingkat keberhasilan riset dan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi memegang peranan penting mempersiapkan putera-puteri bangsa, generasi penerus, menjadi inovator.  Sementara itu, institusi riset memegang peranan penting untuk memberikan kesempatan kepada putera-puteri bangsa melakukan karya cipta inovatif. “Peneliti dan inovator yang produktif masih sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia. Jumlah dan kualitas peneliti dan inovator di perguruan tinggi maupun institusi riset perlu terus kita tingkatkan, di samping kualitas penelitian, publikasi ilmiah dan jumlah paten yang diperoleh, serta inovasi yang diproduksi,” kata Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Mohamad Nasir dalam pidato memperingati kemerdekaan ke-71 RI yang dibacakan Rektor UPI Prof. Furqon, Ph.D. di halaman Gedung Gymnasium, Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Rabu (17/8/2016). Peserta upacara adalah civitas akademika UPI, serta dari SM3-T, SMA Labschool dan IIK juga turut menghadiri upacara HUT-RI. Rektor UPI Prof. Furqon, Ph.D. menjadi inspektur upacara, Dr. Dadang Anshori, S.Pd., M.Si menjadi pembaca teks UUD 1945, Adang Fauzi, M.M.Pd. menjadi pembaca Pancasila, Dr. H. Mufid Hidayat, M.A. pembaca doa dan Dr. H. Nono Supriatna, M.Si. pembaca teks proklamasi. Menurut Menristek Dikti, komitmen pemerintah terhadap upaya peningkatan kinerja penelitian dan inovasi akan terus ditingkatkan, terutama dalam peraturan dan regulasi, pendanaan dan peningkatan investasi, peningkatan kualitas dan peremajaan laboratorium, beasiswa bagi peneliti. Tanpa kerja sama dan komitmen dari semua pihak, hal itu akan sia-sia.02 Kemitraan, katanya, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari strategi mengantarkan temuan penelitian menjadi inovasi dan produk iptek berskala pasar. Pemerintah mendorong terjalinnya kemitraan dengan berbagai lembaga dan industri yang akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penciptaan inovasi. Dengan demikian, peneliti dan inovator bekerja tidak sendirian dalam menghasilkan inovasi, tetapi secara bersama-sama, konvergen dan sinergis dengan berbagai pihak. “Pada akhirnya, perguruan tinggi dan institusi riset yang memiliki peneliti dan inovator andal yang mampu menghasilkan produk inovasi yang secara signifikan meningkatkan meningkatkan daya saing dan kesejahteraan,” kata Nasir. Untuk mengolah temuan ilmiah hasil riset menjadi inovasi, kata Menristek Dikti selanjutnya,  diperlukan proses hilirisasi yang melibatkan bukan hanya perguruan tinggi atau institusi riset saja, tetapi juga kolaborasi dengan peneliti dari institusi dalam dan luar negeri, kemitraan dengan industri dalam dan luar negeri, serta berbagai pihak lainnya. Sistem pengelolaan proses hilirisasi yang akan mentransformasi temuan ilmiah hasil riset menjadi sebuah inovasi yang berdaya saing perlu dibangun bersama. Dengan pengelolaan yang tepat, diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah produk inovatif yang berskala pasar. “Inovasi harus terjadi bukan hanya di dunia industri, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan untuk memberikan jawaban terhadap beragam tantangan yang dihadapi bangsa kita, misalnya kebakaran hutan, kemacetan lalu lintas, perubahan iklim, reformasi birokrasi, pembangunan infrastruktur, dan sebagainya,” ujar Nasir. Dalam era globalisasi saat ini, Indonesia dihadapkan pada tantangan munculnya persaingan bebas dalam perdagangan antar bangsa. Adanya persaingan bebas ini akan menyebabkan Indonesia “diserbu” berbagai macam produk dan teknologi baru dari negara lain. Dengan inovasi, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi bahkan juga dapat memenuhi pasar negara lain.03 Memberikan penghargaan Setelah berakhirnya upacara HUT-RI, Rektor UPI memberikan penghargaan bagi pendidik dan tenaga pendidikan berprestasi tingkat UPI tahun 2016. Sebelumnya telah dilaksanakan penyeleksian oleh masing-masing tim seleksi yang meliputi penilaian portofolio, presentasi, dan wawancara. Sehingga terpilih lah beberapa nama dengan kategori diantaranya :
  1. Kategori Dosen Berprestasi: 1. Fitri khoerunnisa M.Si, Ph.D. (FPMIPA); 2. Vina Adriany, M.Ed., Ph.D. (FIP); 3. Dr. Hj. Alfira Sofia, M.M. (FPEB)
  2. Kategori Ketua Program Studi Berprestasi: 1. Dr. H. Nono Supriatna, M.Si. (FPEB); 2. Dr. Usep Koswari, M.Pd. (FPBS); 3. Dr. Lili Somantri, M.Si. (FPIPS)
  3. Kategori Laboran Berprestasi: 1. Hana Rohana, S.AP. (FPMIPA); 2. Asep Ahmad Ruri I, S.T (FPTK); 3. Sultono, S.Pd. (FPTK).
  4. Kategori Pustakawan Berprestasi: 1. Dian Arya Susanti, S.Sos. (Perpustakaan); 2. Cahya Mulyana, S.Pd. (Perpustakaan); 3. Herli Bahtiar Saleh, S.Sos. (FPIPS).
  5. Kategori Pengelola Keuangan Berprestasi: 1. Wiyono, S.E (FPIPS); 2. Achdi, S.Pd., M.Pd. (Kampus UPI Sumedang); 3. Bentang Indriani, S.E. (FPTK).
  6. Kategori Tenaga Administrasi Akademik Berprestasi: 1. Anita Kurniasari, S.AP. (FIP); 2. Noerdiani, A.Md. (FPIPS); 3. Rachmat, S.Pd.I. (FPTK).
Rektor UPI serta Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Asep Kadarohman, M.Si. memberikan piagam penghargaan kepada Tim Bumi Siliwangi dan Paduan Suara Mahasiswa yang sempat berjaya di kancah Internasional beberapa waktu lalu. (Rudi Lesmana/Wakhudin)04

