Quantcast
Channel: BERITA UPI
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1383

MAPACH PKN UPI, Mendaki Latimojong, Benamkan Diri dalam Kekayaan Budaya Toraja

$
0
0

Bandung, UPI

Mahasiswa Pencinta Alam Civic Hukum (MAPACH) Program Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) baru-baru ini melaksanakan ekspedisi luar biasa ke Gunung Latimojong, Sulawesi. Perjalanan yang berlangsung selama beberapa minggu pada Agustus 2024 ini menggabungkan sensasi mendaki gunung dengan daya tarik penjelajahan budaya.

Perjalanan dimulai dari Bandung, di mana tim MAPACH menempuh perjalanan kereta api dan bus menuju Surabaya, sebelum melanjutkan perjalanan laut ke Makassar. Setibanya di sana, mereka disambut hangat oleh Mapala Trisula setempat, yang menjadi tuan rumah selama kunjungan mereka.

Puncak ekspedisi ini adalah pendakian Gunung Latimojong. Tim menghabiskan beberapa hari menjelajahi medan yang menantang, hingga akhirnya mencapai puncak dan menikmati pemandangan spektakuler di sekitarnya.

"Mendaki Latimojong adalah mimpi yang menjadi kenyataan," ungkap Purnama Abdul Wahid, ketua MAPACH. "Namun yang benar-benar membuat ekspedisi ini tak terlupakan adalah kesempatan untuk membenamkan diri dalam budaya Toraja. Orang-orangnya sangat ramah, dan kami belajar banyak tentang tradisi mereka."

Sebagian besar waktu mereka didedikasikan untuk mengeksplorasi budaya unik masyarakat Toraja. Tim MAPACH melakukan penelitian mendalam mengenai budaya di Tanah Adat Toraja, terutama saat berkunjung ke Desa Ke'te Kesu. Dalam kunjungan tersebut, tim melakukan observasi dan wawancara terkait budaya dan upacara adat, fokus pada dua upacara penting: Rambu Solo' dan Rambu Tuka'.

Rambu Solo' adalah upacara kematian yang wajib dilaksanakan oleh keluarga yang berduka sebagai tanda penghormatan terakhir. Upacara ini melibatkan pesta besar, dengan suasana yang semakin meriah tergantung pada strata sosial keluarga almarhum. Jenazah biasanya disimpan di rumah adat bernama Tongkonan sebelum dimakamkan, dan kerbau dipotong sebagai simbol kendaraan bagi orang yang meninggal menuju Alam Baqa. Sebuah patung bernama Mangrapaek juga dibuat, dengan minimal 24 kerbau sebagai syarat.

Di sisi lain, Rambu Tuka' adalah upacara pernikahan yang juga melibatkan pemotongan kerbau sebagai mahar, mencerminkan pentingnya kerbau dalam tradisi Toraja sebagai simbol status dan pengorbanan. Pelanggaran dalam pernikahan dapat mengakibatkan pembayaran mahar berupa jumlah kerbau yang dipotong.

Tim juga mengamati Erong dan Patane, dua bentuk kuburan tradisional Toraja. Erong adalah kuburan yang diletakkan di tebing untuk para leluhur sebelum mereka memeluk agama, sedangkan Patane berbentuk bangunan rumah tanpa asap, dikenal sebagai banuatangmerambo. Observasi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana masyarakat Toraja menghormati leluhur dan menjaga tradisi, terutama dalam konteks upacara kematian dan pernikahan yang kaya simbolisme dan ritual.

“Pengalaman ini benar-benar membuka mata kami tentang kekayaan budaya yang ada,” ujar Miranda Mireng Siregar. “Kami menghadapi banyak tantangan, tetapi setiap momen berharga yang kami alami membuat kami lebih menghargai tradisi yang ada.”

Perjalanan dari Makassar menuju Desa Ke'te Kesu memakan waktu sekitar 12 jam, dikendarai oleh anggota MAPACH, Ripal Bekeh Nurjaenuddin. Sesampainya di Ke'te Kesu, tim langsung melakukan penelitian. Setelah itu, mereka beranjak menuju basecamp Latimojong. Perjalanan yang panjang membuat Ripal Bekeh Nurjaenuddin menjadi lemah, padahal dia biasanya menjadi yang paling  kuat. Ia menyatakan, "Latimojong adalah gunung yang paling bersejarah dalam hidup saya."

Ekspedisi MAPACH lebih dari sekadar petualangan; ini adalah bukti semangat penjelajahan dan pentingnya pertukaran budaya. Pengalaman tim di Sulawesi tidak diragukan lagi akan menginspirasi generasi petualang dan peneliti di masa mendatang.

Dengan data yang dikumpulkan selama ekspedisi ini, MAPACH berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menyebarkan pengetahuan mengenai budaya Toraja dalam konteks pendidikan dan sosial. Data ini akan menjadi dasar untuk untuk lanjutan yang mendalami hubungan antara budaya, lingkungan, dan kehidupan masyarakat Toraja. Ini juga akan menjadi referensi berharga dalam pendidikan kewarganegaraan dan pengembangan kesadaran untuk menjaga budaya di kalangan mahasiswa. (MB)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1383

Trending Articles