Quantcast
Channel: BERITA UPI
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1383

Studio Animasi Prodi Film dan Televisi UPI: Merespons Interaktivitas Tubuh Sinema di Cinefuture 2024

$
0
0

Program Studi Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menunjukkan inovasinya melalui karya-karya intermedia animasi dalam mata kuliah Intermedia Animasi (9/12/12). Dalam ajang bergengsi Cinefuture 2024, studio animasi dari prodi ini menjadi sorotan dengan mengusung tema interaktivitas tubuh sinema melalui audiens sebagai inti dari karya yang ditampilkan.

Intermedia animasi yang dikembangkan oleh mahasiswa Prodi Film dan Televisi UPI merupakan hasil riset panjang dengan pendekatan desain yang memadukan seni animasi, teknologi interaktif, dan teori audiens. Mata kuliah ini menekankan eksplorasi bentuk-bentuk baru dalam animasi yang tidak hanya dilihat, tetapi juga dapat dirasakan dan dialami langsung oleh audiens melalui interaksi tubuh.

Pada Pameran dan Simposium Cinefuture 2024, karya ini hadir sebagai instalasi interaktif yang memungkinkan audiens untuk menjadi bagian dari narasi. Tubuh mereka bukan lagi hanya penonton pasif, tetapi medium aktif yang memengaruhi alur cerita atau pengalaman visual. Dengan menggunakan teknologi sensor gerak, proyeksi digital, dan audio responsif, karya-karya ini menciptakan pengalaman sinematik yang sepenuhnya baru.

Karya-karya intermedia animasi ini dihasilkan melalui proses riset yang intensif. Mahasiswa memulai dengan studi mengenai perilaku audiens dan potensi teknologi interaktif. Berdasarkan temuan riset menggunakan design thinking, mereka merancang karya dengan mempertimbangkan bagaimana tubuh audiens dapat berfungsi sebagai medium karya, baik secara fisik maupun emosional.

Dosen pengampu mata kuliah Intermedia Animasi, Salsa Solli Nafsika atau sering dikenal essanavzka, menjelaskan bahwa pendekatan desain dalam riset menjadi kunci utama keberhasilan proyek ini. "Kami mendorong mahasiswa untuk berpikir di luar batasan animasi konvensional. Dalam intermedia animasi, penting untuk memahami tidak hanya aspek estetika, tetapi juga bagaimana teknologi dapat digunakan untuk menciptakan hubungan langsung antara karya dan audiens, penggunakan teori interaktivitas dan bagaimana caranya agar karya film animasi intermedia bisa memenuhi unsur How to educate, How To Creative dan How to entertaidengan bantuan film animasi sebagai medianya" jelasnya.

Menurut salah satu kreator, mahasiswa studio animasi Muhammad Raihan Rafa, karya hasil dari mata kuliah ini bertujuan untuk mengajak audiens merasakan hubungan langsung antara tubuh mereka dan karya seni khususnya film animasi. "Kami ingin audiens menyadari bahwa mereka adalah bagian integral dari karya ini. Tanpa partisipasi mereka, karya animasi ini tidak akan hidup," katanya.

Cinefuture 2024, dengan tema “Tubuh Sinema,” memberikan ruang bagi para kreator muda untuk mengeksplorasi berbagai medium film dari mulai teknik, eksplorasi media dan luarannya. Salah satu panel diskusi dalam simposium, yang menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi dan praktisi, membahas potensi tubuh sinema tidak hanya membahas satu aspek saja namun bidang keilmuan lain saling keterhubungan menjadi satu sinergi yang luar biasa. 

Karya intermedia animasi yang dihasilkan dalam mata kuliah ini menunjukkan bahwa animasi tidak hanya terbatas pada film atau serial, tetapi juga dapat merambah ke instalasi seni, pameran, dan bahkan produk komersial seperti game atau aplikasi edukasi. Dengan mengintegrasikan aspek interaktivitas, karya ini memiliki potensi besar untuk diserap oleh industri kreatif.

CEO kegiatan Pameran dan Simposium Cinefuture 2024, Bapak Dr. Harry Tjahjodiningrat, M.Pd., menekankan bahwa karya yang dihasilkan melalui kelas intermedia animasi ini membuka peluang baru bagi mahasiswa untuk berkarier di bidang yang lebih luas. "Intermedia animasi adalah wujud nyata dari inovasi yang lahir dari pendidikan berbasis riset. Kami berharap karya ini dapat menjadi inspirasi bagi para kreator muda lainnya untuk terus bereksperimen dan menciptakan sesuatu yang memiliki dampak," ujarnya.

Studio animasi Prodi Film dan Televisi UPI telah membuktikan bahwa dengan kolaborasi antara seni, teknologi, riset, dan desain produksi yang baik, mahasiswa dapat menghasilkan karya yang tidak hanya inovatif, tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman. Dengan dukungan penuh dari universitas dan mitra industri, karya-karya ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi industri kreatif Indonesia.

“Kami ingin audiens tidak hanya melihat film animasi, tetapi juga merasakannya,” kata SalsaSolli Nafsika, M.Pd. “Melalui intermedia animasi, kami percaya seni dapat menjadi lebih inklusif dan membawa pengalaman yang benar-benar personal bagi setiap individu.” (Salsa Solli Nafsika/Dosen Prodi FTV FPSD UPI/Kontributor Humas UPI)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1383

Trending Articles