Antusiasme Anak Buruh Migran Indonesia Merayakan HUT Ke-71 RI

$
0
0
0101Sarawak, UPI Walaupun hari kemerdekaan sudah lewat tanggal, perayaan HUT RI yang ke-71 masih terasa meriah bagi anak buruh migran Indonesia dari berbagai CLC (Community Learning Center) di Sarawak, Malaysia, Minggu (21/8/2016). Perayaan lomba tari kreasi yang mengandung unsur tradisional dijadikan sebagai salah satu cabang perlombaan yang diselenggarakan oleh VTIC (Volunterism Teaching Indonesia Community) Cycle 5. Secara garis besar, anak-anak di Sarawak kondisinya jauh berbeda dari anak Indonesia pada  umumnya. Hal seperti itu menjadi urgensitas bagi anak-anak. Karena pada masa emas yaitu pada tingkat sekolah dasar diperlukan adanya pendidikan kebudayaan agar dapat mewarisi budaya yang ada. Adapun tujuan diadakannya perlombaan tari tradisional, tidak hanya sebagai pengalaman, melainkan keperluan memancing emosional anak untuk cinta tanah air. Tidak hanya melalui upacara nasionalisme tumbuh, bisa melalui  baju adat dan tarian tradisional nasionaisme tumbuh. Selain itu tidak memudarkan nilai integritas anak bangsa. Melalui tari tradisional tersebut, anak-anak dapat mengambil berbagai keberagaman nilai dan budaya Indonesia. Sesuai dengan tema VTIC yaitu ‘mendidik dalam keberagaman’. Salah satu tariannya adalah Mappadendang. Tari Mappadendang yang berasal dari Bugis ini mengajarkan untuk selalu pintar bersyukur terutama pada pangan.02 Tidak hanya itu, ajang perlombaan ini pun bertujuan untuk mengenalkan keberagaman  Indonesia pada anak buruh migran Indonesia. Hal tersebut dianggap penting oleh Tommy, Project Officer VTIC Cycle 5, karena melalui perlombaan tari tradisional, diharapkan budaya Indonesia dapat dirasakan langsung dari dekat oleh anak-anak buruh migran Indonesia. Dengan diadakannya perlombaan ini dari setiap CLC datang untuk bisa berkenalan bertukar pikiran pengalaman cerita suka dan duka. Selain itu kegiatan ini juga berfungsi untuk menguatkan tali persaudaraan bahwa anak-anak itu orang Indonesia. Sebab pada kesehariannya, jarak antar CLC sangat jauh, harus melewati berbagai ladang kelapa sawit dengan kondisi jelek sehingga mobilitas antar CLC lainnya tidak dapat sering berinteraksi. (Tresna Yulianti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI yang sedang magang di daerah perbatasan RI-Sarawak, Malaysia)

Mahasiswa KKN UPI Kampus Cibiru Seminarkan Optimalisasi Pengembangan Pembelajaran

$
0
0
0201Cibiru, UPI Sebagai upaya meningkatkan peran guru menyongsong abad 21, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik UPI Kampus Cibiru 2016 menyelenggarakan seminar nasinonal pendidikan dan workshop dengan tema “Optimalisasi Pengembangan Pembelajaran dalam Bingkai Pendidikan Nasional Menyongsong Abad ke-21” yang dibuka Direktur UPI Kampus Cibiru Dr.H.Asep Herry Hernawan di Gedung LEC (Local Education Centre) Cicalengka Kabupaten Bandung, Sabtu (20/08/2016). Seminar dihadiri oleh Ketua UPTD Nagreg, Endi Suhendi M, M.Pd, Ketua UPTD Cicalengka yang diwakilkan Pengawas SD, Asep Tatang S.Pd serta sejumlah dosen Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru. Seminar nasinonal pendidikan dan workshop ini juga dihadiri 119 peserta di antaranya guru Sekolah Dasar dan mahasiswa UPI Kampus Cibiru. Adapun pemateri yang mengisi seminar Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. yang menyampaikan materi mengenai Rancangan Kurikulum Nasional Menyongsong Tantangan Global Abad ke21, dilanjutkan oleh Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed. yang menyampaikan materi mengenai “Merancang Pembelajaran Kreatif dan Inovatif untuk Menyiapkan Insan Berwawasan Global Abad 21”, serta Dr. Yunus Abidin, M.Pd yang menyampaikan materi mengenai Implementasi Pembelajaran Multiliterasi: Praktik Terbaik Pembelajaran Berbasis Pendidikan Abad 21. Kemudian akan dilanjutkan dengan diskusi panel oleh 10 Dosen UPI Kampus Cibiru.02 Seminar ini merupakan acara inti dari mahasiswa KKN UPI Kampus Cibiru dalam rangka realisasi salah satu program KKN untuk peningkatan keprofesionalan guru khususnya guru di daerah Kecamatan Cicalengka dan Kecamatan Nagreg. (KKN UPI Kampus Cibiru 2016)

Probumsil UPI Laksanakan Pembekalan Calon Alumni Protokol

$
0
0
31Bandung, UPI Protokol Bumi Siliwangi  Universitas Pendidikan Indonesia (Probumsil) menyelenggarakan pembekalan Calon Purna/Alumni Protokol, Sabtu (20/8/2016) di Ruang Teleconference Gedung  University Centre Kampus  UPI  Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Pembekalan ini dihadiri calon purna protokol Sekretariat Utama dan Probumsil Satuan. Dewan Pakar Probumsil bidang Sumber Daya Manusia, Dr. Hj. Yayah Rahyasih, M.Pd., memberikan pembekalan dengan tema, “Kompetensi Purna Probumsil dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara”. Ia mengarahkan calon purna Probumsil  dapat mempertahankan disiplin, menjunjung tinggi etika moral sebagaimana syarat masuk sebagai anggota Probumsil. Kegiatan diselengarakan Paguyuban Purna dan Dewan Pengurus Probumsil Tahun Bhakti IX. Hadir pula memberikan pembekalan para purna protokol yang sedang berkarier, di antaranya Purna Protokol Utama Pratama (P.PUPt.), Ahmad Rifqy Ash Shiddiqy, M.Pd. Ia menyampaikan pembekalan, “Mempersiapkan Kehidupan Berkeluarga Sejak Dini”,  Purna Protokol Utama Pratama Tiksna Bayu Ramadhan, S.Si. (Ajudan Kepala LAPAN) menyampaikan pembekalan “Purna dalam Tugas Keprotokolan”, P.PUPt. Syifa Nurul Lutfiani, S.Psi. (Protokol KPU RI) menyampaikan pembekalan “Purna dalam Lembaga Kenegaraan”, P.PUPt. Deni Permana, S.Pd. (Staf pada AW Officer) menyampaikan pembekalan “Purna dalam Berdikari Kerja”. Penyampaian pembekalan berlangsung dengan diskusi aktif antara perserta dan pemateri.2 Seluruh calon purna protokol yang mengikuti pembekalan ini dikukuhkan menjadi purna protokol dan mendapatkan Sertifikat Tanda Lulus Pendidikan dan Penugasan Protokol (STLP3) pada tanggal 20 Zulqaidah 1437 H/23 Agustus 2016 M sehari sebelum upacara wisuda sesuai dengan Peraturan Kehidupan Protokol Nomor 1 Probumsil 2016 tentang Paguyuban Purna Protokol Bumi Siliwangi yang disahkan oleh Sekretaris Eksekutif UPI. Sidang pengukuhan tersebut mangandung arti beralihnya status personel Probumsil dari anggota menjadi purna protokol ditandai dengan penyampaian pidato purna dan pergantian jas penugasan protokol berwarna biru (almamater UPI) menjadi jas purna protokol berwarna hijau lumut. Paguyuban Purna PROBUMSIL diatur dalam pasal 32 Keputusan Rektor UPI Nomor 2906/H40/KM/2008 dengan tujuan menghimpun para alumni protokol yang dinyatakan tidak cacat tugas selama menjadi anggota Probumsil. Dalam pembekalan tersebut ditampilkan video penugasan dan pencapaian Probumsil, tampak seluruh purna dan anggota yang hadir dalam ruangan tersebut tidak tahan meneteskan air mata menandakan terkenang ketika melaksanakan penugasan dan kebersamaan selama menjadi anggota Probumsil. Pembekalan ditutup dengan pembacaan do’a dipimpin Mitra Tama Protma. Arief Fachrurozi (MIK/FPIPS 2013) serta musafahah sebagai ucapan selamat kepada calon purna protokol. Pembekalan tersebut bertujuan untuk membentuk purna protokol mampu berdikari dan siap mengabdi pada bangsa dan negara berlandaskan ajaran agama dan nilai budaya serta memegang teguh filososi Paguyuban Purna Probumsil “mencar ti tatar pasundan  nyambuang ka nusantara”  yang mengandung arti setiap purna protokol menyebar dari tanah pasundan menyambung ke seluruh nusantara. Para purna protokol diharapkan senantiasa mengamalkan kode etik Probumsil dalam Catur Dharma: 1. Iman dan Takwa 2. Fikir dan Norma 3. Budaya dan Citra 4. Bhakti dan Tanggungjawab. (Assisten Deputi Penugasan Bidang Publikasi Probumsil)3

UPI Mewisuda 2.568 Orang Lulusan, Mohon Maaf Mengganggu Lalu Lintas di Sekitar Kampus

$
0
0
wisudaAwangBandung, UPI Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Furqon, Ph.D. mewisuda 2.568 lulusan pada Wisuda Gelombang II, Rabu dan Kamis (24-25/8/2016), di Gedung Ahmad Sanusi, Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No.229 Bandung. Biasanya, wisuda dilaksanakan di Gedung Gymnasium, namun karena gedung ini tengah dalam proses finishing persiapan PON XIX 2016, wisuda kali ini dilaksanakan di ruang pertemuan yang lebih kecil. “Kami meminta maaf kepada wisudawan dan keluarga atas ketidak nyamanan ini. Kami juga minta kepada masyarakat pengguna jalan tentang kemungkinan terjadinya macet di sekitar Jln. Dr. Setiabudhi selama acara wisuda dua hari ini,” kata Kepala Humas UPI Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si., di Kampus UPI, Selasa (23/8/2016). Menurut Yuliawan, selain acara wisuda, UPI juga menjadi ajang Pekan Olahraga Kereta Api Indonesia (PORKA) 2016, Kamis hingga Minggu (25-28/2016). Dua even besar ini memungkinkan menjadi penyebab kemacetan di dalam kampus mapun di beberapa ruas jalan di sekitar Jln. Dr. Setiabudhi. Oleh karena itu, pengguna jalan diharapkan menghindari berbagai ruas yang melintas di sekitar kampus UPI agar terbebas dari kemacetan.wisuda 2 Prosesi wisuda dibagi dalam empat prosesi. Prosesi pertama dilaksanakan Rabu (24/8/2016) pukul 9.00 WIB meliputi wisudawan UPI Kampus Sumedang, Purwakarta, Tasikmalaya, dan Serang. Sesi kedua dilaksanakan di hari yang sama dimulai pukul 13.00 WIB meliputi wisudawan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB), dan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD). Prosesi ketiga dilaksanakan Kamis (26/8/2016) dimulai pukul 9.00 WIB meliputi wisudawan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Sekolah Pascasarjana, dan UPI Kampus Cibiru. Sedangkan sesi keempat yang dimulai pukul 13.00 WIB meliputi wisudawan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastera (FPBS), dan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK). Wisuda UPI Gelombang II meliputi lulusan Diploma 3, Sarjana S1, S2, dan doktor S3. (WAS)
Viewing all 1383 articles
Browse latest View live